Jungkook melepaskan pandangan pada beberapa beberapa tamu yang mulai berdatangan, memenuhi kursi undangan. Wajah pemuda Jeon itu tampak murung, ada beban yang di panggulnya. Seharusnya hari ini menjadi hari yang bahagia untuk Jeon Jungkook, ia akan melepas status lajangnya dan menikahi seorang putri dari kolega ayahnya.
Pernikahan perusahaan.
Perusahan ayahnya nyaris bangkrut, dan seorang kolega yang berbaik hati menawarkan peminjaman saham. Karena anaknya menyukai Jungkook sejak dulu. Mengajukan syarat mengenai bantuan saham untuk perusahaan ayahnya. Ayah tiri Jungkook punya ketakutan besar akan hidup miskin, tentu saja menyetujui rencana picisan itu.
Dua jam dari sekarang ia akan berada di altar—
—bersama orang lain.
Jungkook tengah tenggelam dalam lamunannya hingga sepasang tangan melingkari pinggangnya. Jungkook hanya tersenyum, mengelus balik lengan yang melingkari pinggangnya. Bersyukur karena periasnya yang menanganinya meninggalkan Jungkook sendirian.
"Seorang pengantin tidak boleh bersedih di hari bahagianya–" Taehyung membalik tubuh Jungkook, menangkup pipinya penuh kasih sayang. Jungkook tersenyum kering. Lengannya memeluk tubuh Taehyung erat, melampiaskan dukanya. Meskipun mereka sudah sering membahas ini, namun tetap saja hari ini terasa begitu berat.
Jungkook tahu Taehyung sama terlukanya. Taehyung akan tetap tersenyum, terlihat bahagia ketika dia beridiri di altar. Namun Jungkook mengenal Taehyung sejak lama, mengenal bagaimana Taehyung harus berpura-pura kuat menghadapi semua ini.
—tidak ada seorangpun yang bahagia ketika melihat orang yang dicintainya berdiri di altar bersama orang lain.
Jika saja ayah tirinya berpikiran seterbuka orang tua Taehyung atau Ibunya, hari pernikahan Jungkook mungkin akan terasa begitu berkesan. Bahagia. Bukan meninggalkan jejak menyakitkan dan kesan sedih mendalam seperti ini.
"Kook–"suara Taehyung membuyarkan lamuman Jungkook. Lelaki itu membelai bibir bawah Jungkook dengan ibu jarinya, mengantarkan jutaan kupu-kupu di dalam perut Jungkook. Jungkook menyelami netra Taehyung, tersikap ketika mendapati tatapan Taehyung begitu gelap.
Taehyung menyatukan dahi mereka, tersenyum begitu tulus. Seolah ia benar-benar menerima keputusan itu, menerima karena hatinya menyayangi Jungkook lebih dari apapun.
"Aku mencintaimu Kook–" dan bibir Taehyung menenggelamkan Jungkook pada ciuman halus penuh afeksi yang mendebarkan.
.
.
.
Katakan jika Taehyung gila. Ketika Jungkook menyadari punggungnya bertemu tatap dengan pembatas balkon dengan bibir tertaut dengan bibir Taehyung. Lelaki bersurai pirang itu menciumnya dengan beringas, mengukung tubuhnya dengan dominansi penuh. Jungkook tidak bisa melakukan apapun kecuali mendorong bahu Taehyung–mengisyarakatkan untuk melepas ciumannya.Ada beberapa orang di bawah balkon, begitu riskan tertangkap tengah berciuman di tempat terbuka seperti ini.
Tapi Taehyung tidak peduli. Ketika Jungkook membuka mulutnya untuk mengeluarkan protes, lidah jahanam Taehyung tanpa permisi masuk ke dalam mulutnya. Membelai apapun yang berada di dalam sana, menggelitik langit-langit mulutnya dan mengajak lidahnya bergulat.
'M-mm—' Tidak ada yang bisa Jungkook lakukan selain mengerang, dan merasa lemas. Tangan Jungkook berhenti mendorong bahu lelakinya, beralih menuju rambut pirang Taehyung. Meremasinya dengan brutal, mengisyaratkan bahwa ia lebih dari sekedar ciuman intens.
Ciuman Taehyung begitu liar, saliva mereka berjatuhan menuruni leher Jungkook. Saat mendapati remasan Jungkook berubah menjadi jambakan, sedikit tidak rela Taehyung melepaskan ciumannya. Beralih menatapi Jungkook yang terengah dengan bibir merekah basah karena ciumannya. Ia menyentak lepas dasi hitam Jungkook, melepaskan dua kancing atas Jungkook dengan tergesa. Lalu Taehyung memindahkan jajahan bibirnya ke leher Jungkook. Mengendusi leher halus yang basah karena selembar tipis keringat dan saliva mereka. Sebelum akhirnya menjubahi setiap jengkal kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soif de Vivre!
Short StoryCover by @reepetra [Private Acak] [Hiatus] V x Jungkook. Contain (s) : Au, Kinks, Wild Imagination