.
You told me tonight;
That I had to stop smoking.
While I was hoping these cigarettes could erase the taste of your lips.
Jungkook jarang merokok; bukan berarti ia tidak pernah. Kehidupannya akrab dengan hingar-bingar dunia malam—asap rokok, bahkan tetesan alkhohol. Hanya saja tiap kali ia merokok—lidahnya menyecap satu getir yang terasa mencekati tenggorokannya.
Bukan soal pekat nikotin dari tembakau yang dibakar.
Sesungguhnya rokok hanyalah obat bagi seorang Jeon Jungkook; sama seperti ciuman Taehyung. Baginya ketika sekarat.
"Jangan merokok disini,"
Seenak jidat Taehyung merebut Marlboro yang baru disulut Jungkook. Sebagai ganti; ia menghisapnya. Meniupkan asapnya sembarang arah memenuhi Impala. Hari masih terlalu pagi—hingga nikotin yang dihisap terasa pahit di ujung lidah.
"Bilang saja kau malas menyulut, Taehyung—"
Jungkook mencebik. Meski sudut bibirnya yang lebam masih terlalu menyeri untuk sekedar berbicara. Taehyung melirik sekilas, mengguman tidak jelas. Separuh mengasihani. Ia baru saja pulang dari klub pukul tiga—dan dering telefon Jungkook, mengganggu paginya.
Jika itu adalah dering Jungkook; tidak peduli sebagaimana waktunya, Taehyung pasti akan berangkat menemui. Meski menyumpah. Meski mengomel. Lalu luluh ketika menemukan pemuda itu berdiri di depan pintu flat dengan wajah lebam dan mata bekas tertoreh air mata.
Nyatanya; hati Taehyung selalu terasa seperti teremas ketika melihatnya.
"Tidur lagi, Kook."
Jungkook menggeleng. Beralih merebut Marlboro yang tinggal separuh, mengapit sisanya dalam belah bibir. Menikmati bekas bibir Taehyung yang sama membakarnya seperti nikotin.
Jungkook memejamkan mata, menahan perut agar tidak berbunyi. Satu-satunya yang ada di Impala Taehyung hanyalah vodka; tidak, Jungkook tidak mau menjadi bodoh untuk muntah setelah menenggak vodka dengan perut kosong. Jadi ia memilih menyelonjorkan kaki ke dashboard, dan membiarkan angin pagi menyapu bersih asap Marlboro yang mengendap di mobil.
Mereka larut dalam hening; sementara mentari mengintip Cevrolet Impala Taehyung yang melaju membelah jalan-jalan yang sunyi. Membiarkan dua sejoli itu bercokol pada pikiran masing-masing.
"Tinggalkan, Namjoon."
"Tidak bisa, Taehyung."
Asap terakhir yang dihembus Jungkook sarat emosi. Sama seperti hatinya.
"Kau dibeli bukan untuk menjadi sasaran amukan. Tinggalkan, Namjoon—"
"Bawa aku lari kalau begitu,"
Taehyung tersenyum. Getir. Membawa Jungkook lari hanya akan menjadi bunuh diri. Tidak cukup uang. Jungkook adalah gongli yang dibebaskan Namjoon; dimiliki secara penuh. Membawanya lari hanya akan menjadikan semua masalah semakin rumit.
Rumit; sebab Taehyung terlampau tahu jika Jungkook mencintai Namjoon. Sepenggal kesedihan sebab cinta Taehyung tidak akan pernah membuka mata Jungkook tentang betapa buruknya Namjoon.
Impala berbelok ke arah restoran cepat saji. Terparkir sedikit jauh. Masih cukup sepi, mungkin tidak seorang pun datang memesan ayam goreng sepagi ini—kecuali yang kelaparan.
![](https://img.wattpad.com/cover/110155395-288-k792363.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Soif de Vivre!
Historia CortaCover by @reepetra [Private Acak] [Hiatus] V x Jungkook. Contain (s) : Au, Kinks, Wild Imagination