Taehyung hanyalah bocah miskin yang menjadi pengantar susu. Setiap matahari baru melek, ia sudah mengayuh sepedanya ke toko susu, kemudian mengambil box-box kayu yang yang berisikan susu dalam botol untuk diantar. Lalu kembali mengayuh sepedanya menyuri alamat-alamat yang menjadi tanggungan tugasnya. Diberikan botol sesuai jumlah, dan dibiarkanlah pemilik rumah menitipkan sedikit tips untuknya. Kembali ketika boxnya telah kosong, dan berpindah tangannya lembaran dollar kusam ke tangan Taehyung sebagai penebus lelah betisnya mengayuh pedal sepeda.
Taehyung senang dengan pekerjaannya. Ia masih belia, dimana sebagian besar remaja sepertinya menikmati makan enak di meja makan lalu otak diisi oleh guru private yang diundanng orang tua mereka. Taehyung hanya hidup dengan ibunya, yang menjadi buruh cuci. Bisa makan telur goreng yang kuningnya meleleh di mulut saja sudah merupakan anugrah.
Tuhan menganugrahkan wajah Taehyung lebih banyak daripada hidupnya. Ia tampan, rupawan. Dengan rambut berwarna abu-abu keemasan dan sedikit panjang. Serta suara serak sedalam Pasifik yang menggugah. Taehyung sering digoda ketika mengantar susu, tapi ia tidak keberatan. Malah bersyukur. Sesekali ia memang diberi uang tips lebih banyak dari harga botol susu.
Taehyung suka mengantar susu ke Keluarga Jeon. Juragan minyak yang murah hati. Kadang nyonya Jeon menyisihkan dua potong roti mereka untuk Taehyung, dan jika beruntung tuan Jeon akan menyodorkan dua lembar dollr berlebih untuk Taehyung. Menyadari jika kediaman Keluarga Jeon yang mewah berada di ujung kota—lebih jauh daripada yang lainnya.
Tapi bukan itu yang digemari Taehyung. Ia kadang beristirahat di bawah pohon apel di halaman Keluarga Jeon yang seluas lapangan bola. Mengipasi wajah yang berpeluh dan mendengarkan nyanyian dari dalam rumah. Bukan soal Keluarga Jeon yang murah hati; tapi Taehyung suka melepas penatnya setelah mengantar susu dengan mendengarkan nyanyian itu.
Lagunya kadang merdu. Kadang sendu.
Keluarga Jeon cukup kaya raya untuk menyewa seorang guru private vocal yang harganya selangit. Kadang lagu yang dinyanyikan, cukup familiar dengan telinga Taehyung. Jadi Taehyung bisa ikut bersenandung. Taehyung punya warna suara khas, bass yang dalam sehingga ibunya kadang suka ketika ia bernyanyi. Hiburan Taehyung sederhana. Toh begitu saja ia sudah bahagia.
.
.
Manusia tidak bisa menebak takdir—ia pasti akan selalu mengejek dari kejauhan.
Hari itu, Taehyung sedang mengantar susu. Namun matanya beralih pada sosok anak tunggal Keluarga Jeon yang tengah bermain piano. Takdir sengaja menolehkan pandangan Taehyung pada jendela yang terbuka, menampilkan sosok indah yang lihai menari di atas tuts piano. Sembari bersenandung, melantunan tembang cinta klasik. Ada jutaan kupu-kupu terbang di dalam perut Taehyung.
Seorang laki-laki, tapi menggemas sekali. Kulitnya putih, berbanding dengan kulit Taehyung yang berwarna tan dicumbu matahari. Rambutnya hitam legam, dan terlihat lembut. Tentu saja, perawatan mahal. Pipinya gembil. Tapi Taehyung terpesona.
Maka semenjak hari itu, Taehyung giat mengumpukan lembaran dollar yang kusam. Mengangkut box susu lebih banyak, memaksa otot betisnya untuk berkontraksi lebih sering ketika mengayuh sepeda. Semenjak matanya dipaku ke arah anak tunggal Keluarga Jeon yang indah. Taehyung ingin sekali memiliki uang lebih, agar dapat membeli setangkai bunga matahari.
Bukan suatu tindakan sopan, meninggalkan setangkai bunga matahari di jendela Keluarga Jeon setelah mengantar susu. Lalu menatap sosok itu dari pohon apel tempat ia biasa bersandar. Memuaskan telinganya yang jatuh cinta pada dentingan nada piano, dan memuaskan hatinya untuk menatap sang pujaan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soif de Vivre!
Short StoryCover by @reepetra [Private Acak] [Hiatus] V x Jungkook. Contain (s) : Au, Kinks, Wild Imagination