➖Ex's

27K 1.2K 80
                                    

Hongkong is a slang word for climax.

.
.
.
.

Satu. Jungkook membenci semua mantan pacarnya; baginya hanya membuang-buang waktu untuk tetap bersikap baik dengan orang yang sudah menyakiti hatinya.

Dua. Jungkook benci hal-hal yang berkaitan dengan sulap. Ia orang ilmiah—pikirannya lurus, straight luar biasa dan baginya hal-hal yang berkaitan dengan sulap hanyala tipuan mata.

Dan ketiga; di hadapannya sekarang—lelaki bersurai liliac yang tengah menopang kaki dengan angkuh di atas meja itu adalah perpaduan keduanya. Si pesulap yang menyandang gelar terhormat sebagai mantan pacar Jeon Jungkook.

Kim Taehyung;

Dan terjebak di ruangan intrograsi bersama lelaki berandalan itu membuat kepala Jungkook rasanya hendak meledak. Separuhnya gengsi, karena debar hatinya tidak memungkiri bahwa mantannya semakin menawan.

Mungkin juga ada benarnya; orang semakin cakep setelah menyandang title 'mantan'.

"Sekali lagi aku bertanya baik-baik—"

Jungkook menggelak nafasnya, meredakan emosi yang mulai mencapai titik didih. Ia paham betul, Taehyung tipikal berandalan yang akan menjawab pertanyaan dengan serampangan. Ditambah dengan sikap pongah dan senyum menyebalkan yang tak kunjung enyah.

"Bukankah sedari tadi aku menjawab dengan baik-baik?"

"Dengar Taehyung-ruangan ini dilengkapi cctv, penyadap suara dan aku bersenjata; memiliki kewenangan penuh untuk menyepak alih-alih menembak kepalamu. Jadi jangan membuat kesabaranku setipis rasa hormatmu,"

Nyatanya ancaman Jungkook terdengar sebagai lelucon di telinga Taehyung. Ia tertawa; lalu menyugar helai liliacnya dengan sebelah tangannya yang terbebas.

Sengaja kok—karena ia tahu pasti, Jungkook lemah dengan jidat sucinya.

"Wah, aku baru tahu jika kepolisian punya ruangan yang potensial dijadikan studio film porno."

"Bahasa, Taehyung."

"Seperti aku pernah peduli saja pada bahasa,"

Jungkook mendesau lelah. Ia memijit ujung hidungnya sembari melirik ke arah Taehyung yang terlihat tenggelam dalam cengiran bodohnya. Sekaligus mengantisipasi jika lelaki itu melakukan kegiatan manipulasi sulapnya lagi.

"Dengar baik-baik, Taehyung. Jadi bagaimana bisa emas batangan yang dibuat Bank Korea yang seharusnya disimpan Bank Federal di New York—ada di kamarmu?"

Taehyung mengendikkan bahunya.

"Diam. Kau mengganggu fantasi kinkyku dengan borgol ini—"

Jungkook menggebrak meja dengan tidak sabaran. Nafasnya naik turun, emosi sudah mencapai permukaan kulitnya secara sadis. Oke—Jungkook katanya profesional; tapi Taehyung tidak bisa diajak kerja sama secara profesional.

"Dengar, bajingan. Semua percakapan ini direkam dan dipantau—"

"Wah jadi alat perekam yang tersisih di pojokan ruangan itu masih bisa merekam ya?"

Netra Jungkook terbelalak kaget; melihat seperangkat alat yang dipasang di atas meja intrograsi sudah teronggok tak berdaya di sudut ruangan. Jungkook bolak-balik memastikan bahwa alat itu masih terpasang di bawah meja—lalu boom; mendadak berpindah menjadi onggokan tak beguna.

Taehyung mengangkat senyum kemenangan.

"J-jangan macam-macam Taehyung," Jungkook secara reflek melonggarkan dasinya.

Soif de Vivre!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang