➖ 11:11

16.4K 943 133
                                    

Ini adalah sebuah kisah sedih;



Namun kisah ini adalah sebuah romansa pula. Paradoks sebuah usaha membirukan senja yang berwarna jingga.

.

.

Taehyung pertama kali bersua dengan Jungkook ketika ia masih tingkat dua. Baru kali itu ia menemukan esensi menarik dari kehidupan asramanya yang monoton; sejenak melupakan rasa berat dan ketidak ikhlasannya mejalani hidup.

Siapa yang sudi bermurah hati berdamai dengan keadaan jika dikirimkan menjalani pendidikan di asrama pria tanpa sebuah konsensus?

Jungkook masih berada di tingkat pertama, praktis adalah adik tingkatnya. Yang kebetulan kala itu satu meja dengan denting sendok yang beradu dengan piring. Rambut jelaganya, kilau netra Jungkook serta senyuman gigi kelinci malu-malu yang membuat Taehyung luluh. Sebenarnya Jungkook hanya mengajukan senyum sopan santun kepada kakak tingkat—namun Taehyung kepalang besar kepala;

Tiada yang tidak berdebar diberi senyuman oleh adik tingkat yang menawan.

Jadi siang hari itu setelah selesai jam makan, Taehyung menghampiri Jungkook. memberikan sibakan rambut—yang dipercaya oleh Taehyung memberikan efek maut, lalu dengan pongah memberikan uluran salam perkenalan.



"Halo, namaku Kim Taehyung."





Beruntung yang didapatkan adalah perkenalan malu-malu. Bukan tamparan atau desisan komentar.

.

.

Jadi begitulah;

Romansa dimulai. Dulu Taehyung hanya bisa berandai-andai memiliki kisah di balik dinding asrama yang dingin dan monoton. Sekarang, sedikit demi sedikit ia menyebut sedang melakukan pendekatan romantis. Dengan Jungkook, tentu saja.

Jungkook itu manis, manis sekali. Taehyung menyukainya dengan sederhana. Menyukai senyum gigi kelincinya. Menyukai gelak tawanya yang menggemaskan. Menyukai tingkah kanak-kanaknya. Nyaris mati sebab mencintai Jungkook.

Dan Jungkook; tentu saja. Siapa yang menolak disukai oleh kakak kelas yang terkenal ganteng? Taehyung seseorang yang mempu memberikan afeksi kupu-kupu berterbangan di perutnya. Seorang kakak kelas yang datang layaknya matahari, kepribadian Taehyung sungguh bersinar. Membuatnya silau.

Ketika sore itu, dengan tangan terbungkus di saku seragam. Taehyung mencegat Jungkook dengan raut wajah yang terlihat serius. Berbicara berdua, di ujung koridor yang sepi. Wajah Jungkook tertunduk malu-malu, bingung hendak mengekspresikan perasaannya.

"Hei, Jeon—"

"—ayo mengisi buku kendali asrama nanti malam," lalu pipi Jungkook bersemu setelahnya.

Ajakan kencan secara terselubung.





Toh semua itu berakhir dengan jalan-jalan seperti layaknya anak muda. Menikmati gemuruh perkotaan, melepaskan diri dari nada monoton asrama. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan berbincang, atau sekedar bercanda.

Toh kegiatan sederhana pun terasa menyenangkan jika dilakukan dengan orang yang disukai.

"Ayo jadian,"

Taehyung mengatakannya dengan memberikan sepotong es krim, dengan netra yang mengatakan kejujuran. Serta senyum tulus yang tidak mampu dialfabetkan. Maka Jungkook tidak punya kuasa untuk mengatakan tidak.

.

.

Setelahnya hanyalah romansa cinta anak sekolahan;

Soif de Vivre!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang