➖Gangsta

27.4K 1.1K 115
                                    

"I need a gangsta to love me better than all the others do. To always forgive me, ride or die with me. That's just what gangsters do"

.
.

Jungkook menyingkar seluruh barang yang berada di atas meja. Menduddukkan dirinya disana—di depan Taehyung. Tersenyum sebelum menangkup pipi prianya dan memberikan beberapa kecupan. Taehyung tersenyum—beranjak dari posisi duduknya, dan sedikit mencondongkan tubuh. Mebalas kecupan-kecupan halus milik Jungkook.

"Taehyungie—"

Jemari Jungkook begitu terampil melepas borgolnya. Tanpa rasa takut pemuda bergigi kelinci itu menarik Taehyung lebih dekat; lengannya mengalung pada leher Taehyung dan tersenyum.

Tidak peduli sekalipun ia tahu bahwa Taehyung adalah seorang psikopat—yang memiliki hobi menembaki orang ketika bosan atau melakukan pembunuhan karena tidak ada pekerjaan.

Bagi Jungkook—Taehyung adalah pemuda dengan aura domninan yang membuatnya ketagihan.

"Dokter Jeon—"

Taehyung merangsek lebih dekat. Tangannya menyusuri lekuk paha Jungkook yang terbalut celana jeans biru pudar, menuntun sepasang kaki sekal itu untuk melingkari pinggaangnya. Kemudian lelaki dengan senyum kotak itu mengelus sisi wajah Jungkook; menarik dagunya untuk mendongak. Menyusuri netra bening Jungkook;

"—aku telah menunggu seumur hidup untuk menghabiskan waktu seperti ini bersamamu,"

Semburat rona merah muda menggemaskan menyusuri pipi gembil Jungkook; membuat Taehyung luar biasa gemas. Taehyung mengecup ringan bibir Jungkook; mempertahankan tatapan elangnya sebelum berakhir melumat gemas bibir merah muda itu.

Tangan Jungkook tahu kemana harus berpindah—mengalung pada leher prianya; menariknya mendekat sementara bibirnya dicumbu. Membiarkan jemari Taehyung yang sedari tadi mengelus-ngelus sisi wajahnya beranjak menuju surai halus Jungkook.

Menjambaknya pelan.

Sebuah isyarat bagi Jungkook untuk membuka mulutnya patuh—membiarkan lidah Taehyung menelisik rongganya. Menggapai giginya dan menggelitik langit-langit mulutnya geli. Jungkook tidak peduli jika salivanya mulai meluber menuruni dagu—kemudian menetes membasahi kemejanya.

'mm—ahh,'

Jungkook meraup oksigen ketika cumbuan bibirnya terlepas. Mendongak dan terus mendesah ketika bibir basah Taehyung menyusuri rahangnya. Menjubahi setiap jengkal kulitnya dengan ciuman-ciuman halus. Satu ciuman satu gigitan. Helai rambut Taehyung berantakan karena remasan Jungkook.

'aah—T-taeyungie—hh'

Tidak ada kulit leher Jungkook yang terlewat. Taehyung hafal betul setiap titik yang mampu membuat Jungkook mengudara; mendesah begitu keras ketika Taehyung menggigit titik sensitifnya. Tidak begitu keras namun mampu membuat privasi Jungkook mulai menegak. Bergesekan tidak nyaman dengan fabik celana jeansnya.

Taehyung begitu cekatan membuka kancing kemeja biru Jungkook—melepasnya bersama dengan jas dokter Jungkook; teronggok menyedihkan di atas lantai. Lelaki berambut pirang—berantakan karena remasan Dokter muda itu, menelan ludah. Melihat dada Jungkook naik turun mengais udara, mengundang untuk dijamah. Terlihat sekal; nyaman untuk diremas sekalipun Jungkook selalu beralibi gumpalan dadanya adalah hasil dari pembentukan otot.

"Mereka mungil sekali Dokter Jeon—"

Taehyung memilin gemas pucuk dada Jungkook; bibirnya kembali memeta kulit di sekitar gundukan dada Jungkook. Menjubahi kulitnya dengan saliva dan gigitan gemas. Memberikan jejak lebam—sedangkan di atasnya Jungkook sibuk mendesah. Tangan Taehyung mencubit pelan pucuk dada Jungkook yang mulai mengeras; kembali memilinnya.

Soif de Vivre!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang