BAB 20 -Obat

433 23 6
                                    

DOUBLE UPDATE!

---

Dia seperti debu diantara celah kaca, selalu menempel di kepala ini tanpa mau menghilang sedikitpun.
-Riko-

***

Setelah Riko pergi, Metha langsung membawa Guntoro keruang tengah untuk mengompresi pipi Guntoro yang tadi dipukul oleh Riko.
Guntoro meringis kecil ketika merasa ngilu ditulang pipinya, matanya terbuka tutup seiring merasakan sakit itu.

"Maafin Kak Riko ya." Ujar Metha yang mulai menurunkan handuk putih kecil itu dan menyimpannya kedalam baskom

Guntoro membenarkan posisi duduknya lalu menatap Metha
"Kenapa harus kamu yang minta maaf?" Tanya Guntoro

"Ah engga, Saya-"

"Tadi saya nanya, kenapa harus kamu yang minta maaf?" Tanya Guntoro lagi

Metha terdiam. Ia juga bingung, kenapa ia harus minta maaf atas perilaku Riko tadi?

"Tha, saya tanya kamu." Ucap Guntoro lembut membuat Metha mendongak dan menatap manik hitam milik Guntoro

"Saya juga bingung." Ucap Metha pelan

---

Metha membuka pintu kamar mandi dan mulai melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi.

"Eh-eh!" Teriakan Kakaknya yang tiba-tiba membuat Metha menoleh kearah Gibran yang sedang berada diambang pintu

"Apa?!" Teriak Metha kesal, Demi Tuhan! Apa Gibran akan menguasai kamar mandinya sekarang?

"Lo mau boker lagi dikamar mandi gue?!" Tanya Metha

Gibran berjalan masuk dan duduk dikasur Metha

"Enggak." Ucapnya singkat

"Pamali tau ngelangkah pake kaki kanan dulu kalo mau ke kamar mandi." Ucap Gibran

Metha mengerutkan keningnya kemudian menatap kaki kanannya yang sudah masuk terlebih dahulu ke kamar mandi, dengan cepat ia menggantikannya dengan kaki kiri kemudian langsung masuk kekamar mandi dan membanting pintu dengan keras

"Pamali loh Tha!" Teriak Gibran menggoda

"Berisik lo tai!" Teriak Metha dari dalam

Metha mengaitkan handuknya diatas kaitan pintu kamar mandi, ia melepas ikatan rambutnya dan menyimpannya diatas wastafel. Kini matanya tertuju pada shampoo yang diberikan waktu itu, Shampoo bayi yang Riko belikan.

Tangannya meraih shampoo itu dan mulai menatap bayi yang tengah tersenyum bahagia itu. Kakinya berjalan dan mulai mencondongkan badannya untuk membasahi rambutnya untuk berkeramas karena niatnya memang hanya untuk berkeramas, bukan untuk mandi dan itu adalah kebiasaannya kalau dia tidak sekolah alias libur atau meliburkan diri.

"Tha mandi loh, jangan keramas aja. Itu rambut udah bau." Ujar Gibran dari arah kamarnya

Metha mendengus sebal, ia mulai menuangkan shampoo ketelapak tangannya dan mulai mengusapnya kerambut sampai berbusa

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang