BAB 31 -Alasan

357 24 3
                                    

(Ig: mirnasafitri13)

***

Riko menjambak rambutnya frustasi, sekelebat bayangan tentang Metha yang menangis sambil mengucapkan kalimat itu membuatnya merasa pilu. Apa yang diucapkan lelaki sialan itu sampai Metha seperti itu? Demi Tuhan! Tangannya sudah gatal ingin meninjunya saat ini. Lelaki pengecut itu telah menyakiti fisik maupun batin gadisnya. Gadisnya? Ah ya, Metha.

Sepanjang perjalanan tadi Metha hanya diam menangis, namun tangannya tak berhenti memeluknya sampai di rumahnya. Tadinya ia mau membawa gadis itu ke rumah sakit, namun gadis itu menolak dan hanya ingin pulang ke rumahnya. Tapi, ia tak yakin kalau gadis itu tak dimarahi dan yang ia lakukan saat ini adalah menunggu keluarga Metha pulang dan menjelaskannya dengan jujur.

Riko saat ini tengah duduk di kursi teras rumah Metha, menunggu Metha yang sedang pergi ke dalam beberapa menit yang lalu, namun gadis itu tak kunjung muncul juga.

"Ck." Riko berdecak kemudian bangkit dari duduknya, ia berjalan cepat masuk ke dalam rumah dan mulai mencari Metha.

"Tha." panggilnya, tak ada jawaban.

"Metha!" panggilnya lagi lebih keras

Tak ada jawaban.

Dengan gusar Riko berlari menaiki tangga secepat kilat, menggedor pintu kamar Metha dengan keras saat sudah berada di depan pintu kamar Metha.

"Tha, Metha." panggilnya lagi

Riko meraih daun pintu dan mulai mendorongnya, matanya langsung menyapu ruangan itu dan detik selanjutnya jantungnya merasa akan copot ketika melihat Metha yang tergeletak dengan kotak p3k yang berada di sampingnya.

Tanpa basa-basi lagi Riko berlari, meraih gadis itu dan mulai menggendongnya. Kakinya bergerak secara naluriah keluar kamar, jantungnya berdegup kencang.

Saat ia membuka pintu, ia langsung mendapati Gibran yang sedang memegang daun pintu dengan raut terkejut.

"Dia kenapa?" tanya Gibran

Riko tidak menjawab dan hanya berlalu saat Gibran memberibya celah untuk keluar, Kakak dari gadis yang sedang ia gendong itu mengikutinya dari belakang.

"Mana kunci mobil lo?" tanya Riko gusar

Gibran merogoh saku celananya dan mengambil kunci kontak mobilnya

"Adik gue lo apain bangsat?!" tanya Gibran yang meraih kerah Riko

"Ini bukan waktunya! Lo gak liat adik lo ini? Gue gak akan kabur, jadi sekarang cukup tutup mulut sialan lo itu dan bawa kita ke rumah sakit!" Ujar Riko geram

Gibran melepaskan tarikan di kerahnya lalu membuka pintu untuk Riko dan Metha, kakinya bergerak cepat untuk segera masuk dan duduk di balik kemudi.

***

Metha mengerjapkan matanya berkali-kali, rasa pusing langsung ia rasakan saat pertama kali membuka mata. Sebuah cahaya yang dapat ia yakini kalau itu bukan lampu kamarnya mulai terlihat, yang pertama ia cium saat sadar adalah bau obat-obatan. Ini rumah sakit.

Metha mengulurkan tangannya untuk bergerak ke atas, memegang kepalanya sendiri.

"Metha." panggilan itu membuat Metha menoleh, ia mendapati Riko yang berjalan ke arahnya dan langsung memegang tangannya. Lelaki itu terduduk di kursi yang berada di sampingnya

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang