BAB 22 -Kamu dimana?,

402 20 0
                                    

Follow ig ku yuk😂 (mirnasafitri13) safitri! Bukan salihin, apalagi sianida😂

---

Hari senin adalah hari yang paling dibenci oleh sebagian besar orang dengan alasan mereka akan kembali melakukan aktivitas seperti biasanya setelah hari libur mereka. Bus kembali penuh berdesakan dengan diisi oleh para pekerja, Ibu-Ibu yang baru pulang dari pasar, serta siswa-siswi yang akan berangkat sekolah.
Bus itu terasa sesak, susah untuk bergerak karena berdesakan, bahkan untuk berpegangan pun sangat sulit rasanya.
Metha harus kena kesialan itu akibat Kakak terbaiknya itu menurunkannya ditengah jalan karena akan menjemput kekasihnya. Sialan!

Metha bernafas lega ketika dirinya merasakan udara segar saat keluar dari bus yang menyesakkan itu

Kakinya melangkah cepat memasuki gerbang yang sete gah terbuka itu karena sebentar lagi Satpam Sekolah akan bersiap menutup gerbangnya ketika bel berbunyi

Metha membalikkan tas gendongnya kedepan dan mulai membuka resleting kecil tasnya untuk mengambil topi sekolah miliknya. Ketika ia meraba-raba, ia tak kunjung menemukannya. Sial!

Apa ia lupa? Ah tidak.

Metha mulai membuka resleting tas nya yang besar dan mulai melihat-lihat apabila terselip dibagian bawahnya, atau terselip diantara buku-buku pelajaran yang ia bawa.

"Mati! Gue gak bawa topi." Ucapnya cemas

Tangannya mulai menutup resleting tasnya kembali dan mulai berlari disepanjang koridor

"Raa!!" Teriaknya diambang pintu kelasnya, memanggil sahabatnya yang kini sedang memasangkan topi dikepala

"Apaan sih lo?" Tanya Aira heran, gadis itu kini berjalan kearah Metha

"Gue lupa bawa topi!" Ujar Metha heboh membuat mata Aira membola

"Ya coba aja pinjem sama anak PMR, mereka kan diem di UKS." Saran Aira

Metha mengangguk cepat dan menarik Aira untuk pergi ke UKS, namun gerakannya terhenti ketika ia merasakan sebuah tangan dari belakang menarik pinggangnya kebelakang membuatnya mundur beberapa langkah, tangannya yang tadi memegang Aira sudah terlepaa diganti dengan teriakan dimulutnya yang langsung dibekap oleh sebuah tangan dari belakang.

Metha terdiam selama beberapa saat, ia kenal betul dengan wangi khas yang sedang ia cium saat ini.

Metha merasakan kalau kepalanya dipakaikan sebuah topi oleh orang itu, dia masih terdiam sampai ia merasakan tangan yang tadi memeluk pinggangnya sudah terlepas.

Metha membalikkan badannya dan mendapati Riko yang kini sedang menatapnya dengan datar, dan tanpa mengucapkan apapun Riko langsung pergi begitu saja.

Metha menundukkan wajahnya, Riko pasti marah kepadanya karena kemarin ia menolak Riko untuk memulai sebuah hubungan yang didasari dengan rasa suka. Karena menurutnya, Riko tidak benar-benar serius dengan ucapannya.

"Tha!" Panggilan dari Aira membuat Metha mendongak dan mengangkat dagunya

"Ayo cepetan ke lapang!" Aira menarik pergelangan tangan Metha dan mulai memasuki barisan dilapangan.

Upacara dimulai seperti biasanya, beberapa Guru dari Kesiswaan berkeliling ke setiap barisan untuk menghentikkan celotehan para siswi ataupun para siswa, mereka juga mengecek kelengkapan seragam serta rambut lelaki yang sedikit panjang, selain itu Guru wanitanya memeriksa setiap bibir para siswi dengan tangan yang membawa lipstik berwarna ungu untuk menghukum para siswi yang memakai lipstik merah menyala layaknya cabe-cabean.

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang