BAB 19 -Ngilu

414 23 6
                                    

Happy reading❤

---

Metha menjerit kesal dalam kamarnya, Demi Tuhan! Bisakah ia hidup tenang sebelum bertemu dengan lelaki gila seperti Riko? Bisakah ia bersekolah tanpa adanya beban dengan label 'takut ketemu Riko' di setiap harinya? Ia hanya ingin seperti biasa, tapi sepertinya Kakak kelas brengseknya itu tidak pernah memberikan sedikit toleransi kepadanya karena semenjak perkataan lelaki seminggu yang lalu tentang 'Metha menjadi pacar Riko' itu tidak main-main.

Suara ketukan pintu kamarnya tak membuat dirinya mengalihkan pandangan dari jendela kamarnya, matanya masih menatap lurus kearah bawah rumahnya, tepatnya halaman belakang rumahnya yang dipenuhi dengan bunga mawar hasil tanam Mamanya selama ini.

Derap langkah yang memasuki kamarnya itu terdengar ditelinganya, ia sudah tahu siapa pemilik kakinya.

"Bener nih, sohib gue galau gara-gara cowok?" Ucap Aira nyaring dengan tangab yang mencubit pipi Metha

"Apaan sih Ra?" Tanyaku malas

"Ih sohib gue udah gede." Aira menoel-noel hidung Metha membuat Metha berteriak marah

"Ra! Jangan ganggu gue!" Teriak Metha kesal

Aira menghela nafas lalu memeluk Metha "Gue mau alay-alayan dulu." Aira menghentikkan ucapannya lalu melanjutkan kembali "Gue gak suka sahabat gue disakitin gini."

"Eh bentar deh Tha-" Aira melepaskan pelukannya lalu menatap Metha, tangannya kini terulur menyentuh kening Metha

"Badan lo panas banget, lo sakit?" Tanya Aira

Metha menggeleng lemah "Enggak kok."

"Tha! Seriusan deh, suhu badan lo panas ish." Ujar Aira heboh, gadis itu kini berlari keluar berteriak heboh didepan pintu kepada Kakaknya, Gibran.

Gibran tiba-tiba datang dengan heboh bersama Aira, nah kan mulai deh berlebihannya.

Gibran membolak-balikkan tubuh Metha, mengecek tubuh Metha. Astaga! Berlebihan bukan? Tangannya kini menyentuh kening Metha untuk mengecek suhu badan.

"Bang, gue gak papa-"

"Diem!" Ucap Gibran, kini Gibran sedikit mendorong tubuh Metha untuk berbaring diatas kasur

"Istirahat! Awas aja lu berani-berani keluar atau gerak aja dikit dari sini-"

"Ya ampun Bang! Gue gak kenapa-napa!" teriak Metha kesal

"Mau ngelak? Istirahat atau gue bawa kerumah sakit?" Ancam Gibran

Astaga!

"Ya ampun Bang, gue cuma demam bukan sakit luar biasa." Dengus Metha

Gibran tidak peduli, lelaki itu berjalan keluar berasama Aira yang sempat melemparkan tatapan meminta maaf kepadanya. Sialan! Gibran mengunci pintu kamarnya membuat dirinya benar-benae terkurung dikamar ini.

---

Riko berjalan melewati koridor kelas sepuluh dan saat dirinya melewati kelas Metha, Riko membelokkan langkahnya untuk memasuki kelas tersebut.

Suara jeritan tertahan dari mulut para siswi ketika menyadari kalau dirinya memasuki kelas itu, Riko hanya tersenyum simpul lalu menyapu pandangan diruangan itu.

Loh? Metha kemana? Dia tak melihatnya sama sekali.

"Kalo cari Metha dia gak ada." Suara sinis dari sosok lelaki yang ia tahu dekat dengan Metha membuat Riko mengerutkan keningnya

"Kemana?" Tanya Riko

"Seriously? Lo gak tau pacar lo sendiri sakit?" Bobi berbicara remeh, lalu kemudian lelaki itu berujar kembali "Gila ya! Gue gak percaya kata-kata Metha yang bilang kalau lo dan dia pacaran atas dasar suka-sama-suka, karena gue cuma liat cuma Metha yang berjuang disini-"

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang