BAB 24 -Hari pertama

366 19 2
                                    

Metha menatap dua sejoli yang sedang duduk di sofa ruang tengah itu dengan tatapan datarnya, matanya menatap tajam ke arah Gibran yang kini menatapnya dengan terkejut, sama halnya dengan Alea.

Metha membanting pintu dengan kasar membuat Gibran langsung berdiri dan mengejar Metha yang kini sudah berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Dek, abang lupa!" Teriak Gibran

Metha menghentikkan langkahnya didepan pintu kamarnya lalu berbalik menatap Gibran dengan tatapan tak percaya

"Lupa? Tiga jam lebih gue nunggu di sana. Dan lo? Seenaknya pacaran sama cewek lo itu? Brengsek tau gak?!" Metha meluapkan amarahnya, tangannya mengepal

"Gue lupa! Lo juga kenapa gak hubungin gue?" Tanya Gibran tak mau kalah

"Ponsel lo mati bencong!" Teriak Metha kesal

"Gue bukan bencong ya!" Gibran tak kalah berteriak

"Setan! Kuncen kamar mandi, awas aja lo masuk ke kamar mandi gue!" Teriak Metha menggebu-gebu, dirinya berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, tak lupa ia banting pintu sekeras mungkin agar terlihat lebih mendramatisir

"Bangke sialan!" gerutu Metha kesal

Ia membuka jaket milik Riko dan mulai berjalan ke kamar mandi, ia membuka ikatan rambutnya dan melihat pantulan wajahnya di cermin.

---

Riko melipat kakinya di atas kursi yang berada di balkon kamarnya, matanya tak lepas dari ponsel yang berada dalam genggamannya

Riko F : Tha
Riko F : Lo gpp kan?
Riko F : Lo lg apa?
Riko F : Lg dmn?
Riko F : P
Riko F : Q
Riko F : Armitha
Riko F : Plis read dong
Riko F : Tadi, gue slh ngomong ya?

Riko berdecak sebal saat kolom obrolannya dengan Metha menampakkan ceklis dua, namun Metha tak kunjung membaca chat darinya. Riko memutuskan untuk memanggil Metha, karena ia gemas ingin mendengar suara orang yang ia suka itu. Err cintai. Benarkah? Ia juga tak sadar saat tadi bersama Metha ia mengucapkan hal itu. Entah karena terbawa suasana, atau memang itu ungkapan isi hatinya.

"Halo Kak." suara lembut itu mulai terdengar di seberang sana membuat senyum Riko mengembang

"Kenapa gak bales chat gue." Tanya Riko

"Aku.. Kak aku gak kuat." terdengar isakan di ponsel Riko membuat Riko langsung khawatir

"Lo kenapa?"

"..."

"Tha! Metha! Halo.." Riko berteriak khawatir

"Aku, kak udah dulu ya." Riko mendengar suara Metha seperti yang kesakitan, ia dengan cepat bangkit dari duduknya, masuk kedalam kamarnya dan menyambar hoodie abu-abu miliknya dan segera melesat pergi.

Entah kenapa Riko bisa sekhawatir ini, ia takut kalau Metha sakit akibat tadi berhujanan bersamanya. Astaga! Kenapa ia bisa lupa kalau Metha itu baru saja sembuh, padahal tadi dia sendiri yang mengingatkan Metha.

Riko menjalankan motornya dengan kecepatan yang lumayan, motornya menyalip sana-sini, bergoyang kesana-kemari mencari celah untuk dilewati karena jalanan memang sedikit agak macet.

Setelah sampai dirumah Metha, Riko mematikan mesin motornya, mencabut kuncinya dan melepas helmnya.
Ia berlari masuk dengan wajah khawatirnya, kala masuk matanya langsung bertatapan dengan mata milik Gibran yang kini sedang berada diruang tengah bersama seorang gadis yang ia ketahui kalau gadis itu adalah Alea, gadis yang mengikuti ekstrakurikuler musik.

"Lo kenapa Ko?" Tanya Gibran heran melihat Riko datang dengan wajah cemasnya

"Armitha mana?" Tanya Riko cepat

"Metha? Dia di kamar. Kenapa?"

Tanpa berpikir panjang Riko langsung berlari menaiki tangga, menginjak anak tangga dengan secepat kilat dan tanpa aba-aba ia masuk ke dalam kamar Metha untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

"Metha!" Panggilnya

Ia melihat Metha sedang berguling di atas kasur dengan wajah kesakitannya membuat tingkat kecemasan Riko naik.
Riko menghampiri Metha dan menatap Metha yang tengah memegang perutnya itu dengan khawatir

"Lo kenapa Tha? Kita kerumah sakit aja ya." Riko sudah siap dalam posisi akan memangku Metha, tetapi gadis itu menolaknya dan merintih kesakitan

"Aduh, kenapa? Maag lo kambuh?" Tanya Riko

Metha menggeleng pelan, gadis itu tampak kesakitan sambil memegang perutnya.

"Terus kenapa?"

"Hari ini hari pertama aku." Ucap Metha sembari meringis

Riko mengangkat kepalanya ampun, ia datang kesini dengan seribu kekhawatiran dan ternyata Metha hanya datang bulan.

"Kak, boleh minta tolong gak?" Tanya Metha

"Boleh."

"Beliin aku pembalut dong." Metha nyengir cantik

---

Rafa dan Natha sedang duduk dihalaman rumah milik Natha, gadis itu menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap mata kekasihnya atas kesalahan yang ia lakukan tadi siang.

"Kenapa kamu nemuin dia sih Tha?" Tanya Rafa kepada kekasihnya yang duduk disampingnya itu

"Dia niatnya baik Kok Raf, dia minta maaf, dia-"

"Terus kamu percaya gitu aja?" Tanya Rafa lagi

"Raf, dia mau memperbaiki hubungan kita. Kaya dulu lagi." Ujar Natha meyakinkan

"Tha, dia itu picik. Dia pengen nyelakain kamu dari dulu."

"Raf, dia mau nyudahin semuanya." Ujar Natha tak mau kalah

Rafa mengusap wajahnya gusar, lelaki itu kemudian menarik tangan Natha dan mulai menggenggamnya dengan lembut

"Percaya sama aku Tha, dia ada niat jahat sama kita."

"Raf! Dia udah minta maaf tulus, dia gak akan incer aku lagi." Ucap Natha sedikit berteriak membuat Rafa tertegun

Mungkinkah? Lalu..

"Dia mungkin aja udah gak ngincer kamu lagi, tapi dia ngincer yang lain."

***

(Satu tahun lalu)

Riko duduk bersama dengan kedua sahabatnya dibalkon rumahnya. Matanya tak lepas dari sosok cantik Natha yang sudah hinggap dihatinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

Mata gadis itu sembab, tangannya bergetar hebat, keringat dingin turun dari pelipisnya. Natha terisak, tangannya mulai memeluk sosok Rafa yang berada disampingnya

"Kamu udah aman, jangan takut." Ucap Rafa menenangkan

Riko terdiam, rahangnya mengeras. Hari itu, untuk pertama kalinya hatinya merasa sakit, bukan karena cintanya tak dibalas, bukan karena melihat sosok yang dicintainya tengah memeluk sahabatnya. Bukan, bukan itu. Ini adalah sakit hati dimana dia melihat orang yang dia cintai terluka. Karena sahabatnya sendiri.

Entah karena apa, Riko tidak tahu penyebabnya. Tapi untuk pertama kalinya, Guntoro mengibarkan bendera perang tanpa alasan kepada dirinya. Lewat Natha, gadis yang sangat ia cintai.

"Rafa ngelakuin apa aja sama kamu?" Tanya Riko

Natha menggeleng pelan, gadis itu pasti masih syok dengan semuanya. Riko enggan memaksa, dia memutuskan untuk berdiri dan pergi meninggalkan mereka berdua, pergi menemui sosok yang sudah membuat gadis yang ia cintai seperti ini. Kalau perlu, ia akan membunuhnya tanpa memperdulikan kalau-kalau ia masuk penjara atau apa. Dia tidak peduli selama Natha aman.

---

Selasa, 26 Desember 2017 12:48

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang