BAB 7 -Kakak kelas kece

587 44 1
                                    

Metha turun dari motor Kakaknya dengan raut wajah kesal, ingin sekali ia menendang wajah Gibran da menguburnya dibawah menara eiffel agar lelaki itu tak terus mencibir sesuatu yang berkaitan dengannya yang bahkan tidak penting sama sekali. Demi Tuhan! Kalau Metha bisa memilih, ia ingin sekali memiliki Kakak lelaki yang wajahnya seperti Penyanyi berkelas Shawn Mendes, atau Charlie Puth atau kalau tidak Pemain Badminton asal Denmark yang bernama Viktor Axelsen, atau mungkin yang dari Indonesia aja sepertu Jonathan Christie, nah mungkin itu lebih baik, oh tidak maksudnya itu adalah anugerah terindah daripada memiliki Kakak gila seperti Gibran.

"Helmnya lepas dulu!" Ujar Gibran saat Metha menghentakkan kakinya kesal dengan kepala yang masih tertempel helm

Metha membalikkan badannya dan menatap Gibran dengan kesal, ia kemudian membuka helmnya dan melemparkan helmnya kepada Gibran dengan kasar hingga membuat helm itu terjatuh diperut Gibran, tapi untung saja tangannya susah sigap menerima.

"Adik setan lo!" Dengus Gibran

Metha mencebikkan bibirnya lalu mulai kembali membalikkan badannya dan berjalan menuju kelasnya, namun sebuah tangan menarik pergelangan tangannya membuat tubuhnya tertarik kedalam sebuah ruangan.

"Ldhhx-"

Mulut Metha dibekap oleh tangan seseorang sehingga menyulitkan dirinya untuk berbicara.

Metha terdiam, tak lagi berusaha berbicara sampai akhirnya tangan itu mulai turun dari mulut Metha saat itu juga Metha menyiku perut orang yang telah membekapnya dengan keras membuat sang empu mengerang kesakitan.

"Armitha! Ini gue." Teriaknya menahan sakit

Metha menoleh dan mendapati Riko yang tengah memegangi perutnya. Saat itu juga Metha benae-benar menyesal karena tidak lebih keras menyiku perut Riko.

"Kak Riko ngapain?!" Tanya Metha

Riko menegakkan tubuhnya dengan perlahan lalu menatap Metha dengan sorot tajam

"Lo kenapa gak tunggu di gerbang? Gue tungguin dipos satpam." Ujar Riko

Metha mengerutkan keningnya kembali mengingat chat yang Riko kirimkan kepadanya.

"Kak Riko dapat id saya dari mana?" Tanya Metha

Riko mengangkat kedua bahunya acuh seakan enggan menjawab pertanyaan dari Metha.

"Gibran cowok lo?" Tanya Riko dengan pelan

Metha terdiam dengan mata yang sedikit menyipit. Benarkah Riko tidak tahu Gibran adalah Kakaknya? Yang benar saja!

Metha berdehem pelan lalu mengangkat kepalanya untuk menatap Riko

"Dia pacar saya." Jawab Metha, semoga jawabannya itu membuat Riko mundur dan mencari gadis lain untuk membantunya

"Oh." Riko ber-oh-ria seakan ucapan Metha tidak berpengaruh sama sekali padanya.

"Pacaran sama Kakak sendiri? Gue kira lo orangnya jujur, tapi enggak tuh. Gue makin yakin kalo lo pandai bersandiwara kalau bantu gue." Ujar Riko dengan nada santai membuat Metha menggigit bibirnya

Ia takut..

Suara bel yang memekakkan telinga terdengar di ruangan itu yang berasal dari sebuah speaker yang berada dilangit-langit ruangan itu.

"Udah bel Kak, saya mau ke kelas." Ucap Metha yang hendak berbalik dan membuka pintu, namun tangan Riko meraih kedua bahunya hingga dirinya kembali berhadapan dengan Riko

"Denger, jangan kasih tahu siapapun tentang kesepakatan kita." Desis Riko tajam

---

Natha terduduk dikursi yang berada disudut ruangan OSIS, kepalanya terasa pening akibat memikirkan persiapan Pensi, belum lagi dengan permasalahan anggota OSIS lainnya yang cukup menentang dirinya.

Natha mendengar suara pintu terbuka dan saat itu juga ia menatap sosok yang memegang kenop pintu dengan senyum yang bertengger dibibirnya.

Lelaki yang tengah berdiri diambang pintu itu melangkahkan kakinya dengan lebar kearah Natha yang kini wajahnya sudah memucat karena kaget. Lelaki itu berhenti dihadapan Natha, sedikit membungkukkan tubuhny dengan kedua tangan yang berpegangan dipinggiran meja lalu menundukkan wajahnya untuk mensejajarkan dengan wajah Natha dan selanjutnya lelaki itu tersenyum tipis dengan seringaiannya.

"Lama tak jumpa, Anatha.." Ujarnya dengan menyeringai

Seluruh tubuh Natha menegang, wajahnya mendadak pucat pasi dan detik itu juga keringat sedikit mengalir dipelipisnya.

Jangan sekarang.. Batin Natha memohon

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Natha ketika dirinya sudah menemukan suaranya

Lelaki itu kembali menegakkan wajahnya dan menyapu seluruh ruangan itu seakan tertarik, bibirnya kembali menyunggingkan senyuman lalu matanya kembali beralih pada sosok Natha

"Masih lemah lembut ternyata." Ujarnya

Lelaki itu terduduk disalah satu kursi lalu melipat kedua tangannya didepan dada, matanya lurus menatap kedepan seolah meneliti tulisan dipapan tulis putih panjang itu.

"Persiapan Pensi?" Lelaki itu mengangkat kedua alisnya dengan bibir yang melengkung kebawah meremehkan

Natha terdiam, ia hanya melihat gerak-gerik lelaki itu tanpa mau mengajaknya berbicara.

"Masih murid teladan." Ujar lelaki itu dengan santai

Lelaki itu kini berdiri menatap tulisan yang berada ditembok dengan mata yang menyipit.

"Ah, sekarang Rafa ikut jadi anak teladan." Cibir lelaki itu ketika melihat jabatan Rafa yang merupakan Waketos

"Kamu ngapain kesini?" Tanya Natha mengulang pertanyaan tadi yang sempat ia lontarkan kepada lelaki itu

"Gue pindah kesini. Lo harusnya seneng kan?"Lelaki tinggi berparas tampan itu memainkan Kedua alisnya kearah Natha.

---

Aira menarik tangan Metha dengan cukup kencang menuju koridor kelas sebelas dengan kaki yang terus berlari.

Metha cukup kaget, pasalnya ia tengah terduduk bersama Bobi yang terus menggodanya sampai akhirnya Aira datang dari ambang pintu dan menariknya secepat kilat, ya.. Seperti saat ini.

"Ra..!" Teriak Metha sambil berusaha memghentikkan tarikan Aira ditangannya, kakinya berusaha menahan Aira yang sekuat tenaga mengajaknya berlari hingga akhirnya Aira pun berhenti.

Aira terdiam diambang pintu kelas XI-I dan itu kelas Beno, tetangga Aira sekaligus orang yang Metha sukai. Metha menarik sedikit Aira agar gadia itu melihatnya

"Lo kenapa sih?" Tanya Metha mengerutkan keningnya tak mengerti

"Lo tahu? Ada Kakak kelas kece baru tahu!" Ujar Aira penuh semangat, tubuh gadis itu kini berjalan kembali ke ambang pintu sambil meneriaki nama Beno

"Ben!"

Sosok Beno muncul dari dalam memnuat Metha menahan nafasnya karena demi apa Beno sangat sangat tampan!!

"Kenapa?" Tanya Beno malas

"Kakak kece yang baru dikelas lo siapa?"Tanya Aira berantusias

Beno tampak berfikir sejenak membuat Metha juga ikut penasaran, Metha berdehem pelan lalu mulai menarik tangan Aira pelan agar gadis itu pergi dari hadapan Beno dan berhenti mengkepoi anak baru yang katanya kece itu.

"Guntoro maksud lo?" Tanya Beno dengan kening yang masih menyisakan kerutan halus

"Guntoro?" Aira bergumam pelan

"Kenapa? Lo suka? " Tanya Beno dengan mencebikkan bibirnya

"Ada yang cari gue ya?" suara berat milik seseorang dibelakang Metha membuat Metha menoleh, maksudnya mereka bertiga menoleh.

Lelaki itu kini berdiri disamping Metha dengan gaya santainya, lelaki tinggi berparas tampan. Lelaki sama yang juga menemui Natha..

---

Sabtu,19 Agustus 2017 13:21
(Ig;mirnasafitri13)

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang