BAB 4 -Bubble gum, Shit!

707 61 5
                                    

Metha menutup buka gorden biru muda yang berada di UKS yang menjadi pembatas ranjang yang tengah ia tiduri dengan ranjang disebelahnya. Ia memutuskan untuk diam di UKS karena kepalanya terasa pening sejak tadi pagi, sekelebat bayangan Riko semalam muncul didalam pikirannya entah kenapa ia menyanggupi permintaan Riko yang menurutnya tidak masuk akal. Hell, satu bulan bukanlah waktu yang singkat, namun apabila ia menjalaninya dengan sukarela ia rasa satu bulan tak akan terasa yang harus ia lakukan hanyalah menjalaninya tanpa melakukan kesalahan atau melibatkan perasaan dan selama satu bulan juga ia harus tahan dengan sikap Riko yang akan memacu detak jantungnya.

"Gak ada kerjaan banget." Suara Riko yang berada diambang pintu membuat Metha menghentikkan gerakan tutup buka gorden yang ada dihadapannya, dengan cepat ia menutup matanya dan berpura-pura untuk tidur walaupun ia tahu ini sangat terlambat dan sangat ketahuan tapi ia tak peduli karena semuanya sudah terlanjur.

Langkah Riko membuatnya merapatkan matanya dalam-dalam.
Damn it! Kenapa disaat-saat Metha menikmati kebolosannya lelaki itu malah datang ketempat ini?

"Buka mata lo Armitha!" Perintah Riko pelan namun terdapat nada tegas didalamnya

Metha masih menutup matanya, berpura-pura tidur dan berharap kalau Riko akan segera pergi dari hadapannya.

"Oke, kalau mau pura-pura terus gue bakal-"

"Saya bangun." Metha terbangun dari tidurnya dengan posisi terduduk, dia menatap Riko dengan kesal

Riko mulai terduduk dihadapannya tepatnya diranjang satunya lagi hingga posisi mereka kini berhadapan

"Lo sakit?" Tanya Riko sambil menelisik wajah Metha membuat semburat merah diwajah Metha muncul

"Ng-nggak saya enggak-"

"Kalo gak sakit ngapain ke UKS?" Tanya Riko dengan sebelah alis yang naik keatas

"Kakak sendiri ngapain ke UKS?" Tanya Metha

Riko menatap Metha lalu tersenyum sekilas setelah itu membaringkan dirinya sendiri keatas kasur dan memandang langit-langit UKS dengan tangan yang menjadi bantalan

"Gue sakit hati." Ujar Riko pelan

Metha terdiam, dia tak menjawab dan hanya bisa melihat bagaimana tampannya Riko dari samping. Hidungnya yang nampak perosotan, matanya yang bagus dan bulu matanya yang lentik serta bibirnya yang terlihat sedikit tipis membuat Riko terlihat semakin tampan dimatanya.

Riko melihat kearahnya dan tersenyum simpul

"Lo pernah rasain gimana sakitnya cinta sama pacar temen lo sendiri?" Tanya Riko sedikit menoleh kearah Metha

Metha menggeleng pelan sebagai tanda jawaban. Dia memang tak pernah mengalami hal itu..

Tunggu! Riko berkata apa tadi? Lelaki itu mencintai kekasih temannya sendiri?

"Kak Natha?" Tebak Metha sedikit ragu, dan selanjutnya ia mendapatkan satu senyuman yang tak bisa diartikan dari bibir Riko.

Metha membaringkan tubuhnya dan ikut melihat langit-langit UKS, ada sedikit rasa kesal ketika Metha mendengar hal itu, seolah Metha hanya dijadikan mainan oleh Riko dengan kesepakatan satu bulan mereka.

"Kak Riko.. Kesepakatan kita hanya satu bulan kan?" Tanya Metha menoleh kearah Riko yang kini sudah memiringkan posisi badannya menghadap kepadanya

"Iya, gue rasa.. Ya." Jawab Riko terlihat ragu.

---

Rafa berjalan melambaikan tangannya kearah kekasihnya yang tengah duduk disalah satu kursi yang berada diruang OSIS, berhubung pintu sedikit terbuka ia jadi bisa melihat kekasihnya.

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang