BAB 34--Fakta

381 19 1
                                    

Metha menatap lelaki yang ada di hadapannya itu dengan mulut bungkam. Ia menunggu Riko membuka mulut dan berbicara tujuan lelaki itu menginginkan pertemuan ini apa?

"Kak--"

"Lupain gue." Potong Riko membuat Metha tersentak kaget

Apa katanya? Bisa diulang lagi?

"Gue mau pergi." ucap Riko, lelaki itu menampakkan wajah datar sedatar datarnya membuat Metha bertanya-tanya kemanakah wajah lembut serta kata-kata lembut yang ada di rumah sakit itu? Apa waktu itu ia hanya berkhayal? Apa-apaan ini, kenapa Riko jadi bersikap seolah-seolah semuanya tidak pernah terjadi. Kemana katq-kata sayang itu?

"Kak, aku mau minta maaf. Aku gak ada niat buat jauhin Kakak, aku disuruh sama Kak Guntoro jadi--"

"Gue gak peduli, Armitha." potong Riko lagi, nadanya begitu terdengar dingin.

"Gue di DO dari sekolah, gue harus pindah. Tapi sebelum itu gue mau urus-urusan lo sama gue terlebih dahulu." Ucap Riko

Metha terdiam, menutup mulutnya dan meremas ujung bajunya dengan gemetaran. Apa ini? Suasana macam apa yang ia rasakan?

"Kita udahan aja, semuanya udah kebongkar. Jadi, sandiwaranya cukup sampai di sini." ujar Riko

Sandiwaranya, cukup sampai di sini? Jadi, dari awal Riko hanya menganggap semuanya sandiwara setelah mengatakan hal itu?

Metha menggelengkan kepalanya tak percaya, matanya sudah berair sedari tadi dan siap meluncur dalam satu kedipan.

Plak! Tamparan indah meluncur mulus di pipi Riko akibat tangan Metha yang melayang.

"Brengsek." Metha meraih tas kecilnya yang berada di atas meja dan mulai keluar dari tempat itu dengan air yang meluncur di pipinya tanpa bisa ia tahan.

Flashback

Satu tamparan lagi, Guntoro menampar Metha kembali tanpa peduli dengan harga dirinya. Lelaki itu bahkan sesekali menjambak rambut Metha yang diikat kuncir kuda.

"Banci." desis Metha membuat Guntoro tersenyum miring

"Payah. Gue kasihan sama hidup lo." Lanjut Metha

Guntoro menghempaskan jambakannya dan berbalik berjalan, terduduk di sebuah kursi tua yang berada di sudut ruangan.

"Gue lebih kasihan sama lo. Lo cuma pelampiasan Riko." ucap Guntoro

Metha meradang, matanya menatap tajam ke arah Guntoro dengan marah

"Lo gak tau apa-apa, brengsek." Bentak Metha

"Lo yang gak tahu apa-apa di sini, Armitha," ucap Guntoro melipat tangannya di depan dada dengan tubuh yang bersandar "lo cuma pelampiasan karena di sini Natha-lah yang milikin hati dia, lo cuma peran pengganti di sini." Lanjut Guntoro

Metha terdiam dengan wajah kaget, ia tak percaya dengan semua ini. Benarkah?

"Tapi lo tenang aja, lo bisa buktiin kalo hatinya beralih, dengan cara lo liat aja seberapa cepat dia datang kesini." Ujar Guntoro tenang "Lo cuma umpan dia buat gantiin Natha." Sekali lagi Guntoro

"Lo bukan pemeran utamanya di sini."

Ini alasan kenapa Riko mengajaknya berpacaran. Inilah alasannya. Kini dia sudah tahu.. Dia marah? Tentu saja. Tetapi hatinya masih sama, masih jatuh cinta dengan lelaki itu setiap harinya meskipun ia tahu alasan lelaki itu.

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang