BAB 13 -Nyaman

480 37 2
                                    

Happy reading❤ maafkan typo yabg bertebaran😂

---

Metha baru saja terduduk dibangkunya ketika suara Aira yang menggelegar dari ambang pintu terdengar jelas ditelinganya.

"Metha!!!" Teriakan gadis itu hampir membolongi telinga Metha yang tengah ia usap pelan-pelan. Astaga! Ia bisa mati muda hanya karena teriakan Aira yang mematikan itu

Metha memberengut sebal karena Aira menarik tangannya denga langsung tanpa aba-aba terlebih dahulu membuat dirinya tersandung pada kaki meja

"Ra, lo kenapa sih?" Tanya Metha kesal

Aira tidak menjawabnya dan malah menariknya semakin menjauh dari kelas, padahal ia berniat akan tidur sebentar karena semalam ia pulang larut dari rumah Riko akibat menunggu lelaki itu sampai salah satu orang yang menghuni rumahnya datang. Pada awalnya Riko memang ngotot menyuruhnya pulang, namun Metha bersikeras ingin menunggui lelaki itu sampai ada orang yang menunggu tetapi memang semuanya percuma tak ada satu orang pun yang menunggui Riko kecuali asisten rumah tangga yang bernama Bu Inah.

Kembali pada masa sekarang, Metha diseret kekantin dengan sangat cepat oleh Aira membuat dirinya berusaha untuk mengimbangi langkah cepat Aira

"Ra.. Ken-"
Belum sempat Metha menggerutu, ucapannya dihentikan oleh matanya yang menatap dua objek yang tengah saling meninju dikantin, Riko yang berada diatas tubuh sosok Guntoro dengan tangan yang mengepal siap untuk meninju

Metha terdiam melihat pemandangan seperti ini, ada sedikit rasa khawatir.. Ralat, dirinya memang khawatir ketika melihat Riko yang terlihat bonyok dalam keadaannya yang masih sakit.

Dua lelaki itu saling meninju seolah tidak takut apabila tulang-tulang mereka remuk atau patah, pukulan demi pukulan mereka layangkan. Semua orang yang ada dikantin menghindar dan lebih memilih melihat ditepian karena takut. Dua lelaki itu saling berteriak, menyumpah-serapahi satu sama lain, mereka kesetanan..

Metha ingin bergerak menghentikkan semuanya ketika mengingat tubuh Riko masih sakit, namun sebuah tangan menyentuh pergelangan tangannya untuk menahan, dia mendapati sosok cantik yang menjadi Ketua Osis disekolahnya. Anatha..

Natha tersenyum kearahnya penuh arti, lalu gadis itu berjalan kearahdua lelaki yang masih beradu otot

"Riko, Gugun, stop!" Ujar Natha pelan, pelan namun terdengar jelas ditelinga keduanya.

Metha masih berdiri menatap tiga objek yang berada ditengah-tengah kantin diambang pintu bersama Aira

"Cuma Natha yang bisa hentikan mereka." Suara berat dari samping Metha membuat Metha dan Aira menoleh. Rafa.. Lelaki itu tersenyum kearah mereka setelah mengucapkan kalimat tadi

"Cuma Natha yang bia ngendaliin emosi Riko." Ucap Rafa lagi, entah faedah apa yang Rafa dapat ketika mengucapkan hal itu kepada Metha, Metha memilih bungkam dan menatap kembali sosok Riko disana

Benar apa kata Rafa, Riko memilih pergi dan menyudahi semuanya, Riko menuruti apa kemauan Natha dengan menghentikkan pertengkarannya. Riko menghargai Natha atau lebih tepatnya mencintai Natha hingga lelaki itu menurut. Iya, mungkin lelaki itu memang mencintai Natha sepertu yang ia duga ketika di UKS bersama Riko.
Namun, entah kenapa seolah dirinya ditampar keras oleh kenyataan bahwa dirinya memang sudah memiliki perasaan kepada Riko, namun tak bisa memiliki hatinya.

"Tapi suatu saat, akan ada orang yang gantiin posisi Natha didalam hidup Riko." Ucapan Rafa membuatnya terpaku, apa maksud lelaki itu?

---

Bel berbunyi dengan nyarinfnya membuat para siswa dan sisiwi berhamburan keluar, Riko baru saja selesai dihukum oleh Pak Dandi Guru galak yang juga menjadi guru BK yang sangat disegani oleh para penghuni sekolahnya.
Ia baru saja dihukum hormat dilapangan sampai jam istirahat karena insiden tadi bersama Guntoro, mantan sahabatnya.. Lelaki itu juga ikut dihukum bersamanya.

Daripada memikirkan hukuman biasa yang sudah ia terima, ia memilih untuk pergi kebelakang bangunan perpustakaan dan merokok disana karena tempat itu adalah satu-satunya tempat yang tak pernah dijamah oleh anak-anak OSIS yang selalu mengontrol para siswa dan siswi setiap jam istirahat.

Riko bersandar dan mulai berjongkok, ia mengeluarkan sebatang rokok disaku bajunya dan mulai menyalakan pematiknya yang dari tadi ia genggam dan ia mainkan disepanjang jalan menuju belakang bangunan perpustakaan.
Riko menghisap rokoknya dalam dalam dan menghembuskannya hingga kepulan asap bertebaran diudara.

"Gak disekolah atau dirumah sama-sama banyak polusi, udaranya gak baik." Suara dari seorang gadis disusul dengan duduknya gadis itu disampingnya membuat dirinya menoleh dan menatap gadis itu

"Ngapain lo disini?" Tanya Riko kepada sosok Metha yang baru saja duduk disampingnya

Metha melipat kakinya menjadi bersila lalu balik menatap Riko

"Bukannya lagi sakit?" Bukannya menjawab, Metha malah balik bertanya

Riko kini mematikan rokoknya, padahal baru saja ia menyalakannya dan hanya menghisap satu hisapan.

"Kok dimatiin?" Tanya Metha

Entah sudah berapa kali gadis itu bertanya dengan kalimat yang berbeda, namun Riko tidak menjawabnya juga

"Kakak kenapa kesekolah?" Tanya Metha lagi

Riko menghela nafas lalu menatap Metha kembali

"Gue bosan dirumah, gak ada yang seperhatian lo." Ucap Riko sengan mata yang berkedip sebelah membuat Metha membulatkan matanya kaget, astaga gadis itu benar-benar sepolos dugaannya!

Membahas tentang polos, Riko teringat dengan ciuman mereka yang berselang tak lebih dari lima detik, ia jadi merasa bersalah dengan gadis itu karena ia tahu kalau gadis itu belum pernah berciuman karena terlihat dari kagetnya dan diamnya serta tangisnya gadis itu membuat dirinya yakin kalau ia sudah merenggut first kiss-nya gadis itu, dan juga ciuman itu adalah ciuman pertamanya.

"Memangnya orang tua Kak Riko kemana?" Tanya Metha

Riko tersenyum tipis, ia menautkan jari-jarinya yang berada diantara kedua lututnya yang saling terbuka.

Riko bergeser sedikit untuk mendekatkan diri dengan Metha, perlahan tapi pasti ia menurunkan kepalanya dibahu Metha, bersandar dan memejamkan matanya. Riko dapat merasakan tubuh gadis itu menegang, namun lambat laun Riko tahu kalau gadis itu mencoba membiasakan dan melunakan tubuhnya agar tidak tegang

"Kak Riko.. Bentar lagi mau bel." Ucap Metha pelan

Seolah tuli, Riko malah memejamkan matanya erat berharap ia akan tidur diatas bahu Metha selama beberapa saat karena semalam ia benar-benar susah tidur.

"Gue mau tidur, semalam gue susah tidur." Bisik Riko pelan tanpa membuka matanya

Metha terdiam menatap lurus, ia sedikit merasa geli karena ujung-ujung rambut Riko terkena menusuk pada lehernya membuat Metha merasa geli sendiri.

Menyadari itu, Riko langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Metha

"Gak nyaman?" Tanya Riko

Metha mengangguk pelan, Riko langsung meraih kepala Metha dengan perlahan dan menyimpan kepala Metha dibahunya agar gadis itu bersandar padanya, kemudian Riko menempelkan kepalanya diatas kepala Metha dan mulai memejamkan matanya

"Shampoo yang gue kasih lo pake. Harum.." Gumam Riko yang terdengar ditelinga Metha, Riko menghirup rambut Metha dengan sedikit lebih dalam menikmati harumnya shampoo bayi yang ia berikan

---
Rabu, 23 Agustus 2017 18:27

Ketika Hujan Berbicara(Riko's story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang