Typo everywhere
.
.
.
.
.
.Annisa POV
Aku tidak mengerti dengan rencana tuhan terhadapku. Tadi siang hatiku sudah sedikit berbunga bunga ketika salah seorang kenalanku menjemputku dan mengantarkan aku menemui orang yang katanya akan memberimu pekerjaan. Sedikitpun tidak ada rasa curiga terhadapnya, karena dia adalah orang yang sudah cukup aku kenal. Ternyata harapan langsung pupus begitu mengetahui bahwa aku akan dijadikan barang dagangan. Ya, aku dijualnya seharga berapa juta kepada orang barat yang bernama hanz, begitu kurang lebih mereka memanggilnya.Aku tidak bisa berbuat apa apa saat itu. Rasa marah, panik, dan kecewa bercampur menjadi satu. Tak berapa lama sebuah mobil datang untuk membawaku pergi bersama empat orang pria dengan wajah sangar. Dari yang kudengar mereka hendak membawaku ke gudang tempat mereka menjual belikan orang. Sebelum sampai digedung itu mereka menyempatkan diri singgah di sebuah club billiard dipinggiran kota. Dalam hati aku bersyukur karena mereka tidak mengikat tanganku, barang kali nanti aku akan mempunyai kesempatan melarikan diri.
Club ini lebih menyerupai sebuah bar liar daripada club billiard. Aku memandang sekelilingku, hampir setiap sudut terisi dengan wanita bayaran. Salah satu dari pria sangar itu menyuruhku untuk duduk dan mengancamku agar tidak pergi kemana mana lalu mereka pun mulai memutari meja billiard sambil terus mengawasiku. Dua orang pria yang bersamaku akhirnya memutuskan ikut bermain billiard, sedangkan dua orang lagi memilih untuk memesan minuman dan menghilang entah kemana bersama wanita wanita yang menemani mereka. Aku hanya mengawasi mereka dari kursi ini, kurasa ini saatnya untuk melarikan diri. Mereka sedang fokus dengan permainanya jadi aku rasa mereka akan lengah untuk beberapa saat. Tiba tiba ada seorang pria mabuk yang membuat onar ditempat itu. Sempat terjadi keributan yang membuat pengunjung di club itu ricuh.
Perlahan aku mulai menyelinap dibelakang kerumunan orang orang dan segera berlari keluar dari club itu. Kulihat ada sebuah sepeda gunung yang diparkirkan sembarangan disebelah tembok. Tanpa pikir panjang kuambil sepeda itu lalu kukayuh dengan kencang sebelum pria pria sangar itu kembali mengejarku. Kukayuh sekencang kencangnya melewati jalan satu satunya menuju ke perbatasan kota. Aku tidak tahu akan kemana, yang aku tahu hanyalah mengayuh sepeda curian ini sekencang kencangnya. Aku tidak boleh sampai tertangkap oleh mereka sekarang aku sangat yakin bahwa mereka sudah sadar akan ketidak hadiranku disana. Mereka pasti mencariku dan dengan cepat dapat menyusulku karena mereka menggunakan mobil. Aku harus cepat mencari tempat persembunyian. Tidak mungkin aku kabur jauh jika hanya menggunakan sepeda ini. Lagipula hanya ada satu jalan untuk pergi kekota atau ke perbatasan, tentu hal itu makin memudahkan mereka untuk mengejarku.
Tak beberapa lama aku melihat sebuah pemukiman kumuh, kukayuhkan sepedaku kesana. Aku turun daru sepeda dan menyandarkan sepeda itu kedinding sebuah rumah. Aku masuh berusaha berlari mencari sebuah tempat untuk bersembunyi. Tak ada orang diluar rumahnya, pemukiman ini benar benar sepi seperti tidak berpenghuni. Aku melihat cahaya hampir disetiap rumah kumuh yang aku lewati. Itu artinya rumah rumah itu berpenghuni, hanya saja mereka tidak ada yang berkeliaran diluar rumah saat malam seperti ini.
Setelah beberapa menit, aku melihat sebuah bangunan usang yang cukup besar. Tidak ada lampu ataupun cahaya didalam bangunan itu. Sepertinya bangunan ini tidak terkunci, barangkali aku bisa bermalam disana untuk hari ini saja. Kuberanikan diri mendekati pintu masuk bangunan besar itu. Benar dugaanku bahwa bangunan ini tidak terkunci. Aku masuk kedalam lalu kembali menutup pintunya.
"Hallo... Ada orang disini?" aku berusaha menyapa, siapa tahu ada orang yang tinggal dibangunan ini. Tidak ada yang menyahut, artinya ini bangunan kosong tanpa penghuni. Sebenarnya ada rasa takut yang membayangiku akan kehadiran makhluk malam tak kasat mata. Tapi asa takutku jika sampai tertangkap gerombolan anak buah hanz ternyata lebih besar dan membuatku berani memasuki dan memilih bersembunyi dibangunan tua ini.