18

366 16 0
                                    

Daniel POV
Aku melangkahkan kakiku keluar dari ruang kerja. Lea sudah pergi beberapa menit yang lalu bersama sam. Daehan sudah berangkat sekolah sejam yang lalu, dan Annisa mungkin sudah.

"Pagi Daniel" ucap chen bertemu denganku

"Pagi chen, apakah kamu sudah mengantarkan Annisa?" ucapku

"Ya, dia sudah dikampusnya dan aku baru saja mengantarnya" sahut chen

"Oh baguslah"

"Daniel" chen memanggil

"Iya ada apa chen?"

"Apakah kalian sudah pernah tidur bersama hmm.. Maksudku kamu pernah mengajaknya berbuat lebih saat kalian bersama. Ah... Bagaimana cara aku bertanya ya?" chen terlihat kebingungan sendiri untuk memilih kata kata yang ingin ditanyakan padaku

"Aku mengerti arah pertanyaanmu chen, tidak usah khawatir. Aku tidak menyentuhnya lebih dari sekedar pelukan. Kami tidak melakukan hal hal seperti yang kamu pikirkan. Dia masih kecil, aku tidak akan melakukan hal itu padanya" sahutku

"Jadi apa kamu tidak pernah menyentuhnya... Hmm maksudku kalian tidak pernah bercinta atau sejenisnya selama tidur bersama beberapa malam terakhir ini?" tanya chen ragu ragu.

"Chen. Aku hanya sekedar memeluknya untuk menenangkannya. Sama seperti hal nya seorang yang menenangkan temannya yang sedang kacau, tidak lebih. Aku berusaha membuatnya nyaman saat bersamaku seperti permintaan reta. Aku hanya menemaninya tidur, tidak ada hal lain. Lagipula sejak dua hari yang lalu aku sudah kembali tidur dikamarku sendiri karena kurasa keadaannya sudah jauh membaik" aku berusaha menjelaskan keadaanku bersama Annisa kepada chen

"Hahaha... Maafkan aku Daniel, aku pikir kalian sudah berbuat lebih daru itu" ucap chen sambil tersenyum

"Hahhh" aku menghela nafas panjang.

"Daniel, apakah kamu mencintainya atau hanya merasa kasihan pada gadis itu daniel. Aku mohon kali ini kamu menjawab pertanyaanku dengan jujur" ucao chen

Aku hanya terdiam mencerna kata kata chen. Apakah aku sudah mulai mencintainya atau itu semua hanya rasa iba?

"Begitu beratkah bagimu menjawab pertanyaanku itu daniel?" ucap chen

"Entahlah chen, seperti yang kamu tahu dan lea bahwa aku memang sulit jika berurusan dengan masalah hati. Aku memang belum begitu yakin apakah aku mencintainya atau tidak. Tapi aku sungguh sungguh menginginkannya, nyaris seperti saat dimana aku menginginkan aurel berada didalam hidupku. Aku memang bodoh dalam hal Cinta, tapi perlu kamu ketahui chen bahwa aku tidak akan mempermainkan perasaan orang. Memang benar jika aku memiliki rasa kasihan kepadanya, akan tetapi sebuah kasihan saja tidak akan cukup membuat hatiku teriris perih saat melihatnya terluka. Dan aku berjanji tidak akan membuatnya menangis karena diriku lagi" ucaoju pada chen dengan hati yang jauh lebih lega.

"Aku bangga padamu Daniel, mengakui bahwa kita mencintai seseorang bukanlah hal yang memalukan. Justru itu adalah hal paling berani yang bisa orang lakukan. Bahkan orang dengan badan besar dan penuh tato pun belum tentu berani melakukannya. Jadi, sudah sepantasnya kamu bangga pada dirimu sendiri karena sudah berani mengakuinya dengan jujur. Jelaskanlah hal ini pada Annisa untuk menghindari kesalahpahaman yang berlarut larut. Bagaimanapun dia masih dalam proses menuju pendewasaan, kamu sebagai orang yang lebih dewasa harus lebih banyak memberinya pengertian dan tentunya lebih bersabar" ujar chen.

"Iya chen, aku juga akan berusaha mengubah sedikit sifatku yang keras berhadapnya" ucapku

"Aku senang mendengar mu seperti ini. Pernahkah kamu memandang dirimu dicermin Daniel?" tanya chen

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang