10

501 22 3
                                    

Typo everywhere
.
.
.
.
.
.
.
.

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara pintu diketuk. Hal ini spontan membuat daniel melepaskan pelukan dan ciumannya. Annisa langsung mengambil nafas setelah menahan nafas cukup lama saat daniel mencium bibirnya tanpa jeda.

"Damn" umpat Daniel lalu membuka pintu ruangannya.

"Ada apa heri?" tanya Daniel ketika melihat heri telah berada didepan pintu ruangannya. Heri tidak menyahut, hanya memberikan sebuah kode kepada daniel

"Oh iya, kamu pergilah ke kamarmu, ada hal yang mau aku bicarakan dengam heri" perintah Daniel. Annisa pun pergi dari ruangan itu.

"Baiklah heri, sekarang katakan padaku apa yang terjadi?" ucap Daniel. Lalu terjadilah beberapa perbincangan penting diantara dua orang tersebut.

Sementara itu, Annisa tengah meringkuk diatas tempat tidurnya. Dia masih berusaha mencerna hal yang baru saja dialaminya. Annisa lalu duduk didepan cermin yang ada dihadapannya, bibirnya tampak begitu merah setelah dicium oleh Daniel. Wajahnya semakin merona mengingat kejadian yang baru saja di alaminya. Gadis kecil itu memejamkan matanya dan berusaha mengusir bayangan Daniel yang terus saja mengikutinya tubuhnya masih merasakan getaran getaran kecil yang diberikan oleh Daniel saat Daniel memeluk tubuhnya diruangan itu.

"Daniel" ucap Annisa beberapa saat sebelum matanya terpejam.

Annisa POV
Hari ini aku kembali melanjutkan kuliah seperti biasa, yang tidak biasa adalah ada tiga orang dengan baju serba hitam mengantarku. Mereka adalah anak buah daniel, salah satunya adalah heri. Sedangkan dua orang lagi tidak aku ketahui namanya. Aku keluar dari mobil dan menghirup udara dengan perasaan lega, lega karena bisa melihat dunia luar lagi.

"Baiklah nona annisa, kamu akan pergi dulu"

"Nanti bila jam kuliah sudah usau tolong hubungi saya untuk menjemput dan jangan coba coba melarikan diri" ucap heri sambil menyerahkan sebuah telepon genggam padaku.

"Baiklah heru, sekitar jam 2 siang kuliahku berakhir. Jadi kamu boleh menjemputku disekitar jam itu" sahutku.

"Baiklah, kami pergi duku" ucao heri lalu mobil yang dibawa heri pun berlalu dan menjauh dariku

Aku menghela nafas lega melihat mobil itu sudah menjauh. Aku segera menuju gedung perkuliahanku hanya tersisa beberapa materi untuk kelasku diakhiri semester ini. Setelah iru kami akan mulai menyusun proposal untuk memiliki bahan yang cukup untuk pembuatan skripsi nanti. Dulu disela sela waktuku sebagai operator warnet aku selalu mengumpulkan berbagai jenis skripsi dari internet serta Sumber pustaka yang aku butuhkan. Aku tidak mau menyia nyiakan semua itu. Aku ingin menunjukan pada daniel bahwa aku bukan gadis jalang atau barang dagangan seperti yang sering mereka katakan. Aku mau daniel tahu bahwa aku mampu menyelesaikan studiku dengan hasil yang baik.

Author POV
Annisa mengikuti jadwal perkuliahan seperti biasanya. Daniel menugaskan heri dan dua orang anak buah lainnya untuk mengantarkan annisa. Sementara itu, daniel tengah melakukan pertemuan dengan beberapa orang dari perwakilan kumpulan sindikat yang ingin melakukan bisnis dengannya. Daniel memiliki sebuah perusahaan elektronik yang cukup besar di tengah kota. Barang barang elektronik yang dijual sebenarnya hanyalah untuk menutupi usaha gelapnya dalam menyeludupkan senjata api. Sampai saat ini, polisi tidak menaruh curiga sama sekali. Kepintara daniel dalam mengatur anak buahnya dan melakukan berbagai trik yang cerdik membuatnya semakin disegani dikalangan sindikat perdagangan gelap.

"Daniel, aku rasa sudah saatnya kamu meletakkan jabatan ketua dan mulai mencari pendamping" ucap salah satu seorang pria yang mengenakan setelan jas abu abu.

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang