8

549 24 0
                                    

Typo everywhere
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Daniel POV
Sial, apa yang baru saja aku lakukan. Aku merasakan ada suatu dorongan aneh yang membuatku bertindak diluar kendaliku. Entahlah darimana datangnya nafsu yang begitu besar untuk menyentuh gadis itu.  Rasa itu belum hilang, namun sudah mulai bisa aku kendalikan. Apa setelah ini gadis kecil itu akan makin jijik melihatku. Baiklah, aku memang bukan tipikal orang yang lembut aku juga agak sedikit pemaksa tapi bukan dalam hal yang satu itu. Ah sudahlah, lebih baik tidur saja lagipula gadis itu adalah tawananku sekarang. Jadi aku berhak melakukan apa saja yang aku suka.

Annisa POV
Ya tuhan, lelaki jahat itu berusaha memperkosaku. Aku harus melaporkan lelaki jahat utu kekantor polisi. Semua itu sepertinya hanya tinggal khayalan saja mengingat aku akan terus menjadi tawanannya. Lelaki yang tidak berperasaan dan sekarang dia dengan begitu mudahnya tidak seolah tidak terjadi apa apa diantara kami. Aku benci lelaki itu tidak bisa menghormati perempuan lain.

Author POV
Malam pun berganti pagi Annisa masih tertidur pulas diatas sofa ruangan pertemuan itu. Daniel bangun dari tempatnya merebahkan badan lalu dia tersenyum melihat Annisa yang masih tertidur pulas. Wajahnya masih begitu polos tidak seperti kebanyak gadis kota yang sudah berpenampilan terlalu dewasa seperti tante girang yang sering dilihatnya. Dilihatnya jam dinding masih menunjukan pukul 5 pagi, sepertinya tidak akan ada orang yang bangun sepagi ini. Daniel melangkahkan kakinya perlahan menuju sebuah rak kecil tempat menyimpan stok rokok.

"Kenapa ada begitu banyak kunci disini?" daniel sedikit bergumam.

"Semoga saja salah satu dari kunci ini merupakan duplikat dari kunci ruangan ini" gumamnya lagi. Daniel mencoba ketiga buah kunci yang ditemukan. Ternyata salah satunya menang cocok dengan lubang kunci ruangan pertemuan ini. Daniel tersenyum lalu membuka pintu didepannya secara perlahan. Daniel kemudian bergerak menuju tempat Annisa tertidur, digendongnya gadis itu dengan gaya bride style dan dibawa menuju kekamar tidurnya.

Sepanjang koridor menuju kamar, Annisa akhirnya terbangun saat merasa tubuhnya digendong oleh seseorang. Annisa membuka matanya perlahan antara percaya dan tidak dengan kenyataan yang terjadi.

"Daniel" Annisa memanggil danie dengan lirih, kepala dan matanya masih terasa berat 

"Hmm ya?" sahut daniel

"Mau kemana kita?" tanya annisa 

"Mau kekamar tidur, kamu bisa sakit jika terlalu lama tidur diruang pertemuan itu" sahut daniel. Annisa kembali meringkukkan badannya digendongan daniel. Annisa merasa nyaman dalam dekapan lelaki yang sangat dibencinya. Semua rasa bencinya seperti menguap saat berada dalam gendongan daniel.

"Sudah sampai" kata daniel lalu membaringkan tubuh annisa dikamar tidur.

"Tidurlah" ucao daniel sambil menepuk nepuk kepala gadis itu

"Apa kamu tidak tidur?" tanya annisa.

"Ada yang harus aku kerjakan, kamu tidurlah agar badanmu lebih segar nantinya" ucap daniel sambil mencium kening annisa dan berlalu dari ruangan itu. Annisa tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dialaminya.

"Apa benar itu daniel?" gunam annisa

"Kenapa dia tiba tiba berubah menjadi sangat lembut?" tanya annisa dalam hati. Tentu saja tanya itu tidak terjawab. Dalam hitungan menit annisa kembali tertidur, bedanya kali ini tidur dengan sebuah senyuman dibibirnya.

Menit demi menit pun berlalu. Jam dinding sudah menunjukan pukul 8 pagi. Seseorang mengguncang tubuh annisa dan berusaha membangunkannya.

"Annisa bangunlah... Annisa" ternyata yang membangunkan itu adalah bibi tri.

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang