Setelah memikirkan dengan matang, aku memang seorang gadis polos. Bagaimana jika pemuda di sampingku yang sedang fokus mengemudi tidak akan mengembalikan mobil pick up milikku? Penjahat akan gampang sekali memengaruhiku jika sifatku gampang melunak seperti ini.
Mataku mengamati penjuru mobil, kemudian menelan ludah sambil menggosok tengkuk belakang kepala yang tidak gatal. Pikiran yang sangat bodoh. Untuk apa orang kaya seperti mereka mau mengambil mobil butut yang seharusnya tidak pantas dipakai? Mereka dengan mudah bisa membeli persis yang seperti itu bahkan dengan tampilan dan mesin keluaran terbaru. Jangan tanya harganya yang tidak akan sanggup untukku sekedar meliriknya.
Jam di pergelangan kiriku menunjukkan pukul 18.00. Apa Mike sudah pulang dan sedang menunggu di depan rumah? Tapi tidak ada pesan atau pemberitahuan apapun dari ponselku. Mungkin dia masih sibuk di kantor.
“Terima kasih.” Aku cukup terkejut mendengar ucapan dari Adrian. Menyebut namanya yang masih asing membuat lidahku kaku.
“Seharusnya aku yang mengatakan seperti itu. Lagipula permintaan maafku dua kali terabaikan.” Itu memang benar. Yang pertama saat kejadian Adrian jatuh dan ternyata dia malah meninggalkanku begitu saja. Dan kedua saat aku sedang memindahkan tanaman yang berujung dia menanyakan namaku.
“Benarkah? Awalnya aku memang sedikit marah,” aku bisa melihat Adrian menggantungkan suaranya dan melirik ke arahku, “hanya sedikit. Aku hanya berpikir, gadis dan kucing semacam apa yang keluar pada malam hari? Tapi jangan khawatir, aku bukan orang pendendam.”
Lalu apa maksudnya dengan kata terima kasih yang Adrian ucapkan tadi? Belum sempat aku menanyakan, mobil sudah berbelok dan memasuki area parkir sebuah restoran. Sepengetahuanku, aku tidak meminta lelaki itu untuk menurunkanku di restoran.
“Kenapa?” Aku reflek mengikuti Adrian saat dia membuka seat belt.
“Kita akan makan. Aku baru ingat bahwa makanan terakhir yang masuk ke dalam perutku hanya sepiring nasi goreng saat sarapan pagi.” Lalu apa hubungannya denganku? Aku sedang dalam posisi menghemat saat ini, dan makan di restoran mahal adalah pilihan yang buruk.
“Aku menunggu di mobil saja kalau begitu. Lagipula Sissy akan mengganggu.” Jawaban yang sangat bagus Allona. Sekarang lihatlah wajah lelaki di sampingmu yang sedang menaikkan salah satu alisnya seakan mengejek.
Aku mengalihkan tatapan ke arah kucing manis di pangkuanku. Pantas saja dari tadi aku tidak merasakan tingkahnya, dia sedang tertidur. Dan apa yang tadi aku katakana? Sissy akan mengganggu? Aku tidak tahu bahwa aku memang gadis yang bodoh.
“Sissy tidak akan bisa mengganggu jika sedang tidur, kecuali kamu ingin membangunkannya.” Tanpa menunggu jawaban, Adrian sudah membuka pintu dan keluar.
Baiklah, hanya untuk saat ini aku akan membuang uangku untuk seporsi makanan di restoran mahal. Tidak akan ada lain kali.
Setelah aku meletakkan Sissy di kursi penumpang, aku segera menyusul Adrian yang ternyata menungguku. Semoga saja Mike masih di kantor, akan sangat merepotkan jika dia sudah sampai rumahku saat ini.
Makan malam bersama Adrian adalah pilihan yang sangat salah. Lelaki itu dengan seenaknya memilih makanan tanpa mengijinkanku berkomentar. Bagimana jika uangku tidak cukup? Apa Adrian tidak merasakan penderitaan orang sepertiku?
Dari sudut ruangan semua terlihat mewah. Dekorasi, lampu-lampu, bahkan orang yang berkunjung juga terlihat kaya. Aku membandingkan pakaianku sendiri. Hanya kaos lengan panjang dan jins yang sudah memudar warnanya. Sangat tidak cocok jika disandingkan dengan lelaki di depanku yang baru aku sadari bahwa dia memakai kemeja putih dengan lengan yang digulung sampai siku dan celana hitam. Seperti majikan dan pesuruh.
Tidak membutuhkan waktu lama, banyak makanan sudah tersaji di meja. Aku tidak berlebihan saat mengatakn banyak. Jika aku memperkirakan, dengan semua makanan ini mungkin masih dapat menampung tiga orang lagi di meja kami.
Aku sengaja mengambil makanan sangat sedikit, sudah jelas alasannya karena aku tidak punya uang. Aku saja mengasihani diriku sendiri.
“Jika makanmu terus seperti itu, kapan kita bisa menyelesaikannya?”“Aku sedang diet.” Alasan yang sangat bagus. Perempuan memang identik dengan menjaga tubuh agar tidak mempunyai lemak berlebihan ‘kan?
Adrian terlihat mengamatiku, memandang dari ujung kepala hingga ke bawah dengan intens. Aku sedikit tidak nyaman. Apa yang sedang dia perhatikan?
“Diet? Dengan ukuran tubuh sekecil itu? Jika aku jadi dirimu, aku tidak akan menyiksa tubuhku sendiri. Makanlah semua, aku yang akan bayar.”
“Benarkah?” Aku menutup mulut bodohku. Tidak bisakah aku mempermalukan diriku lebih dari ini? Adrian sedikit terkejut dengan reaksiku yang terlampau cepat dan spontan, tapi kemudian kekehan kecil keluar dari mulutnya. Dia kembali makan dengan tenang.
Aku ingin mempertahankan harga diriku yang telah turun dengan tetap memakan porsi sedikit. Tapi memikirkan makanan sebanyak ini, selezat ini, dan semua adalah gratis, akhirnya rasa laparku menguasai kendali. Entah kemana harga diri yang tadi aku junjung tinggi-tinggi. Aku juga lapar, dan sama seperti Adrian, makanan terakhirku adalah sarapan pagi tadi.
Dengan badanku yang sebenarnya tidak terlalu kecil menurutku, ternyata menyimpan perut seorang babi. Aku dengan lahap menyantap makanan yang berada di depanku. Lagipula kesempatan ini jarang terjadi. Mike sebenarnya mampu mentraktir seperti ini, tapi mengingat kebutuhan hidupnya dan tabungan pernikahan kita membuat semua pengeluaran harus diperhitungkan dengan benar.
Kami keluar dari restoran tepat pukul 19.00. Satu jam waktu yang lama. Apalagi bagi Adrian yang harus menungguku untuk menghabiskan makanan yang sangat tidak rela aku abaikan begitu saja. Agak canggung rasanya, tapi tidak baik menolak kebaikan hati orang lain ‘kan?
Adrian mengantar sampai ke Taman Surga Impian. Toko itu terlihat gelap karena penerangan yang belum aku nyalakan. Aku sengaja menyuruhnya untuk tidak mengantar ke rumah, bagaimanapun aku takut jika Mike ternyata sudah berada di rumahku tanpa memeberitahuku terlebih dahulu.
Adrian awalnya keberatan, tapi aku meyakinkan bahwa akan ada pelanggan yang harus kutemui malam ini, sebenarnya itu hanyalah kebohonganku. Dia terlihat tidak percaya tapi akhirnya mengalah.
“Yakin tidak ingin aku antar sampai rumah?”“Tidak perlu. Terima kasih untuk tumpangan dan makanannya.”
“Aku hanya ingin membalas budi.” Setelah mengatakan itu, dia menjalankan mobilnya dan pergi dari hadapanku. Membalas budi? Untuk apa? Apa karena aku mengantarkan tanaman hias ke rumahya? Alasan yang konyol.
Aku pulang bersama Sissy memakai angkuta umum dan harus dikejutkan sekali lagi saat melihat mobil sedan yang sudah berada di halaman kecil rumahku dengan Mike yang bersender di salah satu pintunya.
“Sudah lama? Maafkan aku.” Mike melihat jam di pergelangan tangannya sebentar. “Kenapa minta maaf? Aku hanya menunggu 15 menit. Ayo ke dalam, aku membawakan makan malam untuk kita.” Aku terbelak dan membasahi tenggorokan dengan saliva agar mudah berbicara, tapi percuma tidak ada apa-apa yang keluar dari suaraku. Perutku sangat kenyang dan tidak mungkin aku mengatakan kepada Mike bahwa aku telah makan malam dengan lelaki lain.
Astaga, sepertinya besok aku memang harus berdiet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Efemeral
RomanceAku seorang yang biasa, dan dia sempurna. Kami mempunyai jalan yang berbeda tapi kedua garis berliku itu akhirnya dipertemukan di simpangan kecil yang merupakan satu dari sekian banyak takdir Tuhan. Nyatanya tidak semua hal akan terus berjalan baik...