23-ADRIAN

1.1K 104 1
                                    

Aku akan menunggumu hingga Tuhan sendiri yang hanya bisa menghentikan. Selamat malam.

Semuanya masih terasa di kepalaku. Bagaimana kata-kata itu terketik dengan lancar di layar ponselku. Bagaimana tidak ada balasan apapun. Dan bagaimana setelahnya Allona berusaha untuk menjauhiku.

Ini sudah berjalan beberapa hari dan aku menuruti semua hal yang Seno katakan.

Aku membiarkan Mike menjemput Allona dengan senyuman hangat serta ciuman di kening gadis itu. Aku memberikan segala perhatian yang selama ini tidak pernah aku perlihatkan kepada siapapun. Aku melakukannya dan gadis itu malah melakukan penolakan dengan terang-terangan.

Dia menjauh, membuat tembok tinggi di antara kita. Kenapa, adalah satu-satunya pertanyaan yang terus memenuhi kepalaku.

Faktanya, mereka memang sudah berbaikan. Terasa tidak adil untukku tapi dari awal memang itu kepastian yang sudah diatur takdir.

"Allona, bisa berbicara sebentar?" Gadis itu menatapku sekilas, membuat perasaan ngilu saat matanya beralih dengan sangat cepat.

"Ada apa?" Tidak ada lagi senyuman, hanya suara datar seakan dia terusik dengan kehadiranku.

"Aku mempunyai salah padamu?"Allona menghembuskan nafas sebentar, lalu menjawab, "tidak, tidak ada. Sudah? Boleh aku pergi? Mike menunggu di depan."

Aku memang menahannya di ruang penyimpanan. Tas dan jaket sudah tersampir di tubuhnya, bersiap untuk pulang.

Aku bingung. Kenapa aku harus menuruti nasehat Seno dan menjadi lelaki bodoh seperti ini? Jika saja hari itu aku bisa sedikit egois dan menahan Allona, mungkin aku bisa mendapatkan pandangan berbinar seperti dulu.

Allona bersamaku, Mike memergoki, dan hubungan mereka berakhir. Seharusnya begitu.

"Aku tidak tahu kenapa kamu menjauhiku. Aku tahu itu, jangan mencoba untuk mengelak." Aku menepis cukup tajam saat Allona ingin membela diri.

"Maaf Adrian, aku akan mengundurkan diri dari pekerjaan ini."

"Apa?" Yang aku inginkan hanyalah alasan Allona menghindariku, bukan berita seperti ini.

"Maaf."

Tidak, ini tidak bisa. Bagaimana aku bisa menahan mataku untuk tidak melihat kilauan hijau yang selalu tergantung di lehernya? Membayangkan liontin left pendant di luar jangkauanku membuat perasaan tidak rela muncul.

Aku mencekal lengannya, mencegah Allona untuk beranjak. "Ada apa Allona? Ada apa dengan semua ini? Aku mencintaimu dan aku tidak ingin memaksakan perasaanku, tapi kamu malah membuat jarak selebar ini."

Allona hanya sedikit terkejut tapi raut wajahnya kembali seperti semula. Dia memandangku dan melepaskan cekalan tanganku dengan pelan. "Aku akan menikah, sekali lagi maaf. Aku mencintai Mike."

Aku akan menikah.

Aku mencintai Mike.

Maaf.

Perkataan Allona sedetik lalu menghunus jantungku. Sebuah kejujuran atau hanya sekedar kebohongan? Tapi aku berharap itu merupakan pilihan yang terakhir.

Setelah tersadar, aku berlari menyusulnya. Menghadang jalannya tepat gadis itu sudah keluar dari pintu restoran.

"Ada apa lagi?" Suaranya meninggi dan aku tidak menyukai.

"Aku memang salah mencintaimu-"

"Dari awal semuanya memang salah. Jangan mencintaiku, aku tidak bisa." Aku sedikit terhenyak saat Allona menukas perkataanku dengan tajam.

Pikiranku menyuruh untuk menyerah saja sampai di sini, tapi aku melihat pelupuk matanya yang sedikit menggenang. Matanya berkilap tertutupi air tipis yang tidak kentara. Allona menahan tangis.

Waktu lalu aku memendam rasa egoisku, membiarkan gadis yang aku cintai pergi dan bersama lelaki lain. Dan aku tidak akan melakukannya lagi, aku akan membuat keegoisan untuk yang kesekian kali dan tidak peduli bagaimana hasilnya.

"Lusa, aku menunggumu. Taman Surga Impian, jam 7." Sebuah gelang berwarna perak yang berbentuk sulir sulir tumbuhan dengan hiasan daun daun kecil di sekitarnya sudah terpasang di tangan kanan Allona. Aku menyiapkannya, dan kali ini aku juga yang memasangkannya.

"Aku tidak butuh ini dan aku tidak akan pernah dat-"

"Aku tidak memaksa Allona, hanya jika kamu berubah pikiran. Dan kemudian tidak ada lain kali, aku berjanji." Tentu saja aku berbohong. Tidak ada lain kali? Itu hanya bualan agar Allona mau memberiku kesempatan dan memikirkan semuanya.

Tanpa menunggu reaksi sebelumnya, aku memasuki restoran kembali. Aku tahu bahwa Mike mengawasi kami berdua sedari tadi dan aku memberi penghargaan karena dia tidak berlari ke arah kami dan menyeret Allona dengan paksa.

Seno datang tergopoh-gopoh, matanya memandang khawatir. "Pak, Allona ...."

"Mengundurkan diri? Aku tahu."

"Dan anda akan diam saja?"

"Aku sudah pernah kehilangan dunia, Seno, dan terpuruk dalam kesedihan, aku tidak mungkin melepaskannya lagi. Aku akan mengusahakan kebahagiaanku."

EfemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang