"Habis Sholat Jum'at Pak?"
Aku mengangguk, menanggapi Seno."Iya."
Sebenarnya aku ingin langsung ke ruanganku di lantai tiga, tapi seorang bocah laki-laki mengundang perhatianku.
"Hei Boy ... sedang menangis?" Aku mengambil duduk di depannya. Mata bocah itu terlihat basah dengan upaya agar tidak sampai meneteskan air mata. Kemudian kepalanya menggeleng cepat, sebagai respon pertanyaanku.
"Dimana orang tuamu?" Bocah di depanku masih tidak mau menyahut dengan suara, gerakan tangannya yang menunjuk arah toilet membuatku mengerti.
"Biar kuberi tahu sesuatu kepadamu. Aku sangat menyukai es krim ...." Perkataanku sengaja menggantung untuk melihat reaksinya. Tapi nihil. Tidak ada reaksi apapun dari anak itu, bahkan kepalanya masih menunduk. Aku melanjutkan, "dan kue." Mata kecil itu mulai menatapku nyalang seperti pemburu. Gerakan lehernya untuk mendongak bahkan sangat cepat. Aku sudah mulai mengerti.
Tanganku terjulur ke udara dengan gerakan memanggil pelayan. Setelah mendapatkan buku menu yang penuh dengan pilihan dessert, aku meletakkannya di depan bocah laki-laki yang sudah menatap dengan pandangan berbinar. "Pilih yang kau suka. Aku traktir." Mulutnya membuka dengan seruan "Woah." Tapi secepat kilat, rautnya berubah kembali menjadi sedih. "Mama akan marah."
"Bilang saja hadiah dariku." Mata itu kembali berbinar dan melayangkan pandangan ke buku menu.
"Aku mau kue warna merah. Aku suka merah." Tapi sayangnya aku tidak pernah bisa melihat kue merah yang kau sebut itu kid. Aku tersenyum singkat dan segera menyuruh pelayan agar mencatat seluruh makanan yang ditunjuk jari-jari kecil di depanku.
"Catat itu sebagai bonus untuk anak ini."
"Baik Pak."
Setelah memastikan tidak ada sedikitpun air mata yang akan tumpah, aku segera beranjak. Kata terima kasih terucap dengan sangat nyaring. Aku tersenyum, mengangguk. Kenapa aku sering tersenyum akhir-akhir ini? Karena seseorang? Sangat mustahil.
Aku baru ingat, ini sudah satu minggu dan Allona sama sekali tidak menghubungiku. Jangan menyebut bahwa aku mempunyai tingkat kepercayaan diri tinggi, karena alasan yang sebenarnya adalah mobilnya masih bersama orang-orangku. Pihak bengkel yang memeriksanya bahkan tidak percaya bahwa mesin selama itu masih bisa digunakan. Seharusnya mobil itu sudah berada di tempat penghancuran.
"Melihat rumah sebesar ini, saya tahu bahwa anda tidak akan kesusahan membeli mobil yang baru. Ini sangat buruk. Bahkan jika kali ini masih bisa berjalan akan hanya tinggal hitungan jari saja mobil ini akan selamanya tidak bisa dipakai."
Aku tidak menanggapi saat itu. Tugasku hanya untuk memperbaikinya bukan untuk membelikannya mobil baru. Tapi kali ini, sedikit rasa khawatir tiba-tiba timbul entah darimana."Pak Adrian." Aku mengalihkan ke arah Seno yang sudah berdiri di hadapanku.
"Kenapa?"
"Dua hari yang lalu anda menyuruh saya mengubah tema restoran ini menjadi konsep garden. Saya sudah menyuruh orang untuk mengubah area belakang restoran yang hanya berupa lahan kosong untuk segera dibuat taman outdoor. Sepertinya lusa mereka akan mengerjakan. Untuk dekorasi tanaman--"
"Biar aku yang mengurusi." Tidak hanya Seno, tapi aku juga terkejut dengan perkataanku. Selama ini semua hal yang berhubungan dengan lapangan merupakan tugas Seno dan aku hanya menerima hasil jadi.
Mungkin karena keterikatan antara hijau, tanaman hias, leaf pendant dan gadis senada, Allona.
"Maksudnya, Pak Adrian sendiri yang akan mengkoordinasi langsung mengenai dekorasi?"
"Iya, ada masalah? Saya juga ingin memastikan yang terbaik untuk pelanggan." Seno terlihat mengangguk sambil sedikit tidak percaya.
Semenjak aku bisa melihat warna hijau selain monokrom, aku selalu merindukan warna teduh itu. Bahkan balkon kamarku di rumah sudah terjejer rapi tanaman hias yang Allona kirim beberapa waktu yang lalu -yang pada akhirnya aku harus menerima omelan Umi karena seharusnya tanaman itu diletakkan di halaman belakang.
Karena hal itu aku mengubah gaya vintage dan retro yang diselingi modern menjadi garden dimana warna hijau akan ditonjolkan dan menjadi kesan utamanya. Akan banyak tanaman hias yang memang diharuskan untuk memakai jasa perawatan. Pengeluaran tidak terlalu menjadi masalah melihat bagaimana ramainya tempat makan ini setiap hari.
Tidak hanya untuk restoran pusat, semua cabang di berbagai daerah juga sudah menerima perintah agar mengubah tema sesuai perkataanku.
Mulai sekarang, akan ada hijau yang datang dan beradaptasi di hidupku, seperti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Efemeral
RomanceAku seorang yang biasa, dan dia sempurna. Kami mempunyai jalan yang berbeda tapi kedua garis berliku itu akhirnya dipertemukan di simpangan kecil yang merupakan satu dari sekian banyak takdir Tuhan. Nyatanya tidak semua hal akan terus berjalan baik...