nineteen

9.4K 741 112
                                    

Tubuh itu masih berdiri kaku.tidak bergerak layaknya patung yang tak bernyawa.sedang tatapannya masih tertuju pada satu titik dimana seorang laki-laki tampan berdiri dan menatap kaku sama halnya dirinya.

Mereka berdua saling tertegun menatap diri masing-masing.tatapan mereka saling terkunci dengan rasa kaget satu sama lain. Mengabaikan pandangan dan tatapan penuh tanya beberapa pasang mata disekitarnya.

"Kak !" panggilan itu terdengar lirih. setetes air matanya sudah meluncur bebas membasahi pipi mulusnya.dadanya masih bergemuruh, tangannya reflek meremas sisi gaunnya karena gugup.ini tidak mungkin terjadi.benarkan sosok didepannya nyata.

Sedangkan sosok laki-laki itu sama terpakunya seperti maina.keduanya sama-sama diam.tapi mereka sadar,mengerti dengan situasi seperti ini.mereka seolah bodoh untuk melakukan atau mengatakan sesuatu untuk memecah kediaman diantara mereka.

Maina menunduk untuk menyembunyikan air matanya,menahan isakan yang akan keluar dari bibir tipisnya. rasa rindu,senang,sedih, marah,kecewa semua bercampur menjadi satu hingga ia tak bisa mengartikan bagaimana perasaannya sekarang.

"Rum loe kenapa? ".

Anjani khawatir.Ia mendekat,dan mengusap lengan sahabatnya itu lembut. ia bingung sekaligus penasaran, sebenarnya ada hubungan apa maina dengan laki-laki didepannya ini.laki-laki yang ia ketahui bernama rega,yang juga merupakan kakak dari temannya,alina. Apalagi ini kedua kalinya maina berekasi sama ketika bertemu dengan rega.

Akhirnya maina menghentikan tangisnya, tangannya bergerak cepat menghapus sisa air mata di wajahnya.kemudian ia kembali mendongkak,menatap kembali sosok rega yang belum bergeming dari tempatnya berdiri.

Satu langkah,dua langkah kaki maina bergerak mendekat tanpa sadar.

Bagaimanapun rasa sakitnya, ia tak bisa mengelak jika masih ada rasa rindu membuncah dalam dadanya ketika bisa bertemu kembali dengan satu-satunya saudara sedarah yang ia miliki didunia ini.

Sepasang matanya tak lepas memperhatikan setiap inci wajah rega yang semakin tampan dan dewasa setelah empat tahun berlalu. Tapi tiba-tiba tubuh maina kembali menegang,sepasang mata shapirenya bersibobrok dengan sepasang mata hazel milik rega. Ia sangat mengenal sepasang mata itu.

Mata itulah yang dulu selalu menatapnya penuh kebencian.

Mata itu yang selalu mengeluarkan aura permusuhan dan tatapan tajam padanya.

Sekelebat bayangan masa lalu tiba-tiba berputar dikepala maina bagai sebuah film pendek. Tubuh maina kembali kaku, bahkan kini raut wajahnya tampak pias.

"gw gak sayang loe dan gak akan pernah.Gw benci loe maina,gw ben-ci sama loe! "

"Loe cuma anak pembawa sial! "

"Loe gak pantes dicintai! "

"Loe cuma bisa menghancurkan kebahagiaan orang lain! "

"Loe harusnya sadar,Gak ada yang mengiginkan loe didunia ini, gak ada! "

Kalimat-kalimat itu terus berputar dikepala maina.kalimat-kalimat yang dulu selalu rega ucapkan padanya. Ia tak pernah lupa,bahkan masih teringat jelas.

Perlahan kaki maina melangkah mundur,menjauh satu dua langkah. Ia memejamkan matanya,sedangkan kedua tangannya terkepal erat.

"Rumaina! " akhirnya rega mengeluarkan suaranya setelah terdiam lama.mungkin seruan itu terdengar halus dan biasa bagi beberapa orng yang mendengarnya.tapi tidak untuk maina,baginya panggilan itu seperti sebuah peringatan tak kasat mata.

Maina menarik nafas lalu menghembuskannya.perlahan sepasang matanya kembali terbuka.ia menatap rega lagi,namun kali ini dengan tatapan yang sulit diartikan.

Cinta untuk Maina (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang