twenty one

9.4K 614 73
                                    

Maaf karena baru bisa update sekarang. Sebenarnya ini udah siap update beberapa hari lalu,tapi selalu gagal karena jaringannya disini tidak bisa diajak kerja sama.
Syukur-syukur kalo masih ada yang nunggu lanjutan ceritanya.aku ngerasa makin kesini ceritanya makin gak jelas. Gimana menurut kalian?. Kadang aku suka gak pd buat lanjut.hehe

Selamat membaca,bagi yang mau baca. Typo masih bertebaran.

****

Maina menggeliatkan tubuhnya, pusing. itulah yang dia rasakan saat matanya pertama kali membuka mata.sedikit mengerang merasakan kepalanya masih berdenyut-denyut.

"Auch!." maina mencoba memegang kepalanya yang terbalut perban dibagian dahi,rasa ngilu juga sedikit ia rasakan di bahunya saat mengangkat tangan kanannya.

Tak berapa lama dirinya mengerjapkan mata,mencoba menyesuaikan dengan cahaya.lalu kepalanya ia putar ke kanan lalu kekiri,menelisik ruangan tempatnya berada saat ini.

Maina berusaha bangkit dari tidur lalu merebahkan sebagian tubuhnya ke kepala ranjang.baru tersadar jika kini ia berada disebuah ruangan bernuansa putih dengan benda-benda khas rumah sakit.bahkan pakaian yang semalam ia gunakan,kini sudah berganti dengan baju khas pasien.tak ketinggalan sebuah selanh infus terpasang dipergelangan tangan kirinya.

Dirinya mendesah keras,langsung teringat kejadian semalam.tak aneh jika sekarang dia berada disini.namun yang menjadi tanda tanya,siapa yang telah membawanya kesini.

Ceklek

Suara pintu dibuka mengalihkan tatapan maina kearah pintu.jeda beberapa saat,lalu muncullah seorang wanita berpakaian khas dokter dan seoramg perawat berjalan dibelakangnya mendekati ranjang.

"Selamat pagi, bagaimana kabar anda? " tanya dokter bernama tage luna itu ramah seraya tersenyum.sedang perawat yang bersamanya kini tengah memeriksa infusnya.sepertinya mereka datang untuk kunjungan rutin pasien.

Maina belum menjawab,sepasang matanya menatap dokter itu diam,lalu berdeham untuk melancarkan tenggorokannya yang sedikit kering.
"Sedikit pusing dok !. Jawab maina jujur.

Dokter itu mengangguk paham,lalu mengambil stetoskop dan memasang dikedua telinganya." coba kita periksa dulu ya ".

Maina mengangguk dan menurut saat dokter luna memintanya kembali berbaring.dokter luna mulai melakukan pemeriksaan,dimulai dari mata, mulut, serta dadanya.tak lupa bagian bahu maina yang memang juga terasa sakit. Selama itu maina hanya diam,belum membuka suara.sesekali hanya menghela nafas lelah.

"Tidak ada yang serius,mungkin rasa pusing itu disebabkan karna benturan.tapi tidak perlu dikhawatirkan.biar nanti saya berikan obat pereda nyeri. " jelas dokter luna seraya merapikan peralatannya.

Dokter luna beralih menatap perawat yang datang bersamanya.entah apa yang dibicarakan,hingga perawat itu undur diri dan menginggalkan mereka berdua.

Perlahan maina memilih kembali bangkit dan merebahkan sebagian tubuhnya kekepala ranjang.dia menatap dokter luna sopan mengisyaratkan bentuk terima kasih.Menurutnya dokter luna itu terlihat sangat cantik dan manis,sikapnya pun terlihat sangat ramah.dia bisa menebak mungkin usianyahanya terpaut beberapa tahun diatasnya.

"Ehm,dok. Boleh saya tau,bagaimana saya bisa berada disini?". Akhirnya maina menberanikan diri bertanya. Menyeruakan rasa penasaran yang sejak tadi melingkupi dirinya.

Dokter luna tersenyum simpul sebelum menjawab." semalam seorang pemuda membawamu dalam keadaan tak sadarkan diri.ehm,dia mengaku sebagai temanmu".

Seketika dahi maina mengernyit, dikepalanya kini berputar fikiran-fikiran tentang siapa gerangan pemuda yang semalam membawanya kesini. "Anda tau siapa namanya? "

Cinta untuk Maina (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang