twenty three

8.7K 557 106
                                    

Ruangan bernuansa putih itu tampak sepi.hanya terdengar bunyi detak jantung dari layar monitor menandakan jika sosok yang tengah terbaring kaku diatas brangkar putih itu masih bertahan hidup.

Tak lama,terdengar suara pintu terbuka memunculkan sosok pria paruh baya memasuki ruangan.suara langkah kakinya menggema memenuhi ruangan beraroma khas obat-obatan itu.semakin mendekat hingga tubuhnya berdiri tepat disamping brangkar putih berpenghuni itu.

Adrian winarya.hampir semua orang mengenalnya.namanya dikenal sebagai pengusaha yang merupakan pemilik salah satu perusahan properti di Indonesia. Termasuk salah satu pengusaha paling sukses mengingat perusahannya termasuk salah satu perusahan terbesar dan maju.bertangan dingin,teguh,pekerja keras,serta sulit dibantah.itulah yang orang nilai darinya selama ini.namun saat ini,semua kesan itu seolah tenggelam oleh raut kesedihan yang sangat kentara dari wajah tuanya.

Diruangan itu,adrian berdiri mematung tanpa suara dengan raut wajah lelah. Sepasang mata biru shapirenya menatap nanar kearah ranjang,dimana seorang pemuda terbaring kaku dengan wajah pucat dan sepasang mata yang tertutup.

Adrian menahan nafas,seketika dadanya terasa sesak.ada rasa sakit yang teramat dalam ketika harus menerima kenyataan bila sosok pemuda yang tengah terbaring diatas brangkar putih dihadapannya itu adalah putranya.

Darega ariesta winarya.

Pemuda dua puluh tiga tahun itu terbaring tak berdaya dengan beberapa alat penunjang kehidupan menempel ditubuhnya.tampak memprihatinkan dengan wajah dan tubuh penuh luka serta beberapa bagian yang dibalut perban putih.

Hening.entah berapa lama laki-laki paruh baya itu terdiam.hingga tak menyadari kehadiran sosok wanita anggun yang perlahan berjalan mendekat kearahnya.

"Mas! "

Sebuah seruan halus disertai tepukan lembut dibahu kiri adrian,membuat pria paruh baya dua anak itu seolah tersadar. Perlahan wajahnya menoleh,kearah dimana suara itu berasal.lalu sebuah senyum tipis terbit dibibir adrian tak kala mendapati wajah ayu wanita yang berstatus istrinya tengah menatap lembut padanya.

"Mas harus istirahat.semalaman mas tidak tidur,dan bahkan belum makan apapun". ucap Rina,istirinya.

"Mas tidak lapar". Jawab Adrian seadanya.tatapan matanya kini kembali teralih kearah dimana rega berada.

Dan Rina hanya bisa menghela nafas. Sepasang matanya ikut mengarah kerarah ranjang.sama halnya Adrian, rasa sakit itu muncul kala melihat kondisi rega saat ini. Ibu mana yang tidak hancur saat melihat anaknya terluka parah.

Walau rega bukan anaknya,namun rasa sayang rina pada pemuda yang notabene merupakan anak kandung adrian dengan mendiang istri pertamanya itu sangatlah besar.dia menyayangi rega seperti dia menyayangi alina,putri kandungnya sendiri.keduanya sangat berharga dan penting dalam hidupnya.

Hening.tak ada suara selain suara mesin pendeteksi jantung dan tetesan infus saling bersahutan.sepasang paruh baya itu berdiri berdampingan menatap nanar kearah satu titik yang sama.

"Mas! " rina semakin mendekatkan tubuhnya.lalu mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh renta adrian kedalam pelukannya.hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.menjadi sandaran dan memberi dukungan positif untuk suaminya.

" rega akan baik-baik saja. "

***

" be mine ".

Maina terpaku dengan pandangan kaget sekaligus bingung.wajah farish begitu dekat dengan wajahnya.bahkan hidung mereka yang hampir bersentuhan,membuatnya bisa merasakan deru nafas farish yang menerpa wajahnya.

Cinta untuk Maina (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang