three

7.2K 493 4
                                    

Seorang gadis berjalan sambil menggenggam setangkai mawar putih ditangannya memasuki area pemakaman umum.masih lengkap dengan seragam putih abu-abunya,gadis itu berjalan, berhenti dan berjongkok di depan sebuah gundukan tanah yang sudah ditumbuhi rumput-rumput hijau.diujungnya tertancap sebuah nisan yang bertuliskan nama seseorang yang sangat dirindukannya.

'Hastari Fauzia Iskandar. '
Binti Arief Fauzi iskandar.

Lahir : 18 maret 1975
Wafat : 05 juli 1998

"Hai ma,apa kabar ?..maaf,ina baru bisa berkunjung lagi kesini !".

Maina meletakan setangkai mawar putih yang ia bawa diatas nisan mendiang ibunya.seperti biasanya setiap ada kesempatan ia akan menyempatkan diri untuk mengunjungi makan ibunya.

"Ina kanget banget sama mama! " maina tak mengenal bagaimana sosok ibunya, yang ia dengar dari mantan pengasuhnya ketika ia kecil.ibunya adalah sosok yang baik,ramah,dan penyayang.sosoknya yang lemah lembut,selalu membuatnya disenangi oleh semua orang.tak heran saat kematiannya,keluarga dan orang-orang disekitarnya merasakan kehilangan yang mendalam.

Maina mengusap lembut nisan berwarna putih kecoklatan karena sudah termakan usia.satu persatu air matanya menetes.
"ina lelah mah,apa lagi yang harus ina lakukan.. ina gak tau sampai kapan papa dan kakak akan benci dan nyalahin ina atas kepergian mama! "

Maina duduk disamping makan Tari dan seperti biasanya ia akan menceritakan semua keluh kesahnya selama ini.

"Andai mama masih ada,andai waktu itu mama gak lebih memilih nyelamatin ina dari pada nyawa mama sendiri.Andai..! "

Air mata terus mengalir dari kelopak mata bawahnya,tetesan bening itu berjatuhan membasahi gundukan tanah makam tari. Rasa lelah,kecewa,sedih,putus asa bercampur menjadi satu menimbulkan luapan emosi yang terus melingkupi fikirannya.

"Kenapa mama gak ajak ina pergi ke surga bersama,kenapa mama ninggalin ina bersama orang-orang yang gak pernah bisa menerima kehadiran ina.ina sendirian ! " maina terus mengungkapkan isi hatinya didepan pusara sang ibu.

"Sampai kapan mah..sampai kapan ina harus bersabar.ina gak kuat,ina capek! "

Gadis itu merendahkan dirinya hingga kepalanya menempel diatas gundukan tanah makam Tari.ia menangis sejadi-jadinya disana,meluapkan segala apa yang ia tahan selama ini tanpa ada yang akan mengetahuinya.hanya dirinya, ibunya dan Tuhan yang tau sosok rapuh dari seorang Rumaina Hastari Winarya.

Maina bangkit dan menghapus air mata yang membasahi pipinya."maaf ma,ina jadi cengeng! " maina tertawa sumbang mecoba kembali tegar,perasaannya sedikit lebih baik setelah berkeluh kesah dengan tari walau tak secara langsung.

"Walau ina gak bisa liat mama, ina yakin mama selalu berada disamping ina.selalu melihat dan ngawasin ina dari sana! " air matanya sudah berhenti mengalir,sambil membersihkan rumput liar yang tumbuh dipusara sang ibu maina terus bercerita.

"Ina pulang dulu ma,nanti kapan-kapan ina dateng lagi! " maina menundukan kepalanya dan mencium nisan tari sebelum beranjak dan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir sang ibu.

Saat berbalik betapa terkejutnya maina mendapati sesorang sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gii...gi..gina! "

Sepersekian detik tubuh maina sudah jatuh dipelukan gina,sahabatnya itu memeluknya erat,bahkan sangat erat.

###

"Jadi kenapa loe bisa ada disana! " setelah adegan berpelukan dipemakaman,maina dan gina memilih mencari tempat yang cocok untuk mengobrol.kini keduanya berada di sebuah kafe yang berjarak 100 meter dari pintu masuk pemakaman.

Cinta untuk Maina (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang