twenty four

13.6K 707 305
                                    

Alina berjalan pelan memasuki kamar perawatan Rega. Langkah kaki membawanya semakin mendekati ranjang putih dimana sosok Rega masih terbaring dengan sepasang mata yang masih tertutup. Hampir 12 jam pasca operasi dilakukan, tapi belum ada perubahan untuk kondisi laki-laki itu.

Alina hanya bisa mendesah lemah, dirinya tak menyangka keadaan Rega akan separah ini. Padahal semalam, sebelum pesta pertunangannya. Laki-laki itu masih baik-baik saja, masih bisa bercanda, tersenyum, bahkan memeluk serta menatapnya hangat seperti biasa.

Tapi sekarang yang ada malah sebaliknya, Rega yang biasanya terlihat segar bugar, tampak lemah dengan beberapa alat peneunjang kehidupan menempel ditubuhnya. Semuanya berubah dalam waktu beberapa jam.

Semakin mendekat, Alina semakin merasakan sesak dalam dadanya. Setetes air mata sudah meluncur bebas di masing-masing sudut matanya. Tidak bisa isa dijabarkan bagaimana hancurnya ketika melihat orang yang begitu berarti dalam keadaan memprihatinkan.

Dalam lamunannya Alina teringat memori lima tahun lalu. Ketika untuk pertama kali dirinya bertemu dan diperkenalkan dengan Rega. Berawal dari dua orang asing yang tiba-tiba berubah menjadi saudara, saudara tiri tepatnya.

Tampan, baik, perhatian, dan penyayang. Begitulah penjabaran sosok Rega bagi Alina. Meski hanya sebatas kakak tiri, Rega tak pernah membatasi jarak diantara mereka. Malahan Alina merasa dilindungi, dijaga, dan begitu dimanjakan sejak kehadiran Rega dalam hidupnya. Rega selalu memperlakukannya penuh kasih sayang, layaknya adik kandungnya sendiri. Mungkin jika orang tidak mengenal dekat mereka, orang tidak akan menyangka jika Rega dan Alina hanyalah saudara tiri lain ayah lain ibu.

Karena sikap Rega itulah membuat Alina begitu beruntung mendapatkan Rega sebagai kakaknya. Sama halnya Rega, dirinya pun sangat menyayangi kakak tirinya itu. Rasa sayang yang melebihi apa yang selama ini orang fikirkan.

"Kak Ega. " Alina meraih telapak tangan Rega dan menggenggamnya. Harapan hal itu bisa menyalurkan kekuatan untuk membuat laki-laki itu terbangun. " sampai kapan kakak akan tidur, cepatlah sadar. Kami menunggumu".

Tidak ada hal terjadi, hingga tiba-tiba telapak tangan Rega yang masih berada dalam genggaman Alina mendadak kaku dan dingin.Secepat itu pula tubuh rega mengalami kejang-kejang, dibarengi bunyi alat pendeteksi jantung tidak beraturan menggema memenuhi ruangan.

" kak. "

Seketika Alina panik. Air mata bahkan tanpa sadar mulai mengalir dari sudut matanya. Rasa takut muncul, dibarengi fikiran buruk yang hinggap dalam benaknya.

" DOKTER, SUSTER ! " Teriak Alina keras, langsung berbalik keluar mencari pertolongan.

***

Maina memandang hamparan luas taman didepannya. Taman yang begitu luas dan hijau. Banyak pohon, bunga berwarna -warni serta tanaman-tanaman hijau tumbuh ditaman ini. Sangat indah, sejuk, dan mendamaikan hati dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi. Maina memandang sekeliling, taman ini begitu asing. Sepi, tidak ada siapapun di Taman ini selain dirinya.

Dengan memberanikan diri, Maina berjalan diatas hamparan rumput hijau yang membentang. Tanpa alas kaki, namun anehnya ada sensasi tersendiri tercipta saat telapak kaki telanjangnya menyentuh tanah. Kakinya terus melangkah, menelusuri setiap sudut sembari sepasang matanya terus mengamati, mencari kalau ada orang lain selain dirinya ditempat ini.

Satu langkah, dua langkah, entah sudah langkah keberapa yang Maina lalui namun sama sekali tak menemukam sosok lain selain dirinya ditempat ini. Tidal ada siapa-siapa. Maina mulai cemas, takut. Sebenarnya tempat apakah ini? . Kenapa dirinya bisa berada ditempat ini?.

Cinta untuk Maina (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang