28. Just A Friend To You [Req]

521 32 7
                                    

And I loved you from the start
So it breaks my heart
When you say I'm just a friend to you
Cause friends don't do the things we do
Everybody knows you love me too
🎶🎶🎶

Muhammad Ali, awal gue tahu cowok ini ada kesan sedikit aneh saat pertama kali lihat dia masuk kelas dengan tingkah seperti malu-malu.

Tapi benar apa kata pepatah, 'don't judge a book by it's cover'. Setelah beberapa bulan kenal, cowok yang dulu gue lihat punya malu itu malah ternyata kelakuannya malu-maluin. Sampai saat ini juga masih gitu. Anehnya gue malah jadi sahabat baik dia.

Kita udah kaya sepatu. Kemana-mana bareng, berdua mulu, sepasang tapi kita gak bisa bersatu.

Bahkan ada yang bilang, kita itu kaya Tom and Jerry. Akurnya jarang tapi kalau salah satu ilang yang satunya pasti nyari sampai ketemu.

Persahabatan kita berdua udah jalan sekitar satu setengah tahun. Gue udah ngerasain di nomor duakan pas dia punya pacar, setelah dia bikin gue terjebak dalam kebaperan yang diciptakan.

Yang dibaperin gue tapi jadiannya sama orang lain. Miris bro.

Mungkin ibaratnya gue cuma bisa bikin cerita dimana gue dan Ali yang jadi pemeran utamanya dengan akhir kisah yang sedih. Pikir gue waktu itu.

"Li main kuy."

"Duh sorry tadi Vanya ngajak jalan." Jawaban kaya gini udah sering gue dengar.

"Oh ya udah deh. Have fun ya," kata gue sedikit tidak ikhlas.

"Santai nyet kapan-kapan masih bisa kok." Dia mengacak rambut gue kasar. "Gausah cemberut lo makin gemesin nanti banyak yang naksir."

Gombalan gak bermutu ala-ala dia selalu bisa bikin gue ketawa tepat di detik selanjutnya.

Once you have special someone ... friendship changes. Kurang lebih itu yang gue rasain, saat Ali punya pacar gue sama dia ada jarak, gak sedeket dulu lagi.

Ali yang biasanya pagi-pagi udah jemput gue buat ke sekolah bareng sekarang jadi jemput Vanya.

"Lama lo ngapain aja sih?" ocehnya. Kalau gue kebetulan lagi bawa roti gitu sih langsung gue sumpel mulutnya sampai dia susah ngomong.

"Pagi-pagi gak usah berisik. Bisa ancur mood gue."

"Kan gue yang bakal jadi moodboster lo kalo mood lo ancur," balasnya.

"Mood ancur gara-gara lo bego, kenapa lo yang jadi moodbosternya. Salah besar lah." Gue menerima uluran helm yang dia kasih dan memakainya.

"Ya kan gue tipe cowok yang bertanggung jawab."

"Bodo amat dah."

Bukan cuma kebiasaan berangkat bareng ataupun pulang bareng tapi juga saat kita chatingan, sama Ali tuh ngobrol di atas keyboard handphone rasanya tetep asyik. Ada aja topik pembahasan kita.

Dulu, Ali yang biasanya spam chat gue dan ngirim vn ataupun video gak jelas saat dia lagi bosen tapi sekarang, bahkan buat chat 'hai' ke gue aja gak pernah. Sampai room chatnya ada di daftar bawah, ketimbun OA sama chat temen lainnya.

Kadang kalau inget itu gue kangen sama Ali, kangen omongannya yang aneh tapi bikin hati adem, kangen tingkahnya yang bisa bikin gue senyum, kangen tawanya dia saat lagi bareng sama gue.

Beberapa kali kejadian seperti itu bikin gue harus sadar kalau Ali udah bahagia bersama Vanya. Tapi setelah Ali dan pacarnya yang bernama Vanya itu putus, jujur ... gue mulai berharap lagi.

Aliando ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang