3. Aca?

34.8K 1.6K 39
                                    

Ona pov
Aku membuka kaus kakiku dan langsung menghambur keatas kasur doraemon kesayanganku. Hari ini cukup melelahkan disekolah, karena tadi aku dihukum karena Attha yang nenyobekan kertas prku. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.

Di pagi hari ia membuatku merasa dia adalah lelaki termanis didunia, dan sesaat ia langsung berubah menjadi sosok yang menyebalkan. Sudahlah, aku tak mau memikirkan si cunguk itu lebih baik aku tidur melepas penatku.

Baru saja aku ingin memejamkan mata tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang membuatku kesal dan langsung bangkit untuk membuka pintu itu.

"Kenapa bun?" tanyaku dengan wajah yang kelelahan. "Kamu dipanggil ayah kamu tuh, dibawah." Aku berpikir sejenak.

"Bentar, ona ganti baju dulu." Aku pun langsung menemui Ayahku.

Saat aku menuruni tangga Ayah melihatku dengan wajah lelahku. Dia hanya menggelengkan kepala melihat tingkahku.

"Kamu itu kan cewek, masa pemales gitu sih nak." ucap Ayahku sambil menepuk sofa mengisyaratkanku untuk duduk diseblahnya. Aku tak mengindahkan perkataanya dan bertanya.

"Ayah dari mana?"

"Ayah dari rumah temen Ayah."aku hanya ber'oh'ria mendengar balasan Ayahku sambil menguap.

"Ona, kamu ingatkan Ayah kemaren punya permintaan sama kamu?" tanya Ayahku serius. "Inget kok, emang Ayah mau minta apa?" aku tersenyum kearahnya dan duduk dismapingnya.

"Ayah mau jodohin kamu sama temen ayah," ucap Ayahku membuat mataku bulat serta mulutku menyemburkan teh hangat yang baru dibuatlan oleh Bundaku. "Temen ayah?"

"Maksud Ayah, anaknya temen Ayah sayang," balas ayahku terkekeh. "Ayah, ona kan masih sekolah. Entar kalo Ona diapa-apain sama dia gimana, ona belom mau gendong anak"

"Ish, kamu udah jauh banget mikir kesitu. Tenang aja, dia itu orangnya baik kok," ucap Ayahku menenangkanku. "Tapi kan yah kenapa gak bang Mondi duluan yang nikah?"aku menekuk wajahku menatap kearah Ayahku.

"Masa bang Mondi mau nikah sama cowo sayang!"

"Ya maksud ona, sama cewe lah yah!!"

"Pokoknya kamu harus mau, kamu kan udah janji sama Ayah. Ayah gak enak sama temen ayah, dia udah nolongin ayah dari bangkrutnya perusahaan Ayah nak. Masa ayah nolak," jelas Ayahku panjang lebar yang hanya kubalas dengan wajah malasku.

"Ayah."
"Kamu tenang aja sayang. Ayah udah sahabatan sama om John jadi ga mungkin, anaknya nyakitin kamu." Ia mengelus kepalaku lembut.

"Yaudah deh, ona mau. Tapi pas udah tamat kan?" tanyaku memastikan. "Kamu nikahnya minggu depan sayang, Ayah sama Bunda udah urus semuanya. Tinggal kamu aja PDKT ." tolong aku tuhan.

"Hahh! Ona kan masih sekolah." Aku menggigit bibir bawahku.

"Acara kecil kecilan aja sayang, biar ga dilihat  orang. Kamu paling undang sahabat kamu yang paling  atau gimana kek." Mereka sudah gila, ini sama saja menjual anak sendiri.

"Oh iya, kamu siap siap ya nak ntar malem kita bakal makan malem sama calon suami kamu itu. Jadi, dandan yang cantik." Bundaku mendekatiku dan menyuruhku mandi karna itu sudah jam empat sore.

Aku pun langsung menuju ke kamar ku di lantai atas. Entahlah, apa yang dipikirkan kedua orang tuaku itu. Seperti cerita di novel saja nika muda?

Oh tuhan aku sudah harus menikah minggu depan. Aku tak tahu bagaimana jadinya, aku sebenarnya tidak ingin menerima perjodohan ini. Tapi bagaimana bisa aku menolak permintaan Ayahku yang sangat baik padaku itu. Tak apalah aku juga tak pernah membuatnya sebahagia ini.

Wife in seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang