46. Cerai?

18.2K 853 38
                                    

Author pov
Pria itu pergi beberapa menit setelah ada pria lain yang mencekal tangan gadis yang berwajah sedikit pucat itu. Gadis itu berusaha melepaskan cekalan tangan itu, tapi itu tidak menghasilkan apa apa. Ia terpaksa kembali duduk dan mendengarkan apa yang ingin dikatakan pria yang dulu hampir menjadi suaminya itu.

"Kamu mau apa lagi?" Tanya gadis itu menatap sedih kearah pria itu, sedangkan pria itu memalingkan wajahnya sebentar dan kembali pada wanita itu. "Kamu harus jauhin attha kalo mau dia tetep hidup!"

"Kamu jahat dit!" Ucap fara yang sudah mengeluarkan air matanya. "Kamu yang jahat ra, aku sayang sama kamu tulus! Dan kamu ga pernah ngehargain aku."

Pria itu berkata pelan pada gadis yang sangat ia cintai itu. Iapun ikut meneteskan air matanya mengingat ia tak bisa membuat gadisnya ini jatuh cinta padanya.

"Kalo kamu sayang, harusnya kamu ga lakuin itu dit." Balas fara sambil menggenggam tangan adit. "Kenapa? Kamu udah ga ada hubungan kan sam—"

"Memang, tapi aku masih sayang sama dia dit. Dan jangan pernah nyakitin dia walaupun kami udah ga ada hubungan apa apa!" Potong fara yang langsung pergi dari cafe berwarna gelap itu.

Dibalik itu adit malah makin menggeram kesal mendengar ucapan fara barusan. Bulat sudah keputusannya untuk membuat perhitungan besar dengan orang yang sangat dibencinya, orang yang membuat ia harus merelakan gadisnya. Attha.

Gue bakal buat hidup lo semakin sulit, sebelum lo meninggalkan hidup lo!. Batin adit.

•••••
Tok tok tokk...

Ceklek..

"Kenapa baru pulang?" Tanya wanita paruh baya yang notabenenya adalah ibu dari seorang degattha taffael. Attha yang mendapat pertanyaan itu bukannya menjawab malah pergi melewati mamanya.

Rosa mendengus malas dan langsung berjalan masuk kedalam kamarnya sambil sesekali membenarkan roll rambutnya.

Attha berjalan melewati tangga dan ia melirik kearah jam yang berada di dinding dekat tangga, 10.30. Ia berpikir, apakah selama itu aku meninggalkan istriku hanya untuk wanita lain.

Ia membuka pintu kamarnya yang tidak dikunci sambil membuka satu persatu kancing kemejanya. Matanya terbelalak melihat kasur yang sangat rapi tanpa ada seseorang yang berbaring disana.

"Ona!!! Kamu dimana?" Ucapnya sedikit berteriak berjalan kearah balkon yang ternyata tak ada istrinya disana.

Ia berjalan kearah kamar mandi, dan benar saja pintu kamar mandi tak dikunci bertanda tak mungkin ona berada didalam sana.

Ia berjalan keluar kamar dan dan langsung berjalan kekamar adiknya lalu mengetuk pintu.

"Kenapa sih lo?" Tanya ana dengan earphone yang tergantung dilehernya. Attha menatapnnya malas. "Ona mana?"

"Kerumah kak em! Makanya jangan tinggalin istri buat ketemuan sama mantan!!"

Brakk..

"Biasa aja kalii!! Penting gua ga selingkuh wlee!!" Teriak attha sambil sedikit mendekatkan kepalanya dengan pintu kamar ana.

Brugh..

"BERISIK!!" Ucapnya sesaat setelah bunyi benda  yang dilemparkan kearah pintu.

Attha langsung mengacak rambutnya kasar sambil berjalan menuju kamarnya. Ia merasa lelah dan berniat mengganti baju sebelum beranjak tidur. Ona? Ia pikir biarlah ona tenang sebelum ia menjelaskan semuanya pada ona.
••••

"Hiks.. hikss.. kalo dia mau cerai sama gue gimana hikss.." ucap gadis yang sudah menghamburkan dua kotak tisu diatas tempat tidur sahabatnya itu.

"Ga mungkinlah na, percaya sama gue attha pasti pilih lo." Jawab feby yang ikut bermalam dirumah em karena mendengar bahwa sahabatnya ona sedang mengalami kegalauan berat.

Wife in seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang