9. Perjanjian menyakitkan

29.1K 1.2K 24
                                    


"Saat aku kecil, aku sempat berpikir.
Aku suka hujan tapi, jika aku bersenang senang dengan hujan aku sakit.
Dan sekarang aku merasa de javu dengan semua itu. Perbedaanya, dulu hujan sekarang kau."
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ona pov
"Kalo lo buat ona nangis lagi. Gue bilangin emak lo ntar!" Ancam Em dan langsung pergi bersama feby meninggalkanku

"Apa?" Tanyaku. "Dasar cengeng." Balasnya ketus.

"Gue kira lo mau minta maaf sama gue!" ucapku mencoba berdiri dan langsung ditahan olehnya. "Siapa yang suruh pergi?" balasnya tenang.

"Ga ada yang perlu diomongin kan?" ucapku lagi. "Duduk." Dan dengan malas aku mengikuti perintahnya.

"Pertama, gue gak suka sama cewek yang cengeng." ucapnya aku mengerutkan dahiku. "Maks—"

"Kedua, gue gak suka omongan gue dipotong," ucapnya memotong omonganku.

"Ketiga, kita nikah cuma status doang."

"Keempat, gue bakal buat perjanjian. Kalo misalnya gue deket sama cewek lain lo gak boleh ngelarang. Dan begitupun sebaliknya."

Penyataan keempat itulah yang membuat mataku memanas lagi. "Oke" hanya itu jawaban yang keluar dari mulutku.

"Kelima, kita harus bersifat romantis didepan orang tua gue dan elo," ucapnya terakhir dan langsung pergi meninggalkanku tapi,

"Attha!" Panggilku dan tidak didengarkan olehnya. Aku menangis dalam diam cobaan apalagi yang kau berikan padaku tuhan.

Aku mengambil kesimpulan bahwa Attha sedang marah besar denganku. Tapi kan seharusnya aku yang marah kepadanya.

Aku lebih suka dengan sifat Attha yang selalu menjahili dan menggodaku daripada sifat dinginnya yang terlihat seperti singa. Aku hanya bisa pasrah meuruti perintah suamiku itu, walaupun iu menyakitkan hatiku.

Akutak mengerti apa yang membuatnya terlihat seperti monster dimatakuuntuk sekarang ini. menurutku aku tak melakukan kesalahan apa-apa terhadapnya dan semuanya berjalan lancar. tapi ia bebrbeda dari biasanya? atau inilah kebiasaannya?

Apa aku mulai mencintainya. Oke, jika aku memulainya maka aku harus mengakhirinya secepatnya.

•••••••
Attha pov
Aku berjalan menaiki tangga menuju rooftop sekolah. Aku ingin melepas penatku dengan merokok, tak tahu apalagi yang harus kulakukan.

Aku sadar apa yang telah kulakukan padanya keterlaluan tapi apa boleh buat. Aku tak suka melihat ia duduk dan tertawa bersama pria yang entah siapa itu namanya. Bukan cemburu. Hanya saja jijik melihat pemandangan seperti itu.

Aku harus membuatnya membenciku bukan mencitaiku. Aku tak ingin jika dia mencintaiku itu hanya akan bertepuk sebelah tangan. Dan akan membuat hatinya lebih hancur. Jadi lebih baik aku mencegah bukan?

Mengapa aku tak mencoba untuk mencintainya? Karena bagaimana bisa aku melupakan masa laluku yang sempat membuat hidupku hancur bahkan sampai sekarang. Aku tak bisa melupakan dia, orang yang pernah singgah dihatiku. Aku benar-benar ragu jika ditanya bisakah aku mencintai seseorang lagi.

Sudah banyak perempuan yang kujadikan pacar tapi tak ada yang mencintaiku setulus dia. Mereka hanya ingin uang dan popularitasku. Aku tak mengerti jalan pikiran mereka.

Tapi sepertinya aku tak bisa melanjutkan rencanaku untuk membuat Ona benci padaku. Aku tidak tahan jika tidak melihat wajah merahnya itu. Tapi aku berjanji untuk tak membuatnya jatuh cinta padaku. 

Wife in seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang