19. Slowly

15.1K 795 12
                                    

"Kau bertanya cinta pada orang yang mencintaimu? Kau dapat jawabannya, tapi belum tentu kau menerima jawabannya"
---

Ona pov
Aku berjalan keluar kelas dengan emily yang berada disampingku, feby bilang dia tidak ingin ikut denganku dan em karena harus pulang lebih awal untuk bertemu dengan rafa.

Kulihat em yang senyum-senyum sedari tadi sambil menatap lurus koridor sekolah. Aneh.

"Em?" Panggilku membuatnya menoleh padaku. "Hmm"

"Elo enggak gila kan?" Tanyaku perlahan.

 "Pfftt, hahahahha yaelah gue masih waras kali. Gue seneng aja mau ketemu sama bebep reza hehe" jawabnya kegirangan.

Aku hanya menggedikan bahu tak peduli. Langkahku terhenti saat kulihat attha dan pacarnya bertha sedang duduk di kursi pinggir lapangan.

Aku melanjutkan langkahku tapi dengan ketukan pelan, berusaha mendengar ucapan mereka berdua. Kulihat bertha menunduk dan menangis dan attha langsung memeluknya.

"Kenapa na? Attha?" Aku mencebikkan bibir tak peduli dan langsung meninggalkan em yang merasa aneh dengan sifatku.

Tak berapa lama kemudian kami berdua sampai ditaman belakang sekolah, aku melihat reza yang sedang duduk dengan menatap handphone nya.

"Ehemm" batukku menyadarkannya. "Eh, ona. Ehmm elo?"

"Em.. Yaa.. Nnn--nama gue emily hehe" aku mengangkat sebelah alisku menatap em yang gugup. Ada apa dengannya.

"Em gue boleh ngomong berdua sama ona, bentar aja" Tanya reza pelan. 

"Boleh lah."

Reza langsung menarik tanganku perlahan mengajakku ke belakang pohon. Kulihat em melirik lirik kepadaku.

"Kenapa za?" Tanyaku. "Ehmm, entar malem lo sibuk gak?"

Aku mengangkat alis kananku. "Eenggak, kenapa?"

"Gue mau ngajak lo jalan, bisa?" Tanyanya membuatku berpikir sejenak, ah ikut ajalah gak ada kerjaan juga dirumah.

"Boleh deh, gue ajak em ya?" Ucapku. "Ehmm gimana ya na" balasnya menggaruk tengkuk.

Pftt, gua salah ngomong nih.

"Hahaha, nggak kok bercanda za. Ntar line gue aja buat kabarin oke," ucapku tertawa garing. "Oke."

Aku pun berjalan mendahului reza untuk menemui em, em langsung menatapku dengan mata yang penuh pertanyaan.

"Bye, duluan ya na. Em duluan ya," ucap reza membuat em tersenyum manis.

Aku pun berjalan menuju parkiran bersama em, saat berjalan em selalu saja menghujamiku dengan pertanyaan tidak masuk akalnya.

"Na, tadi elo ciuman ya sama reza?" Tanyanya antusias. "whatf, huhh gue masih waras kali mau ciuman."

"Kan gue nanya, jadi tadi elo ngapain na? Dia nembak lo?" Tanya em dengan wajah murungnya. "Engga, dia bilang mau anu apahh, mau ini.. Minjem buku biologi ke gua!!"

"Oh, kenapa semputan gitu sih ngomongnya?" Aku menggedikkan bahu tak mengerti. "Malu kal–"

Ucapanku terpotong saat bahuku bertabrakan dengan seorang perempuan, dan kami berdua sama sama terjatuh.

"Eh, elo gapa—. Bertha?" Ucapku menatapnya yang sedang menghapus air matanya. Ia menatapku dengan senyum manisnya. "Permisi!"

"Siapa sih? Songong banget!! Minta maaf kek!!" Ucap em sambil membantuku berdiri. Aku hanya diam dan menatap punggungnya yang mulai tak terlihat.

"Wey, yuk pulang!!" Teriak attha dari pinggir lapangan sambil menatapku malas. "Gue ikut elo ya tha!!" Balas em.

"Pulang sendiri!! Gue lagi badmood!!" Ucap attha langsung meninggalkanku dan em yang masih cengo. Kami saling bertatapan dan menggedikan bahu serempak lalu berjalan keparkiran.

•••
Attha pov

Flashback on
Aku menatap gadis didepanku dengan wajah kasihan, dia terlalu baik untuk kusakiti.

"Aku mau kita putus!" Ucapku dingin.

Plakk.

"Kamu!! Jahat!!" Tangisnya sambil memukul dadaku. "Kamu pukul aja aku, aku pantes kok dapetin ini"

Aku memeluknya membuatnya berhenti memukuliku. "Kenapa tha? Kenapa disaat aku sayang sama kamu, kamu malah ninggalin aku?"

"Aku minta maaf. Kamu baik, kamu nggak salah, tapi aku emang salah udah jadiin kamu pacar dan sekarang aku malah nyakitin kamu," Ucapku mengelus rambutnya.

"Kalo kamu sadar kamu salah, kenapa kamu lakuin kesalahan itu tha?" Ucapnya masih dengan isakannya.

"Ini yang terbaik buat gue dan elo, gue nggak cinta sama lo. Gue cuma mainin lo doang ber. Gue nggak mau permainan ini terus berlanjut dan itu malah buat lo tambah sakit," Ucapku lagi dengan pelan.

"Gue cinta sama cewek lain ber" sambungku yang membuatnya mendongak. "Siapa tha? Siapa yang udah bikin kamu jatuh cinta?"

"Mona. Gue cinta sama dia, gue gak bisa bohongin perasaan gue ber, gue bener bener minta maaf sama lo. Gue emang jahat, elo pantesnya dapet cowok baik bukan brengsek kayak gue!!"

Ia menghela nafasnya gusar.

"Thanks buat semuanya, gue harap elo bahagia sama mona dan gue harap setelah ini elo jangan deketin gue lagi ya" ucapnya menunduk.

"Kenapa?"

"Anggep aja kita nggak pernah kenal. Gue pengen ngelupain rasa cinta gue dengan mudah tha, gue harap lo ngerti" ucapnya sambil tersenyum.

Aku langsung memeluknya dan iapun membalas pelukanku. Tak lama kemudian ia berdiri dan meminta izin padaku untuk pulang.

Aku menawarkannya agar pulang bersamaku tapi dia menolaknya. 

Flashback off

"Elo kenapa?" Tanya ona saat kami berada dimobil. Aku meraup wajahku lelah "gua putus!"

"Maaf" lirihnya sambil menunduk. Aku menepikan mobilnya dan kulihat wajahnya yang sedang menunduk. Aku menghela nafas dan membantingkan punggungku ke sofa mobil.

"Elo nggak salah na! Tugas lo cuma jaga hati doang udah cukup kok" ucapku masih menatap jalanan.

"Ee..eelloo sedih putus sss--amma berthaa?" Tanyanya pelan sambil menatapku sendu.

"Gue nggak sedih, cuma frustasi," Ucapku dingin dan langsung melajukan mobilku lagi. "Frustttaassi?"

"Gue merasa bersalah aja sama dia." Jawabku lagi. "Elo ehmm ccc-ccinta sammaa bertha?" Tanyanya sambil memejamkan matanya.

Aku terkekeh melihatnya, "kenapa? Takut kehilangan gue heh?" Tanyaku menggodanya. "Eee..eeennggaaak."

"Jadi kenapa nanya gitu?" Ucapku membuat pipinya merah. Aku terkekeh lagi melihatnya.

"Apaan sih," Ucapnya memalingkan wajah. "Keluar tuh jurus 'apaan sih' nya" ucapku sambil sedikit tersenyum.

Keheningan pun mengisi ruangan mobil lagi sampai ona menegurku lagi,

"Attha, kita tu aneh ya" ucapnya sambil tersenyum menatap lurus jalanan. Aku membelokan mobilku kearah blok rumahku. "Hmm?"

"Yaa, kita sadar ingin bersama tapi tak bisa apa apa" ucanya lagi sambil menatapku dengan senyuman memabukkannya. "Bisa."

Ia menatapku bertanya. "Elo tu gak sabaran banget deh," Ucapku menarik rem tangan mobil.

"Emangnya cinta itu bisa ditunda dulu ya tha? Sampe gue harus nunggu elo  jatuh cinta dulu sama gue, yang gue gatau kapan elo jatuh cinta sama gue!!Ucapnya melongo, aku terkekeh melihat wajah polosnya.

Aku menghela nafas dan mematikan mesin mobil. "Sekarang kalo gue kasih tau gini, lo nanya kan kapan gue jatuh cinta. Dan menurut gue lo udah tau kapan gue jatuh cinta sama lo," ucapku langsung mencium pipinya dan meninggalkannya dengan wajah merahnya.


Wife in seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang