33. Bendera perang.

17.2K 950 79
                                    

Author pov.

Beberapa minggu mereka menjalankan semuanya dengan baik, walau terdapat sedikit masalah tentang attha yang sibuk latihan basket dan kurang memperhatikan ona.

Ona berkata pada attha, 'untuk apa basket? Kan udah kelas dua belas! Udah mau tamat'

Attha menjelaskan semuanya pada ona jika tim SMA Garix yang baru banyak yang masih letoy dalam bermain basket untuk pertandingan yang kebetulan SMA garixlah yang menjadi tuan rumahnya.

Sebenarnya bulan depan mereka sudah harus mereka sudah harus menjalankan ujian nasional. Tapi, bagaimanapun kepala sekolah sudah meminta izin kepada wali murid untuk mengizinkan anaknya untuk tetap mengikuti basket.

Jika satu kali lagi mereka menang dalam pertandingan basket maka SMA Garix bisa mewakili provinsi dan membawa tinggi nama SMA.

Pertandingan dimulai besok pagi di lapangan indoor sekolah yang cukup luas dan besar dengan kursi penontonnya. Attha selaku kapten tim ikut repot akibat latihan dan persiapan pertandingan.

Malam ini pukul 20.00 dan attha sudah tertidur dibalut dengan selimutnya, ona menyuruhnya beristirahat dulu sebelum pertandingan besok. Ia juga sudah terlalu sering latihan dan membuatnya terlihat lesu.

Tok tok tok..

Ona membuka pintu kamar dengan matanya yang masih terfokus dengan handphonya. Ternyata ana yang memanggilnya.

"Kenapa na?" Tanya ona keluar dan menutup pintu kamar tak ingin attha merasa terganggu. "Dipanggil sama mama kak."

Ona mengangguk dan memakai sendal rumah pink berbulunya yang ia letakan didepan pintu lalu menyusul ana yang sudah terlebih dahulu berjalan kebawah.

"Bunda? Ayah?" Ucapnya saat sampai ditangga terakhir dan melihat kearah kedua orang tuanya yang sudah lama ia rindukan.

Ona langsung berlari kearah bundanya dan menghambur kepelukan bundanya dengan air mata yang sedikit mengalir disudut matanya.

"Bunda!! Kangennn!!" Ucap ona masih memeluk bundanya yang duduk disofa. Bunda rita hanya terkekeh dan mengelus kepala putrinya lembut.

Ona beralih kearah ayahnya, menatapnya dengan senyum dan memeluknya saat deno merentangkan tangannya.

"Ayah, kenapa ga pulang pulang? Kan ona kangen tauu!!" Ucap ona sambil melepas pelukannya. Rosa dan john hanya tersenyum melihat keluarga itu.

"Kan papa sekarang udah pulang, dan ga bakal ninggalin kamu lama lama lagi sayang!" Balas papa tersneyum lembut kearah ona.

"Ehemm.. Ga kangen sama abang heh?" Ucap mondi yang sedari tadi merasa tak dianggap, mereka semua tertawa mendengar ucapan mondi yang terkesan cemburu.

Ona langsung mencium pipi mondi dan mearik sedikit jambulnya, sebagai rutinitasnya saat bertemu. Mondi hanya terkekeh dengan tingkah adiknya yang sudah mendahuluinya ini.

"Oh iya, ini jeng si mondi mau tunangan!" Ucap rita sambil menyuruh pan duduk disebelahnya. "Ehh ga kerasa ya! Kapan rencananya?"

"Rencananya sih setelah ona lulus sekolah biar gak ribet, kalo nikahnya nanti setelah si tari lulus kuliah." Jawab deno. "Wah kalo gitu tinggal nunggu ana aja nih ya!!"

"Hahahha iya." Itulah orang tua yag mudah tertawa dengan lawakan yang garing.

"Eh ana lama banget, nyiapin minumnya." Ucap mama yang lansung disahuti ona. "Ona susul ya ma."

Rosa mengangguk dan tersenyum sebelum ona berjalan kearah dapur menyusul ana.

"Na udah belom?" Tanya ona sambil membuka kulkas dan mengambil minuman dingin disana. "Oh udah udah!!"

Wife in seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang