/Ameera POV/
"Morning, Miss Ameera." sapa Soora.
"Morning, Soora." balasku. "Panggil saja Meera, Soora. Kita bahkan seumuran," punyaku padanya dan dibalas anggukan olehnya.
Aku melangkahkan kakiku meninggalkan apartemen ini. Seharian ini, aku hanya ingin jalan-jalan. Menikmati kota Seoul dengan kamera pink milikku. Soora bilang, sepekan lagi salju akan turun. Oleh karena itu, wajar jika sekarang cuacanya dingin.
Entahlah, aku tak tau tujuan pertamaku. Namun aku akan ke Namsan Tower petang nanti. Karena kata orang-orang, Namsan Tower terlihat lebih indah pada petang hingga malam hari.
Aku terus berjalan menyusuri jalanan kota Seoul yang bersih ini. Sesekali berhenti hanya untuk mengambil gambar objek yang menarik perhatianku. Masyarakatnya yang ramah membuatku merasakan seolah aku sedang berada di negriku sendiri. Aku suka Seoul dan aku mulai mencintainya.
Di sepanjang jalan, mataku dimanjakan dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang berjajar rapi, toko-toko, orang-orang yang sedang berlalu-lalang sama sepertiku dan pedagang-pedagang yang sibuk menawarkan dagangannya kepada para wisatawan. Aku juga melihat beberapa wanita korea yang mengenakan hijab. Yah, walaupun jauh perbandingannya dengan wanita korea yang tidak mengenakan hijab dan bukan muslim.
Soal makanan dan minuman halal, di sini banyak pedagang yang menjualnya. Di Seoul juga membuka wisata ramah muslim dan tak mungkin jika aku tak mengunjungi tempat itu.
Saat aku sedang mengambil gambar, tiba-tiba seseorang menabrakku hingga buku-bukunya jatuh. Aku mematikan kameraku lalu membantunya.
"I'm sorry." ucapnya.
"It's okay. Let me help you." ujarku membantu mengambil bukunya. Ia seorang wanita, berhijab juga dan tubuhnya sedikit gempal dan ia memakai kacamata. Terlihat sangat lucu.
"Thank you." ia berdiri dan senyum kepadaku. Aku mengangguk.
"Orang Indonesia, kan?" tanyanya tiba-tiba.
"Iya. Gimana kamu bisa tau?" jawabku.
"Ck, wajah orang Indonesia itu gampang banget ketebak. Eh, by the way maaf tadi aku udah nabrak kamu. Aku sebenernya lagi buru-buru," katanya.
"Haha, iya juga sih. Gapapa kok. Oh ya, kamu katanya buru-buru."
"Ah sekarang udah enggak lagi. Udah jam delapan, aku udah ketinggalan bis. Tuh bisnya udah pergi," katanya sambil menunjuk sebuah bus yang sudah meninggalkan haltenya.
"Eh emang gapapa ya?" tanyaku panik.
"Engga, santai aja."
✖
Aku dan Ilsoo sekarang berada di Starbucks.
"Emangnya tadi kamu mau kemana, Soo?" tanyaku.
"Ah, pake lo gue aja deh Meer biar lebih enak." ia terkekeh. "Gue tadi mau pulang ke rumah eh gara-gara gue lari, gue jadi nabrak elo deh. Sekali lagi maaf." ia tertawa.
"Santai aja sama gue. Lagian lo kenapa lari-lari coba?" tanyaku.
"Tadi gue liat bisnya udah hampir sampe halte, hehe." jawabnya.
"Oh ya, lo tinggal di mana?"
"Di toko roti di deket Namsan Tower." jawabnya polos. Aku mengerutkan dahiku bingung.
"Toko roti? Ga salah, Soo?" tanyaku memastikan.
Ilsoo menggeleng. "Emang gue tinggal di sana dari kecil tapi gue sempet pindah ke Indo pas gue kelas dua SMP. Dan gue balik lagi ke sini buat lanjut kuliah." jelasnya.
"Lo emang asli mana?" aku semakin penasaran.
"Gue lahir di sini. Lima puluh persen Korea, lima puluh persen Jogja." ia terkekeh.
"Makannya lo sipit ya." aku terkekeh. "Kuliah semester berapa?" aku menyeruput kopiku.
"Semester dua jurusan sastra. Lo gimana? Kuliah juga di sini?" ia balik bertanya.
Aku menggeleng, "Gue cuma pengen aja ke sini. Rencananya sih menetap di sini. Mulai hidup baru lagi dari nol setelah berjuta-juta kali gue terpuruk di Indo," jawabku.
"Lo kenapa?" ia mulai panik.
"Engga, gapapa." hening sejenak. "Eh, gue mau ke Namsan Tower ntar sore," sabungku.
"Eh kebetulan. Mending sekarang aja deh Meer, sekalian mampir ke rumah gue. Gimana?" tawarnya.
"Okelah, yuk!" jawabku excited.
✖TBC✖
Gaje ga? Engga ya pliissss✌✌
-H❤

KAMU SEDANG MEMBACA
NAMSAN (kjh)✔ [SELESAI]
FanfictionAku bahkan tidak menyangka bisa bertemu dengan 'manusia es' sepertinya. Dan lagi, ia memiliki sifat gengsi yang tinggi. Apa susahnya bilang : "aku ingin bersamamu lebih lama."? Cih, itulah dia. Tapi kalian tahu kan.. es tidak selamanya akan menjadi...