/13/ 상처 받았어 (It Is Hurt)

290 32 0
                                    

/Ilsoo POV/

Eotteohge deun naneun Meera-e modeun geo-seul seolmyeonghanda. Sonyeon-eun modeun geo-seul algo neomu gyeolbaekhaettda. Jeohwa Koo Junhoe salui modeun jinsil. Geureona, naneun geugeoseul seolmyeonghaeyahabnida. Amuri museun i-ri ir-eonal ji. Jigeum, naneun jeongmal modeunda.

Dari puluhan pilihan yang sudah kupikirkan berulang kali, aku memilih untuk menjelaskannya. Walaupun aku tau, persahabatku dan Meera yang menjadi jaminanya. Aku merasa persahabatanku dengannya cepat atau lambat akan pudar.

Ini soal Koo Junhoe. Seorang pria yang sudah kukenal dua tahun lamanya.

-after Mahgrib, Namsan Tower-

"Ilsoo?" seseorang berdiri di sampingku, memanggilku. Ia bergabung duduk tepat di sampingku juga.

"Keluarga Junhoe itu rekan kerja keluarga gue sejak dua tahun lalu sampe sekarang. Orang tua Juhoe punya kafe, orang tua gue punya baekry. Seminggu sekali, Junhoe dateng ke Kang's cake buat ambil pesenan. Jadi, suatu hari nanti kalo lo dateng ke kafenya Junhoe dan di sana lo nemuin beberapa cake yang dijual di etalase, semua cake itu Junhoe pesen dari tempat gue." aku berhenti, mengambil nafas lalu menghembuskannya.

"Setiap minggu Junhoe ke tempat gue buat ambil cake. Dan gue yang sering ngelayanin Junhoe waktu itu. Minggu demi minggu, bulan demi bulan, gue mulai suka sama tuh anak. Yang buat gue suka sama dia adalah, sikapnya. Emang dari dandanannya sekarang dia keliatan kaya bad boy, tapi dia baik, ramah, perhatian dan semacamnya." sambungku.

"Yang ngga gue suka dari dia adalah, sifat gengsinya yang udah tingkat dewa itu. Dari tatapan matanya pas liat gue, gue bisa rasain apa yang lagi Junhoe rasain. Entah apa yang buat dia ngerubah penampilannya jadi kaya bad boy hari itu. Ia jadi sering pake masker dan topi, ngerokok, minum dan ngga jarang gue pergokin dia keluar dari club. Yang ngga berubah ya itu tadi, tatapan matanya." aku menghela nafas untuk yang ke sekian kalinya. "Suaranya juga." sambungku.

"Hari itu juga, sikap dia ke gue juga mulai berubah. Dia yang tadinya sering nyapa, bercandain gue dan segala macem, jadi biasa aja sama gue. Kenapa, gue juga ngga tau. Itu anak emang aneh. Gue juga pernah liat dia ngerokok. Tapi anehnya, belum ada setengah rokok itu abis, dia langsung buang. Hahah, aneh."

"Dari dulu, gue berharap banget sama Junhoe. Gue berharap gue bisa jadi bagian hidup Junhoe yang spesial." katanya.

"Itu dulu, kan?" tanya Meera hati-hati. Otot-otot di wajahnya mulai mengeras.

"Ya. Itu emang dulu. Dan sekarang pun iya. Gue masih gantungin harapan gue ke Junhoe." aku membenarkan kerudungku yang tertiup angin sejenak.

"Lo udah tau semuanya Meer sekarang. Gue udah jelasin semuanya ke lo. Sekarang, tinggal lo yang jelasin ke gue gimana lo bisa ketemu sana dia." pintaku.

"Disini. Di tempat yang sekarang lagi kita dudukin ini adalah tempat dimana gue dan Junhoe ketemu. Awalannya sepele. Dia numpang duduk, buka laptop sambil ngerokok, setelah beberapa menit, dia cabut dan kotak rokoknya ketinggalan." jelasnya.

Aku mengangguk, "Lo udah paham penjelasan gue, kan?" Meera mengangguk. "Jadi, gue mohon sama lo."

"Apa?"

"Jauhin Junhoe demi gue." ungkapku. Aku lega sekarang.

"Tapi, Soo, gue udah terlan—"

Aku memotong pembicaraannya, "Suka sama dia? Udah gue duga lo bakalan suka juga sama dia. Gue ngga mau ambil pusing, gue cuma mau lo jauhin dia mulai sekarang. Demi gue, Meer." mataku memanas, meminta lavanya untuk segera dikeluarkan.

Meera terdiam dan terhanyut dalam lamunannya. Matanya seakan menyimpan perkataan yang tak sanggup diucapkan oleh si mulut. Ia menetekan air mata pertamanya. Seakan hatinya terpukul oleh keinginanku. Aku mulai merasa bersalah, namun aku tidak sepenuhnya bersalah. Karena aku mencintai Koo Junhoe terlebih dahulu.

Beberapa detik kemudian, ia beranjak pergi meninggalkanku. Ingin sekali aku mengejarnya lalu memeluknya. Namun sayang, kaki dan tangan ini menolak. "Tidak, Ilsoo! Let her go! Biarkan dia tau diri dan mempelajari dirinya dahulu. Kau, fokuslah pada cinta pertamamu. Koo Junhoe." telinga kiriku memanas.

"Kau jahat Ilsoo. Kau tak berhak mencegah seseorang untuk menyukai Junhoe karena kau bukan siapa-siapa Junhoe. Kejar wanita itu dan minta maaf padanya." telinga kananku mulai berdengung.

Kini telinga kiri semakin menjadi-jadi, "Pulang, Ilsoo! Pulang!"

"Ini menyakitkan. Tidak ada kebenaran apapun antara aku dan Junhoe. Hanya sebatas idola dan pengangum. Mianhae, Meera." gerutuku.

✖TBC✖

Translate-an paragraf awal :
Entah bagaimana caranya aku menjelaskan ini semua pada Meera. Anak itu terlalu polos untuk mengetahui semuanya. Semua kebenaran antara aku dan Koo Junhoe. Namun aku harus menjelaskannya. Tak peduli apa yang akan terjadi. Sekarang, aku benar-benar tidak tau.

Kok sebel ya sama Ilsoo😄🔪

Vomment❤

-H

NAMSAN (kjh)✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang