/Ameera' POV/
"Bodoh, jangan pernah menendang kursi lagi." ujarku saat Junhoe berjalan menghampiriku setelah ia memarkirkan motornya.
Ia mengerutkan keningnya, "Bagaimana kau bisa tau jika aku—"
"Itu tidak penting." selaku. "Yang terpenting saat ini adalah kau mendengarkan penjelasanku lalu aku bisa pulang." Meera!! Kau sok dingin sekali.
"Ya, jelaskan." ia menungguku membuka mulut.
"Ilsoo." ucapku.
"Apa!? Hey! Bagai- bagaimana kau bisa mengenalnya!?" ia terkejut dengan perkataanku. Wajahnya panik.
"Diam dulu, Koo Junhoe." kataku memutar kedua bola mataku. "Ia menjadi sahabatku sejak pertama kali aku di Seoul. Tidak beda jauh denganmu. Kami tidak sengaja bertemu. Awalnya, aku sama sekali tidak tau kalau Ilsoo suka padamu. Bahkan aku tidak berfikir jika Ilsoo dan kau saling mengenal. Hingga pada saat hari itu, ia melihat kau dan aku bersama. Aku juga tak tau kalau kalian sama-sama sudah saling mengenal, bahkan sudah beberapa tahun lalu. Saat itu Ilsoo marah kepadaku dan hingga pada akhirnya, ia memintaku untuk menjauhimu karena ia sangatlah mencintaimu. Namun sepertinya kau mengacuhkannya. Saat itu, aku dihantui oleh dua pilihan. Meninggalkanmu untuk sahabatku, atau tetap dekat denganmu namun Ilsoo tak akan sudi lagi berteman denganku." sambungku.
"Seharusnya kau pilih pilihan yang kedua." selanya. Tadinya aku juga ingin begitu.
"Aku tak seperti itu." aku menghela nafas panjang, "Aku memilih pilihan pertama karena demi mempertahankan persahabatanku bersama Ilsoo. Dan memilih untuk menjauhimu dalam keadaan aku sudah—"
"Kau sudah menyukaiku, kan?" selanya.
Aku menggeleng dengan cepat, airmataku tak bisa ku ajak kompromi lagi. Lalu aku beranjak dari tempatku, namun tangan Junhoe menarikku hingga aku duduk kembali dan mata kami saling bertemu. Lumayan lama kami saling menatap. Kumohon tetaplah seperti ini, yaAllah. Ini salah. Aku pun segera mengalihkan kontak mata kami dan melepas tanganku dari genggamannya.
"Sorry."
"Sorry." ucap kami bersamaan.
"Kumohon jangan menjauh, Meera." aku merasakan sensasi berbeda saat ia menyebut namaku.
Airmataku ku jatuh untuk kesekian kalinya, "Aku sudah janji dengan Ilsoo."
"Namun aku sama sekali tak memiliki perasaan apapun padanya. Hanya sebatas rekan kerja." ucapnya.
Aku tetap menggeleng, "Tidak bisa begitu. Ia mencintaimu."
"Tidak bisa begitu juga. Aku tidak bisa memaksakan diriku untuk mencintainya kembali karena— karena aku sadar, aku mencintaimu."
Aku membuka mataku, perkataan Bobby memang benar. Airmataku terus berhamburan. Hingga pada akhirnya tangan Junhoe jatuh tepat di pipiku. Ia menghapus airmataku dengan ibu jarinya, tangannya tertangkup di wajahku. Entah apa yang membuatku selalu senang jika ia menyentuhku. YaAllah, maafkan aku. Makhluk ciptaanmu ini terlalu manis untuk kulupakan.
Ia melepaskan tangannya, "Maafkan aku, aku tidak tahan melihat wanita sepertimu menangis."
Aku menggeleng lalu tersenyum sangat tipis. Aku teringat Ilsoo. Aku tak mau mengingkari janjiku padanya.
"I'm sorry. I'm so sorry." ucapku lirih, sangat lirih. Mungkin hampir tak terdengar oleh telinga Junhoe.
Tetesan air membasahi pipiku. Padahal aku sudah tidak menangis lagi, aneh. Junhoe mendongkakkan kepalanya ke arah langit. Hujan. Ia langsung menarikku dan mengajakku berlari untuk berteduh. Sampailah kami di depan sebuah toko buku. Tak hanya aku dan Junhoe yang ada di sini, namun masih banyak pasangan lain yang juga berteduh.
Hembusan angin menusuk kulit hingga tulangku. Sungguh, ini dingin sekali. Seakan tak bisa bersembunyi, batukku akhirnya datang lagi. Aku terus batuk dan pusingku muncul. Menyebalkan! Aku pasti terlihat sangat lemah sekarang.
Kulihat Junhoe dari ekor mataku sedang melepas jaket kulit hitamnya— ia sering memakainya. "Pakailah." wajahnya berubah menjadi serius. "Ck! Kau ini. Lihatlah dirimu, kurus dan terlihat menyedihkan. Pakailah ini, setidaknya kau bisa terlihat lebih berisi." lalu ia memakaikan jaketnya padaku. Aku tidak memasukkan tanganku. Kalian pasti tau bagaimana aku memakai jaket itu.
"Thanks." ucapku. Memang seorang dan selamanya Koo Junhoe tidak bisa lepas dari kata gengsi. Apa susahnya mengatakan, "aku tidak mau kau sakit." atau "sepertinya kau kedinginan." huh.
✖TBC✖
Vomment❤
Dasar gengsi😄-h

KAMU SEDANG MEMBACA
NAMSAN (kjh)✔ [SELESAI]
FanfictionAku bahkan tidak menyangka bisa bertemu dengan 'manusia es' sepertinya. Dan lagi, ia memiliki sifat gengsi yang tinggi. Apa susahnya bilang : "aku ingin bersamamu lebih lama."? Cih, itulah dia. Tapi kalian tahu kan.. es tidak selamanya akan menjadi...