/Author POV/
Tak peduli dengan telapak kakinya yang mulai memerah, Ameera terus berlari menuju halte bus yang letaknya lumayan jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Tepatnya halte bus di depan kedai kopi saat Ameera dan teman barunya bertemu. Gadis ini lupa tak memakai flat shoesnya yang ternyata flat shoes itu ada di depan televisi kamarnya. Ia ceroboh, sangat ceroboh.
Sudah pukul sembilan malam, tidak ada bus lagi. Ameera menghela nafasnya panjang lalu menghembuskannya kasar. Asap dari dari efek dingin dari dalam mulutnya pun keluar. Hidungnya mulai memerah dan telapak kakinya pun semakin membiru. Demi menjelaskan dan meminta penjelasan pada Ilsoo, ia tak berhenti sampai di halte bus itu saja.
Ia berlari dengan separuh tenaganya menuju Namsan. Butuh dua puluh menit untuk sampai di sana dengan menggunakan bus. Lalu berapa jam lamanya jika ia berlari? Pertanyaan itu sama sekali tak di pikirkan olehnya. Ia hanya berpikir ia harus sampai di Namsan dan menjelaskan pada Ilsoo bahwa ia dan Junhoe tidak ada apa-apa. Dan ia harus menanyakan banyak hal yang sudah mengantri di ujung otaknya yang meminta untuk ditanyakan.
Dua menit berlari tanpa henti, Meera mulai menyerah. Tenaganya sudah terkuras habis malam ini. Ia tak sanggup belari lagi. Ia berhenti dan terduduk di trotoar jalan. Menangis? Ia tidak menangis, hanya saja ia bingung. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi?
Tak lama setelah itu, sebuah mobil sedan berwarna putih mendekat ke sisi kiri trotoar, tepat dimana Meera terduduk. Seorang pria yang lumayan tinggi, menggunakan jaket kulit, masker dan topi putihnya keluar dari mobil itu.
"Ya!" pria itu sedikit membungkuk. Meera mendongkakkan kepalanya mencari arah suara. "Gwaenchanayo?" Meera hanya diam.
Seakan tau wajah seperti Meera bukan wajah orang korea, pria itu memulai ulang pembicaraannya dengan bahasa inggris. "Are you okay?" tanyanya.
Meera yang sudah sangat lemas, hanya bisa menatap pria itu lalu ia langsung tergeletak begitu saja. Pria itu dengan sigap menagkap tubuh Meera dan membayanya masuk ke dalam mobilnya.
✖
Pagi hari.
Meera membuka matanya yang terasa berat. Dingin masih menghantuinya. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan merubahnya menjadi posisi duduk.
"Nak, kau sudah bangun?" seorang wanita tua memasuki kamar tempat dimana Meera tidur dan bertanya menggunakan bahasa inggris.
Meera mengangguk. "I have to go now." Ameera bergegas bangun, berlari meninggalkan kamar asing itu.
Saat ia sampai di pintu utama rumah itu, seseorang menahan tangannya hingga ia behenti. Saat ia tau siapa pemilik tangan itu, dengan cepat Meera melepaskan tangan orang itu. Seorang pria, bukan muhrim.
"Where you'd wanna go?" tanya pria itu.
"Don't touch me." ucap Meera saat pria itu mencoba meraih tangannya.
"Fine." pria itu mengalah.
"I want to go to Namsan now. It's important." ujar Meera.
"C'mon." pria semalam itu bergegas menyiapkan mobil sedannya. Meera dan pria itu melaju ke Namsan.
✖TBC✖
Vomment♥
-H

KAMU SEDANG MEMBACA
NAMSAN (kjh)✔ [SELESAI]
FanficAku bahkan tidak menyangka bisa bertemu dengan 'manusia es' sepertinya. Dan lagi, ia memiliki sifat gengsi yang tinggi. Apa susahnya bilang : "aku ingin bersamamu lebih lama."? Cih, itulah dia. Tapi kalian tahu kan.. es tidak selamanya akan menjadi...