/Still Ameera's POV/
Koo Junhoe. Pria ini ternyata tidak seburuk yang aku pikirkan. Ia baik, namun ia terlalu gengsi untuk menunjukkan kebaikannya. Dan ia menjadi sangat menyebalkan ketika sifat keras kepalannya itu tiba-tiba muncul. Seminggu lamanya aku tahu sosok Junhoe. Namun entah kenapa, ia tetap orang asing bagiku. 'Stranger', panggilku padanya, begitu pun sebaliknya. Kami menjadi dekat karena kejadian seminggu lalu saat aku panjang lebar menjelaskan apa itu "muhrim".
Lagi-lagi, Namsan Tower-lah yang menjadi tempat favorit kami. Setiap hari setelah waktu Dzuhur, kami bertemu. Bicara soal Namsan, aku jadi teringat oleh Ilsoo. Seminggu belakangan ini juga ia tak ada kabar. Pesan dan telefonku tidak ada yang ia respon. "Ilsoo sedang kuliah, Meera." itu adalah jawaban yang kudapat dari mama Ilsoo saat aku mengunjungi toko roti miliknya. Anak itu benar-benar sedang sibuk, padahal aku ingin sekali menceritakan soal Koo Junhoe kepadanya.
✖
Line
Koo Junhoe : Aku di bawah, turunlah. -9.40 pagi-
Dengan cepat, aku menuju balkonku dan melihat ke arah bawah. Terlihat sosoknya yang sedang berdiri seperti orang bodoh yang sedang kebingungan. Ck, gila. Kenapa pagi-pagi ia kemari?
Ameera Alda : Tunggu sebentar. -9.56 pagi-
Setelah mengganti pakaianku, aku langsung berlari menuju lift untuk menemui Junhoe. Setelah sampai, huft! Ia mengomel karena aku lama sekali. Ck, bahkan tidak ada dua puluh menit ia menunggu.
"Kenapa kau lama sekali?" omelnya seraya menurunkan maskernya.
"Lagipula, kenapa kau datang pagi-pagi?" balasku tak mau kalah.
"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang pastinya kau belum pernah ke sana." ucapnya.
"Where?" tanyaku bingung.
"That was secret." jawabnya.
Ia menggiringku masuk ke dalam mobilnya yang sudah terparkir di depan apartemenku. Mau kemana aku juga tidak tau.
Setelah sekitar dua puluh menit hening di dalam mobilnya, kami pun sampai di sebuah kafe. Aku terus menggerutu padanya dan protes kenapa ia mengajakku kemari padahal di dekat apartemenku ada banyak kafe juga.
"Kenapa di sini?" tanyaku saat kami sudah mendapatkan tempat duduk.
"Aku sedang tidak punya uang. Jadi, jika aku mengajakmu ke tempat lain kau pasti akan malu karena aku tidak bisa membayar." jawabnya.
"Lantas, di sini kau akan membayar dengan apa nanti?" tanyaku bingung.
"Kau." ia terkekeh sebentar.
"Yang benar saja, stranger!" aku mengangkat tas ranselku seraya ingin melemparkannya ke arah pria yang ada di hadapanku ini.
Tiba-tiba, seorang pelayan datang dan memberi hormat pada Junhoe. Bukan, bukan hormat seperti saat kita sedang upacara bendera di Indonesia. Tapi, pelayan itu membungkukkan badannya hampir 90°. Aku mulai bertanya-tanya saat pelayan itu berbicara dengan Junhoe menggunakan bahasa mereka. Namun yang aku tau, Junhoe seperti memesan sesuatu.
"Are you order something, huh? You want to sell me!?" aku memelototinya.
"Ck, Ameera, this is my kafe." ucapnya santai. Ya Allah, aku bergidik ngeri saat ia menyebut namaku.
Aku membulatkan mataku, "Really?" ia mengangguk. Hmm, pantas saja pelayan itu sopan kepada pria aneh ini. Ck, tidak mungkin Junhoe tidak punya uang.
Selang beberapa menit, pelayan lain datang dengan membawa dua cup kopi dan dua cup cake. Sebentar! Aku tidak asing dengan cup cake ini, kawan!
"You have to try." ucapnya menunjuk satu per satu kopi dan cup cake di hadapanku. Aku mencoba cup cake itu untuk pertama. Tidak salah lagi, rasa cup cake ini persis seperti cup cake di Kang's Beakry.
"Kau, uhm maksudku, apakah cup cake ini buatan kafe mu?" tanyaku memastikan.
Ia menggeleng, "Aku memesan di sebuah beakry di Namsan." ah benar sekali dugaanku. Aku hanya mengangguk.
"Oh ya, jika ini kafe mu, sangat tidak mungkin jika kau sedang tidak memiliki uang. Lihatlah, kafemu lumayan ramai." kataku. Ia hanya diam memandangiku seakan sedang menyusun kata-katanya.
"Ah, I know! Kau pasti sengaja, agar kau bisa berdua denganku di dalam mobilmu, right?" aku menggodanya sedikit.
"Ah-bukan begitu, maksudku- uhm, kau ini sok tau sekali." ia seakan tenggelam dalam kata-katanya sendiri. Ck, dia memang raja gengsi.
"Tak usah gugup, aku hanya bercanda." aku lantas menyeruput kembali kopiku. "Dasar, raja gengsi." gerutuku pelan dengan bahasa Indonesia.
"What are you saying?" tanyanya.
"Aku mengatakan, 'kopinya enak sekali, boleh aku minta lagi?' boleh?" aku terkekeh sendiri. Ia mengangguk setuju lalu memanggil pelayannya lagi.
✖TBC✖
Vomment♥
-H♥
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMSAN (kjh)✔ [SELESAI]
FanficAku bahkan tidak menyangka bisa bertemu dengan 'manusia es' sepertinya. Dan lagi, ia memiliki sifat gengsi yang tinggi. Apa susahnya bilang : "aku ingin bersamamu lebih lama."? Cih, itulah dia. Tapi kalian tahu kan.. es tidak selamanya akan menjadi...