Aku duduk di sebuah kursi taman,
Sangat tenang dan menyejukan
diantara rerumputan hijau
bersama hembusan angin yang menenangkan
hati.
Terlihat olehku sebuah dedaunan hijau
terjatuh menuju ke tanah penderitaan,
Terbuang dari indahnya pepohonan
menantikan waktu untuk mati mengering.
Tiada ada air membasuhi jiwa yang telah
terbaring
Aku teringat akan dirimu,
Sang kekasih yang pernah bersamaku.
Bersama-sama kita telah lalui berbagai
macam kehidupan,Penuh tangis dan
kebahagiaan.
Namun kini kau hanyalah sebuah cerita
yang telah tertulis indah dalam hatiku.
Dirimu tidak akan pernah kulupakan,
Wahai pujaan hatiku, Virginia
Sungguh aku tidak bisa melupakan wajahmu
walau jiwa kita sudah lama berpisah.
Tapi aku tetap lemah tidak berdaya
mengenang cerita cinta saat bersamamu
Oh Tuhan, mengapa kau membiarkan ini
terjadi.
Memisahkan aku dengan kekasihku,
Membiarkan diriku hidup menyendiri
untuk menjalani sisa-sisa hidupku.
Bukankah kau yang menciptakan wanita.
Terbentuk dari tulang rusuk lelaki
saat dia tertidur dalam alam mimpi
untuk menemani kesepiannya di dunia.
Apakah aku harus meminta sang gagak hitam
agar membawa jiwaku pergi dengan tenang.
Terbang jauh bersama dengan dirinya
melintasi langit dan memandangi indahnya
alam.
Aku tahu siapakah diriku.
Sekumpulan tanah yang telah kau ciptakan,
Menantikan panggilan sebuah kematian.
Sebab apa yang kumiliki saat ini
telah kau ambil dari kehidupanku kini.
Bekasi, 29 May 2014
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHIDUPAN NYATA
PoesíaHigh rank #125 of 109K Story IN POEM (28-08-18) #133 IN POEM (31-05- 2018) #216 IN POETRY (02-02-2018) #347 IN POETRY (20-07-2017) { Antologi Puisi ini sudah diterbitkan} Hidup adalah guru yang baik dalam menjalani kehidupan yang fana ini. kita ad...