[Creepypasta - World's Best School Psychologist part 2]
Hampir empat minggu berlalu dan Dr. Tanner memperlakukanku sebaik mungkin. Ia meninggalkanku dalam keadaan terborgol sebelum berangkat kerja, namun kembali saat siang untuk makan siang. Ia juga akan menikmati makan malam bersamaku, bahkan bermain games bersama-sama.
Namun pada suatu pagi, saat Dr. Tanner membangunkanku, ia tak tampak seperti biasanya. Wajahnya tampak tegang. Selain itu, aku juga menyadari bahwa ia membangunkanku tiga jam lebih awal ketimbang biasanya.
“Kamu harus melihat berita hari ini, Nak. Tak ada pengecualian. Aku ingin kau memperhatikan televisi seharian dan memperhatikannya!” katanya dengan nada serius.
Tentu tak ada yang bisa kulakukan kecuali melihatnya berjalan keluar ruangan.
Setelah dua jam kemudian, sebuah segmen “Breaking News” memotong sebuah iklan pasta gigi yang kusaksikan. Judulnya.
“JENAZAH DITEMUKAN”
Seorang pembawa acara berwajah tegang ketika ia menyampaikan beritanya.
“Kami dengan sedih memberitakan bahwa pagi ini ditemukan kemajuan dalam kasus penculikan anak sebulan lalu.”
Pembawa berita itu menganggukkan kepalanya dengan sedih sambil membaca kertas-kertas di hadapannya.
“Sisa-sisa jenazah telah ditemukan di dalam kantong sampah di bawah jembatan tol. Diperkirakan bahwa itu adalah jenazah seorang anak, walaupun tak banyak yang tersisa untuk bisa benar2 dipastikan. Kepalanya telah dipenggal sementara sisa-sisa tubuhnya telah dibakar dan hanya menyisakan abu dan tulang.
Gambar beralih ke helikopter, tampak di bawah jalan raya dengan lusinan polisi berkumpul di bawah jembatan. Suara sang pembawa berita masih terdengar,
“Dalam tas polisi menemukan sebuah kartu pelajar berikut ini,”
Layar menunjukkan kartu pelajarku yang selalu kubawa di dalam ranselku. Plastik pembungkusnya tampak meleleh, namun foto dan namaku masih utuh.
Kamera berganti menunjukkan wajah orang tuaku, diapit dua reporter. Wajah ibuku tampak menahan kesakitan yang amat dalam sedangkan ayahku membenamkan kepalanya ke atas kedua lututnya.
Aku mematikan televisi itu.
Dr. Tanner kembali sangat terlambat. Ia segera masuk ke kamarku, membuka borgolku, dan memberikanku sebotol minuman bersoda.
Ia menempatkan kedua tangannya ke pundakku dan tersenyum.
“Aku sudah berjanji kan?”
Aku mengangguk, air mata keluar dari pelupuk mataku.
“Kamu harus berjanji lagi kepadaku,” bisiknya.
Ia mengatakan padaku untuk meminum seluruh isi botol itu – itu akan membantuku tertidur – dan bahwa aku takkan mengatakan apapun, bahkan menyangkal pertemuanku dengannya. Aku setuju.
“Sudah kukatakan, aku adalah psikolog sekolah terbaik di dunia, ya kan?”
Dan ia memang benar.
Aku terbangun malam itu, menemukan diriku terbaring di atas rumput. Bintang bersinar dengan cerah di atas langit malam. Aku mengenali bahwa aku berada di sebuah taman yang tak jauh dari sekolahku.
Aku kemudian mulai berjalan dan menemukan rumahku. Lampu di dalam rumah padam, namun aku masih bisa melihat bayangan ayahku duduk di tangga di depan pintu masuk.
Dengan ragu, aku memanggilnya. Ayahku mengangkat kepalanya dengan perlahan dan begitu melihatku, ia langsung berlari memelukku sambil meneriakkan namaku. Ibuku melakukan hal yang sama begitu keluar dari dalam rumah.
Dr. Tanner benar. Segalanya berubah menjadi lebih baik semenjak itu. Orang tuaku tersenyum setiap saat dan memperlakukanku penuh kasih sayang. Aku tak bisa meminta akhir yang lebih bahagia dari ini.
Sejak hari itu, aku masih sering melihat Dr. Tanner di sekolahku. Kami jarang berbicara, bahkan untuk bertukar pandangan sekalipun. Namun kadang kala, ia akan tersenyum ke arahku.
Aku selalu memegang janjiku padanya dan berpura-pura tak pernah bertemu dengannya. Namun ada satu pertanyaan yang selamanya akan selalu terngiang dalam benakku.
Siapa anak yang Dr. Tanner penggal?
END..
-------------------------------------------------------------------------------------
* Mohon kemurahan hati para readers untuk Vomment.... 👻👻👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Creepy
HorrorBeberapa cerita Creepypasta untuk di baca... Kuharap kalian tidak mendengar ketukan di jendela saat sedang membaca cerita ini... Source : Google