63. (000) 000-0000

1.8K 148 1
                                    


Andrea sedang menggendong putrinya yang sedang tidur ketika tiba-tiba ponsel yang ditaruhnya di atas meja bergetar. Itu mungkin dari suaminya, Alex, yang bekerja sebagai dokter jaga di rumah sakit. Dia pasti akan mengatakan dia baru akan pulang esok pagi, seperti biasa. Holly, putrinya, terasa berat di dekapan Andrea. Ia tahu, suatu saat akan tiba saatnya dimana dia takkan kuat untuk mengangkat putrinya lagi. Hari pertama Holly di TK cukuplah melelahkan bagi mereka berdua.

Andrea meletakkan anaknya di atas kasur yang dihiasi oleh boneka Elsa dan Anna. Wajah Holly ditemarami oleh lampu kemerahan dari jam alarm plastik “Frozen” yang berkedip “1.00” malam. Di bawah, televisi masih menyala, menunggu untuk dimatikan.

Andrea turun dan memeriksa isi ponselnya. Nomor pengirimnya sangat aneh. Hanya sekumpulan angka nol (0) tanpa nama pengirim. Bahkan tak ada teks, hanya foto yang dilampirkan. Ia sempat curiga, namun akhirnya ia mengetuk layarnya dan foto itupun ditampilkan.

Terlihat foto dia sedang berdiri di dapur, mengenakan piyama biru yang sama seperti yang sedang ia kenakan saat ini.

Dan di fotonya, dia terlihat mengecek sesuatu di ponsel.

Ia menjerit dan segera menoleh ke arah kaca pintu dapur, satu-satunya tempat dimana seseorang bisa memfotonya dari luar.

Andrea sempat teringat bahwa ia melihat seseorang berpakaian aneh melintas di depan rumah mereka beberapa saat lalu.

Pikiran wanita itu tersentak ketika ponsel di tangannya bergetar lagi. Kini terlihat dia berlari menaiki tangga dengan berlumuran darah. Ada luka sobek terlihat jelas di tangannya. Luka itu begitu lebar dan dalam, hingga tak hanya ototnya terkoyak, namun juga tulangnya tersingkap.

Rahangnya tertarik ke bawah, tak percaya akan apa yang ia lihat.

“ALEX! INI TIDAK LUCU!” hanya itu yang terbersit di pikirannya, bahwa suaminya sedang mempermainkannya. Namun hanya keheningan yang menjawabnya. Tak ada siapapun di situ.

Ponsel itu bergetar lagi. Dengan gemetar, jari Andrea bergerak membukanya. Kali ini hanya foto seutas tangan dengan cincin yang amat dikenalinya, yakni cincin pernikahannya yang kini dikenakannya, terbaring di atas lantai kayu rumah mereka, tepat di ujung tangga. Tangan itu tergeletak di atas kolam darah dengan noda cipratan darah terlihat menyembur hingga ke dinding. Perutnya bergejolak. Ada banyak noda cipratan darah dalam sudut yang berbeda-beda, seolah-olah siapapun yang melakukannya, menusuknya berkali-kali di tempat yang berbeda.

Namun semua itu belumlah berakhir. Matanya mulai berair ketika foto lain masuk, sekali lagi menampilkan gambar yang tak asing. Kali ini foto Holly tertidur lelap di kasurnya, sementara terlihat bayangan mendekatinya, seakan hendak meraihnya. Di foto itu, terlihat jam digital di atas meja menunjukkan “1:15”.

Andrea menjerit dan hendak bergegas menuju ke atas ketika pintu dapurnya mulai membuka.
***

Little CreepyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang