Peringatan: Aku tidak begitu yakin pentingkah adanya peringatan khusus untuk pembaca. Tapi cerita ini melibatkan Nazi dan eksperimen mereka. Aku tidak tahu apakah benar cerita tentang mereka.Bagi kalian yang memiliki cermin di rumah (boleh ukuran setengah badan, tapi lebih baik ukuran seluruh badan) cobalah hal ini.
Berdiri di depan cermin, lihat refleksimu, dan tanyakan “Siapa kau?”
Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan monster atau hantu atau sesuatu seperti itu, jadi jangan khawatir.
Hanya melihat refleksimu di cermin- tatap langsung ke mata refleksimu dan tanyakan “Siapa kau?”.
Kau mungkin merasa cukup aneh dan mungkin memiliki rasa tidak nyaman, kan?
Nah, selama Perang Dunia II, Nazi melakukan banyak percobaan pada orang orang Yahudi. Salah satu dari mereka membuat salah satu 'test subjek' berdiri di depan cermin, kadang-kadang beberapa kali dalam sehari, dan memaksa mereka untuk berbicara dengan diri mereka sendiri.
Mereka dipaksa untuk bertanya pada refleksi mereka “Siapa kau?” Atau pertanyaan yang mirip, dan perubahan mental selama percobaan akan didokumentasikan.
Penelitian ini adalah salah satu dari banyak cara untuk mencoba dan mengendalikan kepribadian seseorang.
Sekitar sepuluh hari setelah percobaan dimulai, para peneliti mulai menyadari adanya keanehan. Subyek mulai kehilangan kemampuan untuk membuat penilaian yang logis, dan mereka sering mengalami kesulitan membedakan apa yang nyata dan tidak nyata.
Sepuluh bulan kemudian, ego subyek benar-benar hilang. Daripada mempertanyakan refleksi yang berada di cermin, mereka mulai mempertanyakan siapa mereka dan akhirnya menjadi gila.
…
Aku membaca tentang eksperimen itu di internet beberapa waktu lalu.
Pada saat itu, temanku dan aku berpikir hal itu benar-benar menarik. Kami juga sempat berpikir itu hanyalah omong kosong belaka, jadi kami sepakat untuk mencoba dan membuktikan sendiri.
Hari itu, aku berdiri di depan cermin di rumahku dan bertanya pada bayanganku “Siapa kau?”
Ini sudah larut malam dan membuat atmosfer di dalam kamarku terasa benar-benar menakutkan, tapi aku begitu bersemangat untuk mencoba sebuah eksperimen Nazi yang aku rasa sama sekali tidak berbahaya.
Tapi beberapa saat kemudian, aku jatuh sakit dan muntah (tidak, wajahku tidak terlalu buruk). Aku menyadari bahwa melanjutkan hal ini mungkin ide yang buruk, jadi aku menyerah setelah itu.
Keesokan harinya, aku memberitahu temanku kalau aku terlalu takut untuk menyelesaikannya.
Dia segera mulai menggodaku. Dia tertawa dan menyebutku kucing penakut. Tapi setelah percakapan tentang percobaan ini, kami tidak lagi saling sapa.
Setelah waktu itu aku mulai melupakan hal tentang eksperimen ini, temanku mulai bolos sekolah dan semakin sering tidak masuk sekolah.
Ketika ia akhirnya muncul di sekolah, aku bertanya padanya apa yang terjadi, tapi ia mengatakan “Mm.. bukan apa-apa.”
Dia bahkan tidak memperdulikanku.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat telepon dari dia saat tengah malam. Segera setelah aku mengangkat telepon, aku bisa mengatakan bahwa ia berada di tempat dan situasi yang buruk.
“Hei, aku adalah aku, kan? Namaku Aida, kan?”
Suaranya bergetar, dan aku pikir dia menangis. “Benar kan? Katakan kalau aku benar!”
“Apa yang kau bicarakan? Tentu saja kau Aida!" Jawabku.
“Oh.. ya.. kau benar.” Dia menarik napas dan terus berbicara. “Aku.. hm.. kau ingat hal cermin? Yah, aku terus melakukannya setelah kau bilang kau tidak akan meneruskannya. Aku telah melakukannya berulang ulang. Aku bukan seorang narsis atau apa pun itu, tapi melihat dan berbicara dengan diriku sendiri di cermin membuatku merasa baik. Anehnya, semakin sering aku berbicara dengan refleksiku.. aku semakin merasa kurang yakin kalau aku adalah aku”
“Woah, itu tidak terdengar aman, sebaiknya kau hentikan..” kataku dan mencoba untuk meyakinkan dia untuk berhenti, tapi dia menolak untuk mendengarkan.
“Jangan khawatir tentang hal itu. Aku akan baik-baik saja. Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja. Tidak apa-apa, tidak, aku baik-baik saja..” Dia terus mengulangi kata kata yang sama seperti kaset rusak.
“Hey!1!!” Aku berteriak, dan ia segera menutup telepon. Aku khawatir, jadi aku menelponnya kembali, tapi tidak ada yang mengangkat telepon.
Aku terus menelpon ulang, berharap dia akan menjawab. Akhirnya pada telponku yang ke duabelas, aku mendengar telepon diangkat.
“Siapa.. kau?” Temanku bertanya sebelum panggilan terputus.
Aku mencoba menelepon lagi, tapi tidak peduli berapa kali aku mencoba aku tetap tidak bisa menghubunginya.
Aku berharap untuk melihat dia di sekolah besok, tapi dia tidak pernah datang lagi.
Beberapa waktu kemudian, orang tuanya khawatir karena mereka tidak mendengar bahkan tidak dapat berbicara apapun dengannya.
Mereka terus mencoba menyadarkan anaknya, tapi dia sudah benar-benar gila. Dia bahkan tidak bisa mengenali orang tuanya sendiri. Dia menatap kosong ke arah mereka dan hanya memberi senyum kecil.
Setelah itu, dia kembali menghadap ke cermin untuk berbicara dengan refleksinya.
Orang tuanya membawanya pulang dan membawanya ke rumah sakit jiwa, dekat tempat tinggal mereka.
Aku tidak tahu persis rincian selanjutnya, tetapi melalui selentingan kabar aku mendengar bahwa dia sudah jauh lebih baik.
Dia tidak diijinkan untuk memiliki cermin atau logam reflektif dari apa pun di kamar rumah sakit.
Aku tidak berpikir kau bisa kehilangan akal dalam periode waktu yang singkat.
Mengenai percobaan asli, mereka terus melangsungkan hal itu selama beberapa waktu. Beberapa subyek dipaksa untuk berdiri di antara menghadapi cermin bukan di depan cermin tunggal.
Entah bagaimana cermin yang dipakai membuat tekanan psikosis jauh lebih cepat.
Dalam kasus ini kau mungkin bertanya-tanya, cermin apa yang temanku gunakan.. cermin yang ia gunakan adalah cermin tiga sisi.
Jika kau memiliki cermin, silakan coba percobaan ini. Tatap langsung ke mata refleksimu dan bertanya “Siapa kau?”
Kau mungkin merasa cukup aneh dan mungkin memiliki rasa tidak nyaman, kan? Jika kau adalah seseorang yang mudah terombang-ambing, kau akan lebih mungkin merasakan efek dan gila dalam waktu yang singkat.. atau kau dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan percobaan.
Baru-baru ini ketika aku mencuci wajahku, aku sering terkejut, seperti menatap mata orang lain di dalam refleksiku.
Jika aku melihat dan menatap refleksiku terus, aku tidak bisa melihat diriku.
Tapi..
Aku adalah aku, kan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Creepy
HorrorBeberapa cerita Creepypasta untuk di baca... Kuharap kalian tidak mendengar ketukan di jendela saat sedang membaca cerita ini... Source : Google