“Bertahanlah, Jane! Bernapaslah dalam-dalam, kemudian keluarkan!” aku berkata dengan suara lembut, berusaha menenangkannya, sembari mengelus rambut dan dahinya yang bercucuran keringat. Di luar jendela, angin musim dingin bertiup dan melolong mengiringi tangis kesakitan Jane.“Bagus! Bagus!” kataku memberi semangat, “Sedikit lagi! Aku sudah bisa melihat kepalanya!”
Terdengar gemertakan gigi Jane dan teriakan kesakitannya. Bahunya dan sekujur tubuhnya mengejang ketika ia terus mendorong. Hingga akhirnya, suara tangisan bayi kecil akhirnya pecah, mengisi ruangan itu. Sambil tersenyum penuh kebahagiaan, akhinya aku menggendong bayi itu dan menunjukkannya pada Jane.
“Lihat, seorang bayi perempuan!”
Beberapa tahun yang lalu, kami mengetahui bahwa kami tak mungkin memliki anak. Istriku yang malang, ia ingin menjadi ibu lebih dari apapun di dunia ini. Tentu saja ia merasa amat terpukul mendengar diagnosa itu. Sebagai seorang dokter ahli kandungan, aku melakukan segala cara yang kubisa untuk menolongnya. Hampir separuh dari harta kami dihabiskan untuk perawatan kesuburan, namun tak da yang memberikan hasil berarti. Tak ingin berakhir miskin, kamipun dengan sakit hati menghentikan usaha kami. Kami mulai menerima fakta bahwa kami mungkin takkan memiliki anak yang merupakan darah daging kami sendiri.
Namun keajaiban terjadi. Ya, malaikat kecil ini datang, menyelamatkan harapan kami.
“Lihat bayi ini, Sayang! Manis sekali!” aku memindahkan bayi itu ke dalam pangkuan istriku.
“Oh, Chris!” dia menangis sambil mengagumi bayi itu. “Dia benar-benar sempurna. Ia seperti hadiah yang turun dari surga.”
“Ka ... kalian sudah mendapatkan apa yang kalian inginkan ...” Jane menangis, masih mencoba meronta dari sabuk yang mengikat kaki dan tangannya di ranjang, “Sekarang lepaskan aku. Kumohon ... aku takkan mengatakannya pada siapapun ...”
“Oh, tentu tidak, Malaikat Kecil.” aku menggeleng, “Kenapa kau lebih memilih hidup di jalanan ketimbang memiliki kami yang bisa memberikanmu rumah, makanan, dan pakaian?”
Istriku menyahut, “Ya, lebih baik kau di sini, Sayang. Lagipula, bayi kami berhak memiliki saudara. Benar bukan, Chris?”
Ia menatapku. Akupun mengangguk setuju dan menyeringai.
“Tentu saja.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Creepy
HorrorBeberapa cerita Creepypasta untuk di baca... Kuharap kalian tidak mendengar ketukan di jendela saat sedang membaca cerita ini... Source : Google