Gadis itu berlari pelan menghampiri Dika, lalu mengangkat tangannya untuk melakukan tos rahasianya dengan Dika.
"How are you?" tanya Becky ramah.
"Baik, kelamaan di London lo!" Dika tertawa lalu diikuti Becky.
"Eh ada elo!" kata Deva yang tiba-tiba datang.
"Deva, gimana kabar lo?" tanya Becky dengan aksen baratnya yang sekilas terdengar cadel.
"Baik kok, join yuk sama kita," ajak Deva.
Becky mengangguk senang lalu segera duduk di antara mereka. Ya, ia adalah Rebecca Morris, gadis yang pernah menjadi senior Dika dan Deva sekaligus teman karib mereka karena sering clubbing bareng. Sekarang ia telah menjadi alumni di SMA Khatulistiwa dan melanjutkan kuliahnya di London.
Sebenarnya, Dika juga mengenal Deva di club saat mereka masih kelas 10. Saat itu Dika sedang hang over karena terlalu banyak meminum bir, ia berjalan sempoyongan menuju mobilnya dan berusaha memasukkan kunci mobilnya ke mulut pintu mobil. Alih-alih berhasil, Dika malah terjerembab dengan keadaan setengah sadar, di waktu yang bersamaan Deva sedang memarkirkan mobilnya di tempat parkir di depan club. Deva yang mengenal Dika--karena satu sekolah--langsung menolong dan mengantarnya pulang ke rumah. Dan sejak saat itulah mereka berteman baik dan menjadi semakin akrab.
-
Dika melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 02.27 a.m. Ia menghabiskan whisky-nya yang tinggal tersisa beberapa tegukan lagi di dalam gelas.
"Gue balik ya," ujar Dika.
Deva memicingkan mata melihat arlojinya, "Baru juga jam segini Dik, biasanya lo pulang menjelang adzan shubuh," ucapnya diiringi tawa.
Dika menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tertawa, "Enggak deh, besok ulhar sejarah. Mana Bu Rini lagi, hii!" Ia sedikit bergidik tatkala membayangkan mata bu Rini yang membulat saat memelototinya.
Becky tertawa, "Hahaha! Terus lo mau pulang ke rumah terus belajar gitu?"
"Enggak juga sih, setidaknya gue tuh udah bego jangan telat mulu!" Dika menyeringai puas.
"Ya udah sana gih! Mau gue anter lagi kayak waktu itu?" tanya Deva mengejek.
Dika tergelak, "Kagak! flashback ah jadinya."
Ia mengambil dompetnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu untuk membayar minumannya.
"Kembaliannya ambil aja." Dika memancarkan senyum manisnya pada Rosa, sang bartender cantik dan seksi yang sering melayani pesanannya.
Deva dan Becky saling bertatapan lalu terkekeh melihat kelakuan Dika.
***
"Kak Jo bangun, udah jam setengah tujuh." terdengar suara lembut milik Olivia yang sedang berdiri di samping ranjang Dika.
Dika mengerjapkan matanya, ia menjambak rambutnya, merasakan kepalanya yang pening akibat pengaruh alkohol semalam. Ia melirik Olivia yang sudah rapi dengan seragam merah putihnya.
"Berisik lo bocah." Dika bangkit dari tempat tidurnya dengan tatapan nanar lalu bergegas ke kamar mandi.
Dika menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghadap Olivia, "Lo ngapain di situ?"
Olivia yang masih berdiri mematung memperhatikan Dika langsung sadar pertanyaan itu ditujukan padanya, ia meringis takut lalu segera angkat kaki dari kamar tersebut.
***
"Selamat pagi." terdengar suara Bu Rini diiringi bunyi hak pada sepatunya yang beradu dengan lantai ruang kelas. Tas coklat tua menyampir di bahu kanannya, sedangkan tangan kirinya sibuk membawa puluhan lembar soal ulangan harian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change
Teen FictionBanyak orang yang berasumsi bahwa harta kekayaan berbanding lurus dengan kebahagiaan. Tapi tidak menurut Regitta Gladys. Gadis yang jelas-jelas berasal dari keluarga kaya, namun kekurangan bumbu kebahagiaan dalam hidupnya. Sifat pemurung yang memben...