SEBELAS : SWEET SEVENTEEN!

586 123 130
                                    

"Dik, gue pantes nggak sih, dandan kayak gini?" Gladys menoleh, menatap Dika yang tengah fokus mengemudi dengan sorot mata getir.

Dika menatap Gladys, lalu tertawa kecil, "Nih ya, cewek yang terbiasa ber-make up, bakal keliatan lebih jelek saat dia nggak dandan. Sedangkan cewek yang udah biasa tampil natural, bakal keliatan lebih cantik saat dia ber-make up."

Gladys manggut-manggut, meski menurutnya penuturan Dika barusan sepenuhnya omong kosong.

Lagi, Gladys mengangkat gagang cermin kecil ke hadapan wajahnya. Ia menatap dirinya lekat-lekat lewat cermin. Satu kata yang terlintas di benak orang lain saat melihat Gladys pertama kali tampil ber-make up; cantik.

Rambut hitam legamnya terurai, terlihat lebih bervolume atau biasa disebut dengan tipikal 'rambut badai', lengkap dengan hiasan rambut yang bertengger di atas kepalanya, seolah benda itu adalah mahkota. Warna lipstick merah muda terpoles rapi di bibir mungilnya yang ranum, eye shadow berwarna midnight blue dan ungu mendempul kelopak matanya secara anggun, serta pemakaian eyeliner dengan teknik cat flick juga mempertegas garis matanya dengan baik. Khusus malam ini, ia melepas kacamatanya, dan menggantinya dengan soflens.

Gladys  melirik Dika yang terlihat tampan dengan kostum ala Pangeran Adam. Cewek itu lantas menengok ke arah dress-nya sendiri. Dress yang mengekspos dua warna, namun lebih dominan pada warna emas dibandingkan warna putihnya. Ya, Gladys berdandan ala Cleopatra malam ini.

"Siapa peri pengantar hadiah yang dimaksud sama adik lo?" Gladys angkat bicara, berusaha menyirnakan rasa nervous-nya untuk tampil beda malam ini.

"Sebenernya, peri pengantar hadiah yang ada di khayalan Olive itu ciptaannya Monica," sahut Dika.

"Ooh, berarti peri pengantar hadiah itu Tante Monica sendiri?"

Dika menoleh ke arah Gladys, lalu menggeleng pelan, "Coba tebak."

"Bokap lo?"

Lagi-lagi Dika menggelengkan kepalanya.

"L-lo?"

Tawa Dika pecah seketika, "Kok ragu gitu, sih?"

Gladys menepuk jidatnya pelan, "Ya ampun, ngapain lo sembunyiin identitas dari adik lo sendiri?"

"Gue nggak mau aja, seandainya Olive tau kalo ternyata gue yang selalu ngasih hadiah secara diam-diam, bisa rusak reputasi gue sebagai cowok galak di depan mata dia."

"Emang kenapa?" Gladys tertawa.

"Nanti dia nggak takut lagi sama gue." Bibir Dika seketika menyengir lebar, geli akan jawaban konyolnya.

Gladys tertawa, lalu mengatupkan bibirnya secara perlahan.  "Kenapa sih, lo jutek banget sama anak kecil selucu Olivia?" tanya Gladys tiba-tiba.

Dika menghela napas kasar, lalu tergelak, "Enggak tau emang mirip atau apa, gue kalo liat Olive tuh serasa ngeliat si Monica," Ia diam sejenak, "bawaannya pengen ngegalakin mulu." Kini cowok itu tertawa sedikit.

"Tante Monica itu nyokap lo Dik, coba deh, belajar sebut dia layaknya dia emang nyokap lo," ucap Gladys.

Tiba-tiba Dika menginjak pedal rem mobilnya sampai kendaraan itu berhenti secara mendadak. Membuat Gladys menahan napasnya selama beberapa detik.

"Seandainya lo ada di posisi gue, lo bakal ngerti apa yang gue rasain," ujar Dika, lalu keluar dari mobil, yang kemudian disusul oleh Gladys.

LUXURIOUS JASMINE HOTEL. Tulisan yang dicetak besar itu tertera jelas di atas bangunan yang baru saja mereka singgahi.

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang