6.

333 38 4
                                    

Pagi yang cukup cerah. Matahari bersinar belum terlalu terik. Walau  ramalan cuaca pagi ini mengatakan bahwa hari ini akan terus cerah sampai sore, tapi Hyojin yang tidak terlalu mempercayai ramalan cuaca memang selalu menyediakan payung di dalam tasnya. Lagipula, Seoul sering diguyur hujan di pertengahan musim gugur seperti ini.

Hyojin membereskan buku-bukunya yang masih berserakan di atas kasur dan menjejalkannya ke dalam tas dengan gerakan cepat dan barbar. Ia menengok sebentar ke arah cermin dan kemudian tersenyum lebar seolah-olah menyemangati dirinya sendiri.

Ia hampir melupakan seragam olahraganya andai saja tadi dia tidak menoleh pada kapstok yang terpasang di sebelah jendela.

Ia melipatnya asal dan turut serta menjejalkan garmen berbahan kaus itu ke dalam tasnya. Sedetik berikutnya, dia sudah membuka pintu apartemennya bersamaan dengan rombongan Youngjae yang sedang menuruni tangga apartemen tepat di depan apartemennya.

Hyojin melenguh pelan. Matanya memindai ketujuh pemuda tampan yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya itu. Ada salah seorang yang belum ia kenal. Dia yang paling tinggi dan kelihatan yang paling tua diantara mereka bertujuh. Hyojin bertanya-tanya siapakah dia. Karena baru kali ini dia melihatnya.

Jujur saja, melihat mereka berjalan bersama-sama menuruni tangga dangan wajah dan penampilan yang seperti itu, Hyojin sedang merasa bahwa ia baru saja melihat sekumpulan laki-laki yang tergabung dalam sebuah Boyband terkenal dan ia baru saja selesai menghadiri acara fanmeetingnya.

"Hyojin-ah!" sapa Bambam diiringi senyum sumringah. Ia melirik iri pada hoodie tebal yang Bambam kenakan dibalik jas seragamnya. Pasti hangat.

"Aa. Hai," sapa Hyojin canggung.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah sembuh?" tanya Bambam nampak khawatir.

Hyojin menanggapinya dengan senyuman dan satu anggukan pelan.

"Hyojin-ah, kemarin kau belum sempat berkenalan dengan Yugyeom." Youngjae menarik lengan Yugyeom agar berhadapan dengan Hyojin. "Dia tingkat dua. Kalian seumuran. Jadi kalian pasti cepat nyaman." lanjut Youngjae.

"Aku Kim Yugyeom." ia mengulurkan tangannya sembari tersenyum lebar sehingga menampakan raut wajah yang kekanakkan dan terlihat punya hidup yang tanpa beban. Begitu bahagia. Hyojin yang melihatnya ikut tersenyum tulus. Sungguh hebat bagaimana bisa satu senyuman orang lain dapat mempengaruhi hatinya yang sedang resah.

Melihat Hyojin yang hanya balas tersenyum padanya tanpa meraih tangannya membuat Yugyeom dengan segera meraih jemari Hyojin dan menggenggamnya erat.

"Senang berkenalan denganmu," ucapnya. Masih diiringi dengan senyuman yang barusan.

Hyojin mematung. Matanya terbelalak lebar dengan ekspresi wajah yang berubah total. Senyuman telah menghilang dari wajah cantik itu.

Yugyeom kebingungan, namun tetap menjabat tangan Hyojin dan bahkan menggengamnya lebih erat. 

Hyojin menarik tangannya dengan paksa, hingga terlepas. Kemudian ia memandang takut-takut pada ketujuh pemuda dihadapannya.

Jinyoung terlihat sibuk dengan ponselnya. Jaebum lagi-lagi memberikan pandangan tak suka padanya. Entah karena apa. Youngjae menatap heran padanya. Dan Bambam yang sibuk menyikut lengan Jackson yang sedang melamun. Kemudian Mark....

Ah. Bahkan Hyojin tidak sanggup menatap ke dalam mata Mark lagi. 

Mark sangat sadar bahwa Hyojin sedang menghindari pandangannya, namun ia tidak ambil pusing dan lanjut menyedot yoghurtnya yang tinggal separuh.

"Maaf," gumam Hyojin pelan. Dan kemudian berlalu meninggalkan mereka bertujuh.

Yugyeom menggigit bibir dalamnya perlahan, nampak berpikir keras.

SWEET  NIGHTMARE  (a GOT7 FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang