22.

243 26 8
                                    

.
.
.
.
.
.
.
Enjoy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lagi.

Mark harus menatap sosok yang terbaring diatas ranjang itu tanpa tahu kapan ia akan terbangun. Kedua orangtua Hyojin tertidur dengan lelah di atas sofa panjang di sudut kamar rawat Hyojin. Ibu gadis itu tadi sempat histeris bahkan pingsan, melihat kondisi puterinya.

Mark duduk di dekat ranjang Hyojin dan memandangi wajah kesukaannya itu. Hatinya sakit. Ia seharusnya segera memperingatkan Hyojin bahwa Sunji tidak tulus padanya. Kalau saja ia lebih dulu bilang, mungkin kondisinya akan sedikit berbeda.

Mark dari awal sudah tahu bahwa yang menyiram air di bilik toilet hari itu adalah Sunji. Ia sebenarnya tak menyangka siswi yang kelihatannya nerd itu mampu berbuat seperti itu. Ia ingin bertindak, tapi ikut campur urusan orang lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya bukanlah hal yang Mark sukai. Karena itulah, ia mengabaikan hal itu dan melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru dengan earphone yang senantiasa mengalunkan lagu Superheroes-nya The Script.

Namun, siapa sangka beberapa saat kemudian gadis itu datang ke kantin bersama Choi Hyojin yang terlihat seperti baru saja habis kehujanan. Mark menaruh curiga pada Sunji, dan mulai mengawasinya. Bahkan berusaha untuk lebih dekat dengannya agar ia berhenti mencelakai Hyojin.

Mark bahkan terima saja waktu kelakuan Sunji yang seenak pantatnya meminjam ponselnya dan menambahkan emotikon hati di belakang kontak namanya di ponsel Mark. Namun, ketika bahaya sudah benar-benar menyerempet Hyojin seperti sekarang ini, Mark tidak sanggup lagi harus berpura-pura baik-baik saja ketika sedang bersama Sunji.

"Maafkan aku. Aku gagal menghentikan Sunji," lirih Mark. Ia meraih kelima jemari Hyojin dan menggenggamnya erat.

"Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Selama ini aku terlalu tidak punya nyali untuk mengatakannya. Aku terlalu takut dan terlalu pengecut untuk bisa jujur tentang semuanya padamu. Aku takut karena mungkin saja kau tidak mengingatku sama sekali, sementara aku tidak pernah melupakanmu."

Mark menunduk untuk mengecup punggung tangan Hyojin, pelan. Ia tahu dirinya sama sekali tak layak. Tapi Mark tidak peduli. Ia menyayangi gadis ini. Ada alasannya kenapa Mark selalu nampak resah tiap kali ada kejadian tidak enak menimpa Hyojin. Ia selalu tak suka tiap kali gadis itu lebih banyak meluangkan waktunya untuk Yugyeom, Jackson dan bahkan ia iri pada Bambam yang bisa seakrab itu dengan Hyojin.

Tapi, ia tak bisa berbuat apapun. Hyojin yang kabur menghindarinya di hari pertama mereka berkenalan terlalu menorehkan luka di hatinya, dan ia merasa rendah diri karena hal itu. Ia merasa dirinya begitu buruk dan Hyojin sama sekali tidak menyukainya. Mark merupakan orang yang cukup pendiam. Dia tidak secerewet Jackson, Bambam dan Yugyeom yang selalu memprotes tentang sesuatu yang tidak mereka suka.

Mark lebih suka menyimpan semuanya sendirian. Bahkan, jika itu tentang perasaannya sekalipun.

"Pertama kali aku melihatmu, aku tidak yakin jika itu adalah 'kau'. Kau banyak berubah," ucap Mark dengan tatapan menerawang jauh mengingat masa kecilnya yang pernah ia habiskan di salah satu sudut kota London yang dipenuhi banyak guguran daun berwarna merah dan keemasan.

"Kau pendiam dan kelihatan tidak suka dengan sekelilingmu. Aku merasa aku pernah bertemu denganmu, tapi aku tidak ingat. Ketika aku mencoba mengabaikannya, kau tersenyum pada Jinyoung. Aku selalu memikirkannya. Dimana aku pernah melihatmu. Dimana aku pernah melihat senyuman tulus itu. Ketika Jinyoung bilang bahwa kau tidak bisa makan menggunakan sumpit, saat itulah aku mengingatmu, Vallerie."

Mark mengelus puncak kepala Hyojin perlahan, takut seolah sentuhan sedikit saja akan membuatnya tidak nyaman.

"Kita bertemu lagi, Vallerie Choi. Gadis kecil yang selalu merengut tiap kali kau memakan makananmu di dekat taman kompleks karena tidak membawa sumpit. Perkenalkan aku Mark Tuan, bocah laki-laki yang selalu meminjamkan sendok supku untukmu. Aku tahu waktu itu kita masih kecil dan mustahil untuk tetap mengingat satu sama lain, tapi asal kau tahu. Aku selalu mengingatmu dan bertanya-tanya kapan kita akan dipertemukan kembali."

SWEET  NIGHTMARE  (a GOT7 FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang