8.

316 38 6
                                    

Hyojin cukup terkejut ketika di pagi harinya ia melihat Jackson berdiri di halte bus yang sama dengannya. Sepengetahuannya, harusnya ia bergabung bersama dengan Youngjae dan yang lainnya dengan mobil yang waktu itu pernah digunakan untuk menjemput Hyojin di bandara.

Sesungguhnya ia lebih nyaman jika sekarang Bambam yang ada di posisi Jackson. Tapi, terkadang Bambam juga sering menanyakan pertanyaan yang tidak ingin ia jawab. Mungkin sebaiknya mereka tidak usah menunggu bersama saja.

Hyojin menghela napas perlahan. Ia berpikir, setelah urusannya dengan masa depan Mark Tuan dan Kim Yugyeom telah selesai dia bisa mengajukan perpindahan tempat tinggal pada Eommanya. Tinggal di tempat yang jauh dari mereka bertujuh.

Itupun jika Eommanya mengizinkan.

Hyojin menggigit bibirnya perlahan. Merasa kurang nyaman dengan kecanggungan yang mengisi kebersamaan mereka.

Ia bersyukur ketika banyak orang mulai berdatangan untuk mengantre bus yang sama. Ia tidak peduli jika nanti ia harus berdiri karena tak dapat tempat duduk. Itu lebih baik daripada harus bersama dalam kecanggungan dengan seorang Jackson Wang.

Dan benar saja. Karena Hyojin yang masuk ke dalam bus belakangan, lantaran tidak ingin dekat-dekat Jackson mengantarkan dia pada kenyataan pahit bahwa ia harus berdiri sepanjang perjalanan. Sendirian. Karena semua kursi sudah terisi.

Dan Jackson duduk tepat di hadapannya. Sial.

Bus pun melaju. Di tengah perjalanan, gadis itu menggunakan salah satu tangannya untuk membuka ritsleting tasnya untuk mencari ponselnya yang entah terselip dimana. Benda itu bergetar terus sejak tadi. Hampir tidak ada orang yang pernah meneleponnya selama ia berada di Korea, karena sekarang ia mendapat panggilan. Besar kemungkinan itu adalah orang tuanya.

Dan apa yang akan mereka sampaikan pasti penting.

Dengan jengkel, Hyojin pun menggunakan kedua tangannya untuk mengobrak-abrik isi tasnya. Ketika tangannya menemukan ponsel yang ia cari-cari, bus tiba-tiba mengerem mendadak dan ia pun kehilangan keseimbangan.

Menubruk tubuh pemuda yang tiba-tiba juga sedang berdiri di hadapannya. Ponselnya terjatuh dengan bunyi 'tak' keras.

"Gwenchana?" tanya pemuda di hadapannya itu agak gugup karena jarak antara keduanya yang tak sampai sepuluh centimeter. Jackson meraih kesepuluh jemari Hyojin dengan tangannya. Menggenggamnya erat. Agar tidak kehilangan keseimbangan lagi.

Hyojin tak sanggup menjawab. Ia telah terlebih dahulu melihat masa depan Jackson Wang. Dan, yang membuat ia terkejut adalah keberadaan dirinya dalam penglihatan itu.

'Ini tidak mungkin!' 

"Gwenchana?" ulang Jackson karena tak mendapat respon dari Hyojin.

Ia cukup khawatir melihat wajah pucat gadis cantik di hadapannya ini. Ia pasti terkejut. Sebenarnya sejak masuk tadi, Jackson selalu mengawasi Hyojin. Maka ketika gadis itu hampir terjerembab ia dengan sigap menangkapnya.

Jackson menarik Hyojin untuk duduk di kursinya, sementara ia berdiri.

"Ponselmu rusak. Eottokhe?" tanyanya seraya mengulurkan ponsel Hyojin yang layarnya telah retak.

"Tidak apa-apa," jawab Hyojin. Ia memasukkan benda itu ke dalam tasnya. Diam-diam ia menyembunyikan tangannya yang bergetar karena ketakutan. Dan, Jackson melihat itu.

Ia justru kembali menggenggam tangan Hyojin. Gerakan yang membuat gadis itu terlonjak tiba-tiba karena terkejut.

"Kau sudah aman," ucapnya karena melihat binar ketakutan pada iris Hyojin.

SWEET  NIGHTMARE  (a GOT7 FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang