31 - Cerpen

190 13 2
                                    

Judul : Namanya Lupus
Uname Wp : _hidrogen
Tema : Patah Hati
Cerpen / Drabble : Cerpen

Namanya Lupus. Cita-citanya cuman satu, yaitu bikin Lyra senang.

"Hujan di luar deres ya, Lyra."

Lyra mendelik. Menatap malas lelaki yang tiba-tiba duduk di hadapannya tanpa permisi itu. Lyra sudah cukup lelah menggubris segala omongannya hari ini. Jadi detik ini, ia benar-benar ingin mengabaikan apapun yang dilakukan Lupus.

Masih dengan memandang hujan, Lupus memulai ceritanya. "Tadi pagi, Lupus dihukum Bu Ras, Ly."

'Ya bodoamat, Lupus!' batin Lyra sebal.

"Katanya, Lupus suka terlambat ke sekolah. Harusnya Bu Ras salahin Umi Lupus dong! Kan Umi yang suka bohong. Bangunin Lupus bilangnya udah jam delapan, padahal masih jam enam. Jadinya tadi pagi Lupus ga percaya sama Umi pas Umi bilang ini udah jam setengah delapan dan Lupus langsung lanjutin tidur." Cerita Lupus menggantung sejenak.

"Nggak taunya Umi tadi pagi lagi tobat untuk bohongin aku. Umi tuh ya, kalo tobat diam-diam, nggak kasih pengumuman. Ya mana aku tau tadi pagi Umi bohong apa jujur. Iyakan, Lyra?"

Lawan bicaranya hanya diam dan justru mengabaikan cerita maupun keberadaan lelaki di hadapannya kini. Lupus sudah kebal menghadapi sikap Lyra yang seperti ini. Tapi dalam kamus Lupus, tak ada kata menyerah dalam memperjuangkan cinta.

"Lyra tau nggak kenapa sekarang hujan?"

Tanpa menunggu jawaban dari Lyra yang entah kapan terlontar dari mulutnya, Lupus sudah lebih dulu menjawab.

"Karena langit sedih ngeliat Lyra yang murung begini. Lyra kenapa murung?" tanya Lupus penasaran.

Lyra membuang wajahnya ke arah Lupus. Membuat senyum manis lelaki itu terpancar dari bibirnya.

"Lo sadar nggak sih, Pus? Gue begini gara-gara lo! Lo dan rayuan kampungan lo itu! Bisa nggak sih, lo nggak ganggu hidup gue sekali aja? Tolong," ujar Lyra pada akhirnya.

Persetan dengan dia yang seketika dijadikan bahan tontonan di kedai teh ini. Tujuannya hanya satu, menyadarkan Lupus untuk berhenti megejarnya.

Lupus menundukkan kepalanya. Persis seperti murid yang habis dihukum guru.

"Sekarang Lupus tau satu hal."

Lupus langsung mengangkat tubuhnya untuk bangkit dari posisi duduknya. Juga meranselkan tasnya di salah satu bahunya.

Lyra menghela napas lega. Akhirnya ia berhasil membuka mata hati setan di dalam tubuh Lupus untuk berhenti mengejarnya.

"Selama ini Umi bohong. Kata Umi, kalo wanita lagi senyum itu cantiknya luar biasa. Tapi biarpun bibir Lyra manyun lima senti dan alis Lyra menukik ke bawah kayak alisnya Shinchan, Lyra tetep cantik siang ini."

Mendengar jawaban Lupus, mata Lyra membulat seketika. Begitupun dengan Lupus yang langsung mengganti wajah bersalahnya menjadi sebuah cengiran khasnya yang selalu, akan, dan tetap tampak menyebalkan di mata Lyra.

Menyadari Lyra sudah mau meledak, Lupus langsung mengambil langkah seribu keluar dari sana. Tak lupa ia mengucapkan mantra yang tak pernah absen ia katakan tiap harinya, namun tak kunjung membuat Lyra tersihir juga.

"Lyra hati-hati ya pulangnya! Lupus jagain, lewat doa. Kalo ada apa-apa panggil nama Lupus tiga kali. Tapi Lupus ga bakal dateng, soalnya Lupus bukan Mbak Kunti yang sensitif kalo dipanggil namanya. He he he. Dadah!!!"

****

Lupus itu nyebelin. Lupus itu nggak ada matinya. Lupus itu hanya semut yang numpang lewat di hidup Lyra, namun dengan seenak jidat semut itu menggigit Lyra. Jadi terpaksa Lyra menggubris keberadaannya.

Mensive 5th Month Wattpedia [CLOSE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang