3

18K 616 44
                                    

Puas menatap dari kejauhan, Lucy memutuskan berjalan mendekat.

"Hai tampan, sedang mempersiapkan hidangan untuk makan malam?"

Dengan percaya diri tinggi, Lucy membuka suara. Bermaksud mengalihkan atensi sang target incaran. Tapi sayang, sang pria seksi justru tidak menanggapi. Membuat Lucy dilanda emosi.

"Apakah dia sedang mengabaikanku? Ini tidak bisa dibiarkan."

Semakin mendekat, Lucy bermaksud mendatangi langsung sang target incaran. Memberikan pelajaran kepada pria yang sudah lancang mengabaikannya secara terang-terangan.

"Sean!"

Samar, terdengar suara seorang wanita dari kejauhan. Suara yang membuat langkah Lucy berhenti seketika. Suara yang mampu mengalihkan perhatian sang pria incaran. Mendengus, sang pria bahkan terlihat kesal.

Penampakan itu tidak luput dari pandangan tajam Lucy. Mendadak berbagai perasaan aneh memenuhi hatinya.

Perasaan senang karena sang pria yang sudah dia klaim menjadi miliknya terlihat kesal saat dipanggil oleh wanita asing yang tidak dan tidak akan pernah mau Lucy kenal.

Dan perasaan kesal saat sadar wanita itu bisa merebut perhatian sang pria yang sejak tadi selalu mengabaikan kehadirannya.

"Sean, ayo kita pulang. Kita harus bersiap untuk acara nanti malam."

Terkejut, Lucy langsung melirik ke samping saat sadar sudah ada wanita asing di sampingnya. Wanita yang sedang berusaha mencuri perhatian prianya.

 Wanita yang sedang berusaha mencuri perhatian prianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu cukup cantik. Didukung dengan wajah manis nan menggoda, rambut panjang bergelombang, kulit kecoklatan dan tubuh agak berisi. Lucy yakin bahwa wanita di sampingnya adalah wanita yang cukup populer di desa terpencil ini.

Akan tetapi, wanita itu tetap bukan lawan yang sepadan jika dibandingkan dengan seorang Lucy Blackstone.

Jeda sesaat, sang pria tetap bungkam. Merasa tak dianggap, sang wanita kembali bersuara. "Seaaann, ayo pulaaang." Kali ini bukan suara manis lagi yang keluar, melainkan sebuah suara rengekan manja yang membuat Lucy ingin muntah.

"Cih, dasar jalang penggoda," sang batin mengumpat kesal.

Kembali mengalihkan atensi ke target incaran, Lucy melihat sang pria mulai beranjak ke tepian. Berjalan santai semakin mendekat ke arahnya. Sementara sang babi mengikuti dari belakang. Penampakan itu kembali membuat wajah Lucy merona.

Lucy sadar bahwa hasrat terpendam itu kembali muncul ke permukaan. Membuatnya kembali melupakan wanita lain yang kini tengah mengamatinya dengan sangar.

"Kau siapa?"

Terkejut, suara wanita di sampingnya membawanya kembali ke alam nyata. Melirik ke samping, Lucy berusaha tersenyum ramah.

"Namaku Lucy. Aku orang baru di sini. Aku...."

"Bukan itu maksudku. Kau siapanya Sean?" Melirik tajam, sang wanita kembali menambahkan, "kau penguntit ya? Cih dasar wanita murahan, kau bahkan menguntit Sean sampai ke sini. Kau dari mana? Di desamu tidak ada pria setampan Sean ya?"

Duar ....

Bagai disiram air es, Lucy membeku seketika. Dia benar-benar tidak menyangka, dirinya yang seorang supermodel terkenal dunia bisa dihina habis-habisan oleh wanita yang tidak jelas asal-usulnya.

"Kau...."

"Berisik!"

Belum sempat Lucy bersuara, sang pria menginterupsi. Membuatnya membeku seketika. Beku karena baru menyadari bahwa sang pria sudah berdiri tegap tepat di samping kirinya.

Melirik dengan malu-malu, Lucy kembali gagal fokus. Emosinya yang sempat tersulut menguap seketika. Senyuman cerah pun langsung tercetak di bibirnya.

Tapi sayang, senyuman itu tidak bertahan lama saat sadar bahwa sang pria idaman tidak melihat ke arahnya. Sang pria justru tengah memperhatikan objek lain yang membuat emosi Lucy kembali meluap.

Melirik sinis, Lucy mengeluarkan tatapan mematikan ke arah makhluk berwarna merah muda yang sudah mencuri perhatian sang target incaran. Di luar dugaan, yang ditatap malah menatapnya balik dengan tatapan polos tak berdosa.

"Sean, ayooo!" Kesal diabaikan, wanita disampingnya kembali bersuara. Kali ini suaranya naik satu oktaf, membuat Lucy kaget bercampur kesal.

"Diamlah Nea. Kau membuat Vitto takut." Sang pria bersuara mengancam. Membuat Lucy kembali memfokuskan perhatiannya ke arah pria di sampingnya.

"Oh betapa sempurnanya makhluk ciptaan Tuhan ini. Aku benar-benar tidak tahan untuk melakukan pelecehan seksual," kembali batin Lucy berontak ingin segera menyalurkan hasrat terpendamnya.

"Tapi tunggu dulu. Siapa Vitto?" mengerutkan kening, Lucy kembali berfikir keras.

"Tapi Sean...."

"Jangan memancing emosiku." Kembali, suara mengancam sang pria keluar. Suara yang justru membuat sesuatu di bawah sana semakin basah. Dia bahkan mengabaikan rasa penasarannya akan makhluk bernama Vitto.

Tidak tahan. Libido nya kian tinggi dan butuh segera dipuaskan. Dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa seperti ini. Sisi liarnya langsung berontak ingin keluar saat melihat pria di sampingnya menunjukkan ekspresi murka.

"Sabar Lucy. Jual mahal lah sedikit. Akan ada saatnya kau bisa menikmati tubuh itu sepuasnya," batinnya memperingati.

"Ehm." Lucy berusaha menarik perhatian sang pria agar melihat ke arahnya.

Tapi sayang, sang pria justru kembali mengabaikannya. Dia hanya berjalan beriringan dengan sang babi melewati Lucy begitu saja. Sementara sang wanita sudah berjalan duluan.

Lucy hendak bersuara tapi dia urungkan saat sang pria tiba-tiba berhenti dan melirik ke arahnya.

Lucy hendak bersuara tapi dia urungkan saat sang pria tiba-tiba berhenti dan melirik ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk beberapa saat, Lucy menahan napasnya. Jantungnya berdetak kencang, hatinya begitu berbunga-bunga dan imajinasi liarnya kian menggila.

Tapi hal itu langsung pupus saat sang pria buka suara.

"Vitto bukan hidangan untuk makan malam. Dia temanku. Dan aku sarankan agar kau lebih berhati-hati di tempat asing, Miss Lucy."

***

Tbc,





My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang